Chapter 6: Tetsu Desire
"Yak! Hari ini adalah hari pertama misi kalian!" Rainnon dan yang lain pagi-pagi sudah bersih dan siap melakukan kegiatan pagi.
"Asik!" Rena sangat semangat dengan misi pertamanya ini.
"Misi apa nih? Hoaaammm" beda dengan Tetsu yang masih saja mengantuk.
"Mudah kan Kyouko?" Rainnon mengedipkan mata kanannya dan melirik Kyouko.
"Yap benar biar kujelaskan" Kyouko membungkuk agar bisa sejajar berbicara dengan Rainnon yang sedang duduk.
"Kalian harus bisa menguasai kekuatan masing-masing" Kyouko memberi instruksi dengan menunjukkan jari telunjuknya sambil memejamkan mata "setelah sudah buatlah beberapa jurus" katanya "jangan lupa buat jurus andalan" lanjutnya "dan... hanya untuk sehari saja!" tiba-tiba mata Kyouko berubah menjadi tatapan yang sangat tajam dan keji, senyumnya yang kejam membuat Rena dan Tetsu makin histeris.
“APAAAAAA?!” Rena dan Tetsu berteriak histeris, sangat kaget.
“Tidak mungkin!” Tetsu pun ikut protes lagi, mulutnya terbuka lebar.
“Nanti kalian boleh pulang loh” lanjut Rainnon dengan tatapan sama seperti Kyouko.
“Asiiik” Rena langsung saja berubah ekspresinya, dan dia pun akhirnya terima-terima saja dengan misi ini.
“Tapi” kata Tetsu “kalau aku bisa menguasai elemen alam bagaimana?” Tetsu memandang Rainnon dengan lagak sok jago.
“Tak mungkin Tetsu!” Rena menjulurkan lidahnya dengan wajah mengejek Tetsu.
Tiba-tiba Rainnon menghampiri Tetsu “tidak panas” Rainnon memegang kening Tetsu.
“Eh?” seketika wajah Tetsu memerah
“Haha aku bercanda! Aku percaya kamu bisa” Rainnon melepas tangannya, tertawa terbahak-bahak “lakukan yang kamu bisa” Rainnon nyengir mendukung Tetsu “ingat tempatnya boleh di desa tapi menyendiri, sekalian pelajari letak-letak desa ini” lalu Tetsu berlari mengarah Rena.
“Baik!” Tetsu melambaikan tangannya dengan senyum bahagia.
“Aneh” Rena hanya memandang Tetsu heran “aku tak pernah lihat senyum Tetsu yang seperti itu” Rena dan Tetsu mulai berjalan, Tetsu menaruh tangannya di kepalanya lalu kepalanya menyender ke tangannya.
“Rasanya” Tetsu mengembalikan posisi kepala dan tangannya seperti semula lalu ia terbayang masa-masa kecilnya.
“Ibu! Ibu!” panggil sang anak kepada ibunya.
“Ya saying?” sang ibu membalik dengan senyum hangat.
“Suatu saat nanti aku akan bisa sihir loh!” anak itu mengangkat tangannya dengan senyum heboh dan pamer, lalu ibunya jongkok agar posisinya sejajar dengan anaknya.
“Kamu sakit?” sang ibu menjulurkan tangannya dan memegang kening anaknya.
“Eh?” sang anak memerah wajahnya
“Hahaha ibu canda kok! Ibu percaya!” ibu berdiri sambil tersenyum bagai bidadari “nanti kalau sudah besar tunjukan ya!”
“Baik!” anak itu nyengir imut dan yakin dengan kata-katanya.
“Tetsu!” teriak perempuan dengan lantangnya, rasanya Tetsu kenal “mau kemana?” Rena memperhatikan Tetsu yang sudah jauh darinya, Rena hendak masuk ke lapangan kosong dengan pagar-pagar silang-silang.
“Eh?” Tetsu senyum-senyum malu, dia daritadi melamun untung saja disadarkan Rena.
Saat kecil Tetsu memang senang sekali membaca dongeng tentang sihir-sihir. Makanya sekarang ia tahu jenis-jenis sihir, sampai sekarang pun Tetsu masih senang dengan misteri-misteri sihir, termasuk dia senang sekali bisa mengendalikan sihir api.
