Wednesday, June 15, 2011

Yuuki no Hikari Chapter 7

Chapter 7: Welcome Home

"Karena aku juga akan memenuhi keinginanmu untuk pulang” senyum Tetsu membuat hati Rena gentar, walaupun badannya gemetar tapi ia membranikan diri
"Baiklah!" Rena tak memalingkan pandangan, tetap memandang Tetsu sambil tersenyum dengan wajah memerah.
"Rena! Rena! Sudah kutemukan jendelanya! HOSH HOSH fyuuh capek" Tetsu terengah-engah lalu membungkukkan badannya membuatnya santai oleh tangannya yang menahan badannya di lututnya.
"Wah, syukurlah! Ayo! UOOOOO" pemaksaan untuk Rena, membawa box yang berisi batu-batu yang sangat banyak walaupun ringan.
"Kalau tidak salah kesini" mulailah mereka berjalan ke kiri.
"Cepat ya" Rena hanya ikut-ikut saja.
"Eh salah" mereka berbalik arah.
"Ya udah"
"Rasanya bener tadi" mereka kembali ke arah kiri.
"Jangan main-main" Rena masih bisa sabar.
Tetsu mengangkat tangannya dan menempelkannya dimulutnya, membelakangi Rena dan berkata "kayaknya lupa" sambil berwajah sok lucu walaupun benar-benar lawak.
Dari kegelapan... ketika Rena berjalan JENG "GRRRRRR" ekspresinya sudah seperti naga mengamuk, dari sekitar tubuhnya seperti keluar asap.
“Nah, ketemu” ZRRT Tetsu membuka jendela Rena masih marah besar, serasa dipermainkan oleh Tetsu “aku coba dulu ya, oh ya jaga rokmu jangan terbawa angin” Tetsu melongok keluar jendela.
“He-hey apa maksudmu dengan...” WHUUUSSS hembusan angin dari dalam sangat kencang tanpa basa-basi Rena langsung menahan roknya.
“STRONG BLOW!” Tetsu mengulurkan tangannya, keluarlah angin-angin kuat dan angin itu membentuk lingkaran sekeras lantai yang bisa menahan beberapa beban “tunggu aku dulu” Tetsu mengangkat satu kakinya menahannya di jendela lalu berdiri.
“HE-HEY!!!” Rena kaget langsung berlari dan melihat keluar jendela.
“Amaaaan!!!” Tetsu mengacungkan jempolnya setinggi-tinggi mungkin “lempar boxnya dulu”
“Ya!” Rena melempar box itu dan HYUUU
“Strong Blow!” BRUAK! Box itu tertahan oleh angin Tetsu.
“Hal gila apa yang sudah kau lakukan Tetsu...” Rena hanya memandangnya dengan tatapan sangat-sangat heran.
“Apa katamu? Aku tidak bisa mendengernya” Tetsu berteriak sambil menempelkan sisi samping luar tangannya di belakang daun telinga.
“Tidak!” Rena hanya senyum-senyum sendiri.
“Baik sekarang kamu turun!!! Aku akan menahanmu dengan anginnya” Tetsu melingkarkan tangannya di depan mulutnya.
“Ya aku tahu tapi...” Rena langsung bermimik sinis pada Tetsu.
“Apa?” Tetsu heran
“Jangan lihat dalamnya”
“Iya aku tahu! Memangnya aku mata keranjang?!” Tetsu tertawa terbahak-bahak. WHUUUSSS Rena melompat dan menahan roknya berterbangan “Strong Blow!” keluarlah lagi angin dari tangan Tetsu.
BRUAK! Rena jatuh terduduk seperti gaya orang Jepang duduk “AW!” teriaknya masih dalam posisi yang sama “keras amat”
“Jatuhnya pas. Kok bisa gitu?” Tetsu tertawa kecil sambil melihat Rena menahan tawa.
“Dibawa pulang siapa?” Rena hanya memandang box itu setelah mereka sampai di darat.
“Terserah sih tapi kayaknya” Tetsu memandang Rena “sama kamu aja” Tetsu menunjuk Rena.
“Eh? Oh, iya dimana sih koordinat 127,166? Memangnya itu di dekat rumahku?”  Rena menggaruk-garukan kepalanya.
“Aku tidak tahu, hanya firasat saja” Tetsu nyengir wajahnya berubah drastis menjadi seperti anak kecil yang sangat-sangat polos.
“...” DOEEEEENG Rena hanya terpaku sambil berwajah khawatir “aku punya teman yang otaknya agak kacau begini, sungguh nasibku...” Rena hanya tergagap dengan suaranya.
Mereka berjalan menuju gerbang depan sekolah “eh, iya di Zheoll masih pagi kan?” Rena kembali membawa box itu dengan risihnya.
“Iya aneh” Tetsu memandang bulan sabit yang terlihat sangat besar dimatanya.
“Apa memang butuh waktu lama dari sana ke sini? Rasanya tadi Cuma bentar” Rena kebingungan, sambil melihat beberapa bintang yang betrabur mengelilingi bulan sabit besar itu.
“Tidak, sepertiny waktunya berbeda. Nanti aja tanya Rainnon. Eh, iya kalau disekolah malam-malam...” tiba-tiba Tetsu berwajah dan gerak geriknya seperti... “suka ada hantu kan?” NGIIIING tragis dan miris...
“KYAAAAA!!!” Rena mondar-mandir kesana-kemari, lalu ia bergegas mengambil boxnya dan melemparnya ke atas sehingga keluar melewati gerbang, lalu ia memanjat dan HOP! Melompat “KYAAAA!!!” ia mengambil boxnya dan berlari secepat kilat.
“Cepet amat larinya” Tetsu tertawa terbahak-bahak setelah memanjat melewati gerbang sekolah.
“Ini rumahku” sampailah mereka di rumah Rena
“Wow besar” Tetsu memandangnya dengan mulut ternganga dan bengong. Terlihat ada gerbang khusus untuk orang yang berjalan dan di sebelah kanannya terparkir mobil sedan dan masih ada lagi di dalam garasi. Terdapat jalan setapak dari gerbang khusus orang menuju pintu masuk besar yang ada teras dahulu. Dengan rumah 2 tingkat. Di kanan dan kiri pintu terdapat jendela besar hampir dari latai sampai batas antara lantai 1 dan 2, lalu terlihat lampu bercahaya dari kamar sebelah kiri bawah dan kiri atas yang hanya terlihat jelas tirainya, inilah rumah minimalis Rena.
“Eh?” Rena terkejut “tapi” katanya “aku takut diatanya kemana saja selama ini” Rena berwajah ketakutan sambil menundukkan kepalanya, tak berani masuk rumah.
“Tenang, kan waktu di Zheoll dan bumi berbeda” jelas Tetsu dengan senyum menenangkan Rena menepuk punggung Rena.
“Bagaimana kalau waktu disana lebih lama?” Rena semakin takut, dan mulai kakinya lemas.
“Hmm...” Tetsu menggosok dagunya dengan jari telunjuk dan jempolnya, sedang berpikir, pada puncaknya “selamat dihukum” Tetsu dengan mantap menunjukkan senyum pasti dan jempolnya ditunjukkan dengan mantapnya.
“APA?!” Rena tambah takut saja “ya sudah, lalu bagaimana denganmu?” Rena menatap Tetsu dengan wajah khawatir.
“Sudah masuk sana, aku tak apa...” Tetsu kini hanya tersenyum kecil “dah!” Tetsu melambaikan tangan berjalan ke arah kanan.
“Dah” Rena masih ditempat, terus melihat Tetsu “wajahnya berubah drastis... aku takut... kasian sekali dia...” Rena memandangnya dengan raut khawatir... sangat khawatir...
“Aku pulang” Rena terus memejamkan matanya sambil melepas sepatunya di foyer setelah menaruh box di dekatnya “gawat
“Habis darimana?” tanya ibunya, yang tergopoh-gopoh berjalan, dan TAK TAK TAK bunyi tongkat.
“A-aku...” Rena tergagap bingung harus bilang apa.
“Kenapa pulang malam?” ibunya sampai ditujuan, di hadapan Rena ia berdiri dengan susah payah, rambutnya sebahu berwarna cokelat matanya berwarna hijau cerah seperti anaknya, Rena.
“Ibu jangan memaksakan diri... aku tadi sedang kerja kelompok...” Rena kehabisan ide akhirnya ia berkata begitu, lalu membantu ibunya berjalan.
“Oh, begitu ya. Selamat datang! Ibu sudah siapkan makanan untukmu dan ayah!”
“Ta-tapi ap-apa aku tidak pulang berhari... berhari-hari?” Rena semakin tergagap berbicara.
“Apa maksudmu? Bersihkan dirimu sekarang hahaha! Biarkan ibu berjalan sendiri” ibunya bangkit dan menggunakan tongkat untuk berjalan karena kakinya...