“Awakichi!” SING muncul Crescent Blade di tangan Rena, kalung bersinar terang “Tetsu apa yang pertama kali kamu pelajari?” Rena memandang Tetsu yang membelakanginya.
Lalu muncul cahaya api “api” jawab Tetsu singkat “Rena” panggil Tetsu.
“Ya?” Rena menjawab panggilannya tetapi menjauhinya.
“Aku tak ingin pulang” BWOOSH api menyala-nyala di tangan Tetsu.
“Eh?” Rena kaget lalu ia menebas pohon dengan melempar pedangnya seperti boomerang WUK WUK WUK “kenapa?” Tanya Rena KLONTANG “waduh pedangnya jatuh! Untung tidak menebasku!” Rena lupa tidak menangkap pedangnya.
“Mungkin kita terlalu lama disini?” Tetsu mulai membesarkan apinya.
“Apanya? Belum 1 bulan kok!” lalu Rena berhenti sejenak keringat bercucuran di wajahnya “tunggu! Tak mau pulang?” Rena mulai memikirkan saat Tetsu berkata “orangtuaku cerai dan sekarang aku tinggal bersama ayah” lalu juga teringat saat Rainnon memegang kening Tetsu “tidak panas” kata Rainnon “eh?” Tetsu terkejut, juga ingat senyum jarangnya Tetsu “Baik!” cengirannya yang begitu asing “ini pasti karena masalah ibunya” Rena mulai berlari kea rah pohon lain “tapi aku pun ingin pulang, namun…” SRAT pohon itu terbelah “aku memang tidak tahu bagaimana ayahnya. Tapi… apa karena Kyouko dan Rainnon seperti ibunya?”
WOOOSSHH api bergejolak yang dibuat oleh Tetsu “BACK!” SSSSSS lalu dalam sekejap api itu menghilang “aku ingin membuat api yang tidak biasa tapi…” lalu Tetsu mulai teringat masa kecilnya lagi.
“Ibu! Ibu! Ibu suka warna apa?” tanya anak kecil bermata merah dan berambut hitam itu.
“Eh?” ibunya yang baru mau berjalan dihentikan anaknya yang bertanya “biru” jawab ibunya.
“Kenapa?” Tetsu melihat ibunya itu.
“Karena ibu suka…” katanya “warna mata ayahmu itu” lalu ia terbayang masa-masa mudanya “matamu bagus ya” kata ibu yang masih muda “benarkah? Terimakasih” jawab sang masih muda. “Seperti melihat lautan biru dan langit biru di matanya” jawabnya.
Terlintas sebuah ide di otak Tetsu “api biru!” lalu ia menyalakan apinya yang masih berwarna merah “kepercayaan adalah unsurnya ketulusannya biru seperti laut dan langit biru adalah kejujuran” lalu terbayang ayahnya yang menghadap kearah lain “percaya ayah menyayangiku walaupun…” lalu terpotong dengan teringat Rena, Ryuu, Yoko, Megu, Rainnon, dan Kyouko “percaya teman-teman, terutama” lalu terbayanglah ibu Tetsu “percaya ibu ada untuk ayah dan aku, lalu…” BSSS Tetsu mematikan apinya dengan menggenggamkan api itu “percaya diri sendiri! Aku bisa membuat api biru!” di masa kecil Tetsu lagi…
“Baca buku dongeng lagi ah~” Tetsu kecil itu meraih buku dongeng di rak kecilnya yang berjudul Blue Flame on My Hand. Lalu sampailah di akhir cerita si tokoh utama mengatakan “kepercayaan adalah unsurnya ketulusannya biru seperti laut dan langit biru adalah kejujuran. Itulah api biru!” BWOSSHH menyala-nyalalah api biru ditangannya “sekarang dan seterusnya api biru ini di tanganku! Inilah SKYOCEANFLAME!” akhir cerita Tetsu kecil menutup buku itu lalu ia mengikuti kata-kata itu dengan gagahnya…
“SKYOCEANFLAME!” Tetsu mengarahkan tangannya ke sisi lain dan BWOOOSSHH muncullah api biru di tanah tapi…
“WAAAAA!” Rena yang sedang berlari hampir saja terbakar oleh api biru, KLONTANG pedangnya jatuh “UNTUNG SAJA! BISA MATI AKU!”