“Ya bu!” Rena sangat semangat, ia mengambil boxnya lalu membawanya ke kamar. Ya, kaki ibunya memang... memang hilang sebelah kanan karena sebuah sebab...
Di balik sambutan hangat ibu Rena pada Rena, sebuah kesedihan telah terjadi di rumah seseorang.
“Aku pulang” seseorang memasuki apartemennya yang kecil dan berantakan penuh sampah... dan minuman-minuman keras...
“Dari mana saja kamu hah?” seorang bapak-bapak yang sangat jorok, entah betah, atau malas bersender di sofa empuk dengan baunya yang menyengat dan berserakan sampah-sampah disekitarnya.
“Habis kerja kelompok” kata anak itu dengan santai.
“APA MAKSUDMU DENGAN EKSPRESI ITU TETSU?!” mendadak bapak-bapak itu melotot dengan tajam, matanya merah seperti sangat ngantuk.
“Memangnya apa pedulimu ayah?” Tetsu menaruh tasnya dikamarnya yang sempit.
“SUDAHLAH CEPAT MASAKKAN AKU MASAKAN!!!” bentak seorang ayah yang tak tahu diri pada anaknya yang sangat lelah.
“Ya” jawab anak itu tanpa ekspresi...
“JANGAN JAWAB DENGAN EKSPRESI SEPERTI ITU!” GLEK GLEK bapak itu meminum botol selanjutnya yang ke sekian kalinya...
Saat pagi di kamar seseorang
“Rena! Bangun!” teriak ibu Rena dari luar
“Hoaamm ya bu” lalu Rena bangkit dari ranjangnya dan... TAP TAP TAP wajah Rena mulai sangat ketakutan saat terdengar langkah ibunya menaiki tangga “apakah nama box ini bisa dirobek?! Cepat!!” TAP TAP TAP langkah ibunya semakin terdengar mendekat.
“RENAA!!!”
“I-IYA BUUU!!!” Rena semakin panik setengah mati dan KREEEK.
KRIEEET ibunya membuka pintu “ayo makan keburu dingin kamu sedang apa?” ibu Rena terheran melihat Rena jongkok di depan kardus itu.
Teteretetet Rena refleks mundur sangat cepat jauh dari ibunya “ti-tidak apa-apa! Iya aku segera kebawah” Rena menggelengkan yah, menggelengkan tangannya dan tangan kanannya menyembunyikan sesuatu di belakang.
“Apa yang kamu sembunyikan? Lalu ini box apa? Ibu buka ya? Rena bikin penasaran nih” ibunya sudah siap menyambar tutup box dan...
“IBUUU! ADA KECOAAA!!!” teriak Rena menunjuk ke kaki kiri ibunya.
“KYAAA!!!” ibunya sudah diambang kejatuhan dan WETS
“Maaf bu ternyata itu penghapusku dan box ini adalah tugasku, lalu aku tadi hanya menggarukkan punggungku...” Rena secepat kilat menahan ibunya jatuh, membuat ibunya keringat dingin, stiker Zheoll Stone itu ia taruh di sela-sela celananya, sungguh cewek keterlaluan...
“Hahahahaha!!! Ya sudah ibu tunggu ya cepat bersihkan semuanya” kata ibunya sambil bangkit kembali lalu menutup pintu kamar Rena.
“Fyuuuuh~” Rena segera menaruh stiker di meja belajarnya lalu masuk kamar mandi...
Di sekolah...
“Haduuh...” ketus Rena sendiri dengan desahan
“Kenapa?” Yoko tersenyum khawatir
“Kemarin kurang istrahat” kata Rena, rasanya ada kabut hitam menyelimuti Rena.
“Emangnya ngapain?” Megu ikut keluarkan suara, mereka berjalan ke kelas mereka bersama-sama.
“Abis main sama Tetsu ya?” Yoko memandang Rena sinis dengan senyum lebarnya yang penuh rasa jail.
“BUKAN!” teriak Rena berwajah merah, walau dalam hatinya ia berkata “sebenarnya benar
Dibelakang mereka “haduuh...” ia ikut mendesah tak betah sekolah.
“Kenapa Tetsu habis main sama Rena ya kemarin? Jadinya capek” Ryuu membicarakan hal yang sama.
“BUKAN!” bgeitupun Tetsu...
Bicara tentang Tetsu, inilah kejadian sebelum ia pergi ke sekolah...
“Ayah aku berangkat” kata Tetsu tanpa memandang ayahnya sedikutpun, melirik saja tidak.
“Ya” jawab ayahnya singkat yang masih berselimut di sofa yang sama.
“Ayah, tolong kerja... keuangan kita semakin menipis, dari 3 bulan yang lalu kita makan mie...”
“JANGAN MEMBANTAH YA!” Ayahnya tanpa alasan, emosinya keluar sambil masih tidur-tiduran.
“Aku tahu ayah akan berkata seperti itu... karena ayah...” Tetsu membuka pintu apartemennya “tidak sayang padaku...” BLAM Tetsu menutup pintu.
“Apa-apaan itu anak? Bisanya hanya mengoceh” ayahnya masih menutup matanya dan mulai berusaha tidur lagi... padahal kesehariannya Tetsu hanya anak pendiam di apartemen sampahnya itu...
Saat pelajaran di kelas
"Sudahkah semua mengerjakan PR ini?" tanya seorang guru pada murid-muridnya.
"Sudah" jawab semua serentak setelah itu tak ada suara lagi, tetapi Rena dan Tetsu mengacungkan tangan mereka.
"Rena... sudah biasa, tapi Tetsu?! Kenapa?!" guru itu bingung.
Saat istirahat, waktu mereka terpakai oleh hal yang memalukan, sang guru tak pandang bulu... "ah aku lapar! Malah ngebersihin WC!" Rena protes tetapi tetap membersihkan WC walaupun WC itu bersih, sangat bersih. Tetapi ia tidak diperbolehkan keluar oleh gurunya.
Di sisi lain Tetsu bernasib sama "..." hanya terdiam sambil murung yang bisa ia lakukan.
Lalu ketika istirahat kedua, untung saja mereka tak dapat hukuman "kasian kamu Rena" kata Megu dengan wajah khawatir.
"Ah, tidak apa... bukannya sudah sering ya?" Rena tersenyum mengalihkan kekhawatiran Megu.
"Iya benar Megu! Rena kan sudah sering begini! Tapi, aku penasaran kemarin kamu sedang apa?" Yoko mengalihkan pandangan dari Megu ke Rena.
"Ah, i-itu... ngapain yaa?" Rena kebingungan, mulutnya seperti susah mingkem setelah berkata 'yaa?'.
"Main sama Tetsu ya! Makanya..." Yoko melirik sinis dengan senyum lebar mengejek lagi, sambil makan di kantin sekolah mereka yang sangat luas, dengan penuh gerombolan murid lain, mereka hanya duduk bertiga.
"Bu-bukaan! Itu... ah, aku berpesta bersama keluarga karena, karena itu, eeeh, rahasia! Pokoknya berpesta sampai malam, dari pulang sekolah, makanya kemarin aku ingin cepat pulang" setelah panjang lebar, Rena berusaha nyengir, ia berhasil nyengir sangat lebar tapi alisnya berkata 'tidak'.
"Cengiranmu itu sangat aneh Rena, tapi sudahlah kita bicarakan yang lain yuk!" Megu tersenyum sangat imut, ya memang dia idola semua cowok di sekolah, jangankan itu, di perumahannya saja dia terkenal apalagi ditambah pintar dan baik hati.
"Ya kita ganti topik!" Yoko mengacungkan garpunya, cewek satu ini terlalu energik tetapi ia sangat centil, walaupun begitu terkadang sifatnya bisa berubah lebih tomboi dari Rena... perubahan drastis, inilah cewek yang paling susah diprediksi tetapi banyak teman.
"Ya!" Rena mulai menghapus cengirannya yang terlalu lebar tadi, tetapi perlahan ia murung tanpa sepengetahuan Megu dan Yoko "rasanya kalau aku ngobrol atau dekat-dekat Megu dan Yoko, rasanya sekarang ini aku serasa seperti dikucilkan... karena aku merasa diriku bukan manusia lagi... kenapa? Padahal punya kekuatan itu kan baik..." Rena murung sejenak lalu mulai berbaur dengan topik pembicaraan Megu dan Yoko tentang Game PS3.
Di meja yang agak berjauhan ada Tetsu dan Ryuu sedang ngobrol berdua saja di meja makan mereka.
"Kemarin kamu kemana? Aku nungguin kamu pulang dari latihan olimpiade matematika di depan WC taunya kamu gak dateng-dateng" protes Ryuu panjang lebar "aku nungguin sampe jam 6 sore, akhirnya aku tinggal kamu aja" Ryuu melanjutkan ocehannya.