“Ah maaf Rena” Tetsu senyum kecil sambil bermimik ‘aku tak berdosa!!’.
“HAAAH! Capek ya!” mereka sedang duduk di tanah walaupun kurang nyaman se tidaknya bisa duduk.
“Iya” jawab Tetsu singkat, sangat singkat.
“Kenapa apimu jadi berwarna biru?” tanya Rena mencari bahan pembicaraan.
“Rahasia” singkat lagi…
“Dasar muka tembok, jawaban selalu singkat, aku jadi bingung mau ngomongin apa lagi! Dan jangan rahasia-rahasiaan dong!” tidak ada angin tidak ada hujan Rena tiba-tiba saja marah-marah.
“Hahaha” Tetsu hanya tertawa biasa.
“TUH KAAAN! Eh, ngomong-ngomong” Rena yang kesal mendadak serius “aku heran kenapa pedangku aneh kayak gitu” Rena menyender ke pagar-pagar yang mengelilingi lapangan.
“Maksudmu?” tanya Tetsu bingung, kali ini dia terpancing untuk berpikir.
“Bentuknya bukan seperti pedang tapi seperti sabit yang melambangkan bulan” kata Rena sambil membayangkan pedangnya itu.
“Hmm iya juga ya” Tetsu benar-benar terpancing untuk berpikir, sekarang saja dia sedang berpikir.
“Asik terpancing berpikir! Kekekeke” Rena berbalik arah dia terkekeh-kekeh.
“Aku tahu!” Tetsu mengacungkan telunjuknya sambil membulat mulutnya.
“Apa?” Rena langsung terkejut dan menatapnya serius.
Tetsu diam sejenak dengan wajah penuh misteri “JENG JENG JENG” tiba-tiba dia bernyanyi seperti bunyi-bunyi yang membuat penasaran.
“Hey serius” Rena berwajah ‘bete’.
“Iya iya! Menurutku sih…” dia diam lagi “kamu ditakdirkan menjadi petani lalu memotong rumput” Tetsu berwajah ngelucu, menyipitkan matanya dengan tawa yang datar-datar saja.
“…” Rena tergagap “ja-jangan gitu dong~ aku sudah menunggu jawabanmu yang sangat lama itu ternyata begitu…” lalu Rena terbayang kalungnya yang bersinar “dan tiap kali aku mengucapkan ‘Awakichi’” SRIIING “kalungku bersinar”
“Ah aku tahu!...” tiba-tiba pembicaraan Tetsu dipotong.
“Jangan macam-macam lagi” Rena berekspresi datar.
“Ngga kok!” Tetsu mengacungkan telunjuknya lagi lalu berwajah malu setenag ingin ketawa “kayaknya sih” katanya “butuh menggunakan sihir untuk kekuatan maksimalnya” kalau secara teori, maksud Tetsu adalah kita mengeluarkan tenaga lalu di transfer ke barang, lalu melepasnya sehingga berang bereaksi tergantung apa mantranya “tapi” lanjut Tetsu “akan lebih efektif bila kita seolah-olah percaya sihir” kali ini maksudnya jika kita percaya sihir maka kekuatan itu akan keluar seperti yang dilakukan Tetsu selama ini, termasuk mantra SkyOceanFlame itu bukanlah sebenarnya, Tetsu hanya percaya itulah mantranya “tetapi sepertinya ini tidak bisa dipakai kalau di bumi, maka dari itu kita harus tahu teorinya juga, alias tahu mantranya” jelas Tetsu dengan panjang lebarnya kemudian ia menarik napas sedalam-dalamnya.
“Kalau kamu pakai yang mana?” tanya Rena sambil berwajah kaget, karena Tetsu bisa menjelaskan yang seperti itu.
“Kalau aku sih dua-duanya” katanya mentap ke bawah.
“Memangnya faktor apa yang bikin kamu percaya sihir?”
“Itu” lalu Tetsu berdiri “aku mau lanjut lagi” tak ada jawaban sama sekali darinya, seperti mengalihkan pembicaraan.