"Ya, kemarin aku mendadak mencret jadi tanpa izin aku langsung pulang" jawab Tetsu sangat singkat "gak mungkin kan aku nahan mencret pas latihan olimpiade" SRUUUP Tetsu menyedot susu kotak yang disediakan.
"Benar juga, tapi sudahlah hari ini kamu harus latihan ya! Sepanjang siang ini kamu dicariin guru sampe aku yang kena marah" Ryuu menunjuknya dengan telunjuk dan jempol yang terangkat.
"Ah... hmm... gak janji" TROK Tetsu menaruh susu kotak yang sudah kosong.
"Besok lomba Tetsu!!! Kamu perwakilan satu-satunya kan?!" Ryuu garuk-garuk kepala "apa kata guru nanti kalau kamu kabur dari latihan 2x?" Ryuu makin pusing sendiri.
"Iya, iya! Kalau aku bisa besok pun bisa walaupun hari ini tidak latihan, sudahlah! Santai saja" Tetsu nyengir polos merasa tak berdosa sama sekali.
"Haaaah... ya sudah ayo ke kelas" kata Ryuu sambil mengusap-usap keningnya, lalu mereka bangkit dan mulai berjalan.
Padahal kan aku juga ga mau jadi perwakilan sekolah... Aku juga ga nyangka bakal terkenal gara-gara pinter... Bukan mauku kaya gini...” Tetsu murung sambil berjalan.
Saat pelajaran
KRSK KRSK Tetsu meremukkan kertas setelah menulis sesuatu di kertas itu, TUING ia melempar kertas yang kusut itu berbentuk bola, ke meja Rena.
Rena membacanya "hari ini benar-benar ke Zheoll World kan?" tulisan itulah yang dikertas itu, lalu Rena menulisnya "ya" dilempar kembali kertas itu. ZRRT kepala Rena seperti disetrum ia langsung pusing tetapi sesaat pusing itu langsung hilang.
"Halo, halo Rena disana bisa kau terima komunikasi ini?" seorang wanita berbicara dari sisi lain, suara itu terniang di kepala Rena tanpa menyebabkan keributan di kelas, hanya Rena yang bisa mendengarnya "kau cukup membalas jawaban ini dalam hati"
"I-iya aku bisa dengar, kau Rainnon kan?" Rena kembali mengambil pensil lalu menulis-nulis.
"Lalu kau Tetsu, bisa dengar aku?" Rainnon beralih ke Tetsu, tapi Rena tetap bisa dengar suara Rainnon.
"Ya, aku bisa" jawab Tetsu.
"Ini tak akan lama, karena kita beda dunia jadi sinyal kecil" Rainnon menjelaskan sambil suaranya terputus-putus, inilah telepathy.
"Hah? Bisa ada sinyalnya ya?" Rena mendadak terkejut tanpa mengeluarkan suara dari mulutnya.
"Ya, sudahlah sebentar lagi putus. Langsung saja, kalian taruh boxnya di koordinat 127, 166. Itu di dekat rumah Rena, tepatnya di taman" Rainnon menjelaskan dengan suara yang jelas, karena dia berbicara lewat mulut.
"Ya, lalu itu disebelah mana? Bisa beri tahu detailnya?" Tetsu berbicara.
"Tepatnya itu di..." KRESEK KRESEK suara berisik di kepala Rena dan Tetsu BLUP! Tiba-tiba rasanya kepala mereka sudah kosong dari suara Rainnon.
"Halo?! Halo!!!" teriak Rena dan Tetsu dalam hati.
Di sisi lain, kantor pusat pemerintahan Mikiro.
Rainnon menempelkan jari telunjuk dan tengahnya di kepala bagian sampingnya "halo?! Halo!!! Cih, terputus" teriak Rainnon sekerasnya, Kyouko melihatnya dengan mimik khawatir "coba kuhubungi lagi... halo? Tak ada jawaban"
"Kita kurang beruntung Rainnon, nanti kita lacak mereka muncul dimana" Kyouko pun ikut kebingungan.
"Ya... setidaknya mereka muncul di dekat sini..."
Saat pelajaran usai, Rena, Yoko, dan Megu hanya berjalan santai keluar kelas
"Akhirnya hidupku kembali normal, pulang-pulang langsung santai-santai deh" Rena meregangkan tangannya seperti biasanya.
Tiba-tiba... PLAK Rena ditarik "aku pinjam Renanya dulu ya!" Tetsu tanpa menatap Yoko dan Megu langsung membawa Rena pergi, berlari-lari.
"TOLOOOOONG!!!" Rena terseret dan terbawa pergi oleh Tetsu.
"Ya ampun sukses ya pacarannya!" teriak Megu.
"Semangat sekali Tetsu, sampai Rena diseret-seret hahaha! Ya sudah ayo kita pulang saja" tiba-tiba saat Yoko membalik ia tertabrak Ryuu yang sedang berlari keluar kelas.
BRUAK! "maaf! Maaf! Eh, iya Yoko-rin kamu lihat Tetsu?" tanya Ryuu terengah-engah habis lari dari ruangan lain, kembali ke kelas dan keluar lagi.
"Hah? Ryuu-kun gak tahu? Kita sih tadi lihat, dia membawa Rena tapi tak tahu kemana" Yoko dan Ryuu terdengar sangat akrab ditambah dengan mereka memanggil nama dengan tambahan belakang.
"Begitu ya... memang ia kemana?" Ryuu bertanya sambil mengatur napasnya.
"Kesana, tapi sebaiknya jangan diganggu, mereka sedang berpacaran" jelas Megu yang tampak bingung kenapa Yoko dan Ryuu tampak sangat dekat.
"Pacaran apanya? Tetsu tidak pernah bilang dia suka Rena dan memacarinya, apalagi aku sahabatnya dan dia memang benar-benar menganggap Rena teman biasa" jelas Ryuu semakin bingung, serasa di kepalanya ada tanda tanya yang sangat besar.
"Hah bukan? Lalu mereka sedang apa? Ya sudah ayo kita kejar mereka!" Yoko berlari duluan, Megu dan Ryuu menyusul.
"Permisi, apa kalian lihat anak cowok berambut hitam dan mata merah, membawa cewek berambut sebahu blonde dengan mata hijau?" Megu bertanya di simpang, karena mereka bingung harus belok ke koridor sebelah mana.
"Kurasa mereka ke lantai 3" kata seorang cewek bersama 4 temannya.
"Terimakasih ya!" tanpa basa-basi Ryuu berlari, lalu Yoko dan Megu menyusul.
"Lihat cowok dengan... membawa cewek..." Megu bertanya dengan napas yang tak beraturan.
"Maaf tidak tahu" seorang cowok langsung pergi setelah waktunya diganggu sebentar, mereka terus bertanya sama orang-orang di sekitar lantai 3.
"Mereka tadi masuk ke gudang aku sendiri tak mengerti lalu mereka pergi dengan cepatnya, sepertinya mereka cuma iseng keluar masuk tetapi mereka bilang 'oh, iya kan sudah ada di rumahku' entahlah maksud mereka apa" kata office boy yang biasa mengurus bagian gudang sekolah "lalu mereka langsung turun lagi setelah itu tak tahu kemana" jelas office boy itu panjang lebar.
"TERIMAKASIH PAK! ITU SANGAT MEMBANTU!" teriak Ryuu langsung menarik Megu dan Yoko dengan mata berbinar-binar.
"Ya sama-sama" si pak OB langsung bingung "dasar anak muda, masih energik" OB itu mengeluh sambil senyum-senyum sendiri lalu memasuki gudang.
"Lalu sekarang kita kema..." pembicaraan Ryuu terpotong oleh cowok yang ditanya kemana Tetsu dan Rena pergi tetapi tak tahu pergi kemana, ia berlari tergesa-gesa sampai menabrak orang-orang yang lalu lalang.
"He-hey!!! Aku tahu mereka kemana!!!" teriak seseorang itu.
"KEMANAAA???!!!" Ryuu langsung berteriak lalu berlari menghampirinya.
"Mereka... HOSH HOSH, mereka pergi ke HOSH ke rumah Rena HOSH HOSH" seseorang itu menahan badannya dengan kedua tangannya yang menahan di lututnya.
"Terimakasih ya!" Megu, Yoko, dan Ryuu langsung pergi, Megu tersenyum manis langsung menggugah hati seseorang itu.
"Yamaguchi... Megumi... Megu-chan..." DEG DEG mata cowok itu langsung berbinar-binar dan mukanya merah, BRUAK! Ia pingsan, orang-orang hanya melihatnya.
Setelah sampai di rumah Rena
TING NONG "ya, sebentar" kata seorang ibu, ibu Rena. TAK TAK TAK.
"Bu biar aku yang buka!" kata seorang bapak-bapak, bapak Rena, keluarlah bapak itu "masuk saja tidak dikunci kok" masuklah Megu, Yoko, dan Ryuu.
"Pa-paman..." Yoko ragu-ragu berbicara, melihat seorang bapak itu dengan rambut hitam dan mata hijau dengan tangan kirinya... ya, tak hanya ibu Rena ayahnya juga cacat tangan kirinya hilang karena suatu kejadian...
"Tak apa, bicara saja, ada apa ya? Mencari Rena ya?" tanya ayah Rena yang sangat ramah itu dengan senyum hangat seorang ayah seharusnya.
"Itu, Rena ada?" tanya Megu yang masih terkejut dengan tangan ayah Rena.
"Tadi ia bilang mau pergi sebentar, tapi sepertinya ia ke taman, sambil membawa box yang berat, katanya mau kerja kelompok ya sudah aku biarkan saja" jelas ayahnya yang berpikir sambil melihat ke atas.
"Oh, begitu paman, terimakasih ya! Boleh kami tahu dimana taman itu?" Ryuu ikut berbicara
"Taman itu ke..." paman itu menunjuk ke arah kiri lalu melanjutkan memberi tahu mereka dengan omongan.
"Sampailah kita di taman!" Ryuu terengah-engah begitupun Megu dan Yoko yang daritadi berlari-lari.
"Kita telusuri taman ini" Yoko langsung berjalan-jalan sambil melihat sekeliling.
"Apa kita lebih baik berpencar?" Megu mengusulkan.
"Jangan, kita lihat sama-sama mereka sedang apa" kata Yoko sambil melihat sekeliling.
Terdapat perosotan kecil, dan yang besar, kecil hanya 1 kali merosot sedangkan yang besar ada gua-gua terlebih dahulu dan tinggi, lalu ada jungkat-jungkit 2 buah ada yang kosong dan yang 1-nya dipakai oleh anak kecil dan ibunya, lalu ayunan 4 buah 1 kosong 3-nya lagi dipakai oleh anak kecil, ada yang bersemangat bermainnya, ada yang menggoyangkannya perlahan, ada yang cuma duduk-duduk saja, lalu ada kotak pasir yang sangat besar diisi banyak anak-anak, lalu ada permainan berputar-putar siapapun bisa naik asal bisa menggunakan stir untuk memutarnya, dan masih banyak lagi, ditambah gua yang cukup besar dan dalam.
"Aku curiga dengan gua itu" Yoko menunjuknya.
"Ayo kita periksa" Ryuu berlari, disusul Megu dan Yoko.
SRIIIING tiba-tiba gua yang gelap memancarkan sinar terang "cahaya apa itu?!" Megu terkejut refleks mundur beberapa milimeter.
"Jangan takut, ayo periksa" Yoko memberanikan diri, begitupun Ryuu.
"Hah?! RENAAA!!!" teriak Yoko
"TETSUUUU!!!" Ryuu pun ikut kaget lalu memanggilnya
"EH?!" Rena terkejut setengah mati sambil melotot, tapi 3/4 badannya sudah hilang ditelan cahaya.
"Rena, Tetsu kalian menghi..." ZLUUUPP Rena dan Tetsu menghilang tanpa sisa sedikitpun kecuali box dan tas mereka yang masih tersisa "lang..." lanjut Megu yang omongannya sempat terpotong.
"Ini... mereka kenapa...?" Yoko melotot dengan wajah terkejut.
"Grrr..." hanya Ryuu yang marah sendiri ia mengernyit.
"Ryuu?" Megu melihat Ryuu yang sedang menundukkan kepalanya.
"Kita akan menjemput mereka! Aku harus membawa Tetsu pulang untuk latihan olimpiade! Minggu depan kan lomba! Beraninya dia menghilang di depanku!" Ryuu langsung berteriak dan mengangkat kepalanya, suaranya bergema di lorong gua di paling dalam ini.
"Ya! Jangan lupa dengan Rena!" Yoko pun ikut mengacungkan jempolnya sambil nyengir.
“Kita mulai darimanaaaaa?” Megu terduduk menimpa kakinya tangannya ditaruh di pahanya, rambutnya yang halus itu berterbangan saat jatuh.
“Darimana ya...” Yoko mondar-mandir berpikir mengusap-usap dagunya.
“Aku tahu, apa kalian tidak lihat tadi entah Rena apa Tetsu?” Ryuu memecahkan keheningan karena berpikir, Yoko dan Megu menggeleng “aku melihat kalau tidak salah mereka memegang sesuatu, rasanya seperti batu” Ryuu memandang ke bawah sambil mengusap-usap dagunya juga.
CTAK “kalau begitu kita ambil batu” Yoko menjentikkan jarinya sambil nyengir.
“He-hey, bukankah itu gila?” Megu kebingungan sambil mulai berdiri, sedangkan Yoko dan Ryuu mengambil sembarang batu.
“Kita coba saja, yang tadi kita lihat saja sudah cukup gila” Yoko memandang batu yang ia ambil.
“Yap benar” Ryuu ikut mendukung
“Haaa...” Megu menghembuskan nafasnya lalu ikut mengambil sembarang batu yang berserakan di tanah.
“Sepertinya batu zaman sekarang sudah berubah ya” Yoko mulai mengkhayal.
“Imajinasi tingkat tinggi” kata Ryuu dengan wajah mengejek.
“Apa sih?” Yoko protes sambil mengangkat kedua bahunya.
TIK TOK TIK TOK keheningan menyelimuti mereka, suara detik jam Megu sangat terasa bunyinya “tak terjadi apa-apa” Megu mengeluh dan menghembuskan nafasnya sangat panjang.
“Ya... mungkin bukan sembarang batu yang mereka pakai” Yoko melempar batu yang ia ambil begitupun Megu, ia menjatuhkan batunya.
Lalu Ryuu melempar batunya juga sekencang mungkin, emosinya tersalurkan ke batu itu lalu BRUAK! “dasar Tetsu bodoh!!!” Ryuu menendang box yang berisi Zheoll Stone, GLATAK GLATAK box itu terguling mengeluarkan beberapa batu.
“Ah, ini pasti milik Rena, dasar ngapain dia bawa batu-batu kayak...” Megu baru mau mengambil 1 batu untuk membereskannya “TUNGGU!” Megu tiba-tiba berteriak.
“APA?! Eh, latah... ada apa Megu? Ngagetin aja” Yoko menepuk dadanya yang jantungan itu.
“Kalian tak sadar? Batu? Ini adalah batu yang dibawa Rena berarti mereka menggunakan ini!” Megu langsung melotot melihat batu-batu yang berserakan itu.
“Itu berarti...” Ryuu ikut jongkok “kita gunakan ini!” Ryuu langsung mengambil batu itu 1 buah lalu seluruh badannya SRIIIIING bersinar.
“BENAR! INI BATUNYA!” Yoko melompat-lompat kegirangan “ayo Megu! Kita berangkat!!!” Yoko langsung menyambar batu yang tergeletak itu.
“E-eh ta-tapi? Batu-batu ini berserakan harus dibereskan...” Megu langsung bingung.
“Percuma saja kalau kamu ambil kamu akan bersinar juga ayo cepat!” Yoko sudah mulai kehilangan sebagian badannya yang ditelan cahaya, sedangkan Ryuu sudah hilang.
“I-iya!” Megu perlahan-lahan mengambil batu, lalu ia menggenggamnya dan...
“Kok sepertinya pas ya?” Rena melihat gedung yang ada dihadapannya yaitu kantor pusat pemerintahan Mikiro.
“I-iya, tebakan kita pas...” Tetsu mulai melangkah dan melihat...
“Yo! Semuanya!” Rainnon sudah menunggu di depan pintu kantor, lalu Rena dan Tetsu mulai memasuki gerbang kantor, mereka berjalan di jalan setapak sampai di depan Rainnon.
“Aku baru pertama kali melihat bagian depannya...” Rena masih mengagumi bagian depan kantor Mikiro.
“Ya aku juga... melihat bagian depan rumahmu saja sudah kagum bagaimana dengan ini...” Tetsu lebih terkejut.
“Berhenti berkata begitu Tetsu” Rena mulai tak suka bila kekayaan keluarganya mulai ketahuan oleh teman-temannya.
“Maaf-maaf hehe habisnya kehidupanmu denganku berbeda” Tetsu nyengir ke arah Rena sambil menggaruk-garukkan kepalanya.
“Eh...” tiba-tiba Rainnon tergagap ketakutan melihat ke belakang Rena dan Tetsu dari luar gerbang...
“A-apa?” Rena ikut ketakutan sendiri
“Kalian...” Rainnon mulai ketakutan
Rena dan Tetsu mulai menoleh ke belakang perlahan-lahan dan...

No comments:

Post a Comment