“Eh? Loh? Kenapa?” Rena menatap Tetsu kepalanya mendongak.
“Aku kan sudah bilang” katanya “aku akan menguasai 5 elemen! Walaupun masih dasar” Tetsu tersenyum dengan senyum yang sama saat ia dibuat bodoh oleh Rainnon, sambil mengacungkan jempolnya.
Mendadak wajah Rena memerah kaget “lagi-lagi deg-degan, tapi” katanya dalam hati.
“Angin angin angin!” teriak Tetsu dengan percaya diri
“Aku suka semangatnya lalu” kemudia Rena berdiri
“Hiks hiks gak jadi apa-apa” Tetsu menangis konyol sambil menjulurkan tangannya berharap muncul angin di tangannya.
“Yosh” kemudia Rena menjulurkan tangannya “Awakichi!” muncullah pedangnya ditangannya “aku juga akan latihan! Sampai mendapat jurus!” dia menghadapkan ujung atas dan bawahnya ke mukanya.
Di sisi lain…
“Rain, ada yang aneh rasanya” Kyouko sedang menaruh kembali buku tebalnya ke rak-rak buku di ruangan Rainnon.
“Apanya?” balas Rainnon
“Tentang Rena” lalu Kyouko mengambil buku yang lain
“Kenapa kau hanya mengajarinya menggunakan pedang dengan benar?” tanya Kyouko sambil mebaca buku sekilas, lalu menaruhnya.
“Kau tahu dia menggunakan pedang apa?” Rainnon seperti biasanya sedang membaca tugas-tugasnya dan menulis sesuatu di tugasnya.
“Gak sih” jawab Kyouko singkat lalu mengambil buku.
“Dia” kata Rainnon terus menatap tugasnya “menggunakan Crescent Blade” BRAK! Buku yang diambil Kyouko terjatuh.
“APA?!” BRAK! Kyouko langsung menghampiri meja Rainnon lalu memukul meja itu dengan ekspresi sangat-sangat terkejut.
“Tenang-tenang” mendadak Rainnon pun ikut kaget ia menjulurkan tangannya ke depan “waktu aku menyuruhnya memakan Raikko dan yang keluar adalah Crescent Blade” Rainnon sedang mengingat kejadian dulu-dulu “dan kau tahu nama marganya?”
“Oh iya!”
“Kau tahu cerita dibalik itu semua?”
“Ya aku tahu, tapi aku baru sadar sekarang…”
Kembali pada Rena dan Tetsu.
“AAAARRRGGH!” Rena teriak-teriak sambil memnggaruki kepalanya dengan pusingnya lalu berteriak sambil menarik kepalanya ke belakang.
“Wew” Tetsu yang dibelakangnya agak jauh kaget.
“Dasar tante maunya apasih! Aku daritadi hanya menebas tapi kata Tetsu semestinya pakai sihir!” Rena mulai membatin sendiri mengoceh sendirian “ah, iya Tetsu dia lebih pintar daripada aku! Sial banget sih! BLA BLA BLA” terasa aura-aura hitam keluar dari seluruh badan Rena.
“Sepertinya aku ada dipikirannya. Firasat buruk” Tetsu hanya bisa memandang Rena.
“SEANDAINYA AKU TAHU CARANYAAA!!!” Rena berteriak seperti orang gila saja tetapi yang terjadi malah... seperti ada suara di kepalanya ia berkata
“Kau berhasil membuka memilih yang kau inginkan... Awakichi...” tampak seseorang memakai gaun putih berdiri di bulan sabit. Seketika Rena pingsan, Tetsu yang kebetulan berbalik langsung menahannya.
BRUAK! “Rena! Oi! Rena! Oiiii!!!” teriak Tetsu tetapi percuma saja lalu tiba-tiba...
“Dengan ini...” kata seseorang pria dewasa berbicara kepada seorang putri yang memakai gaun putih dengan kalungnya “secara resmi kau adalah penerus pemilik Crescent Blade, dengan menggunakan kalung Chibi Crescent ini. Silahkan pikirkanlah kekuatanmu itu dan salurkan semuanya ke Crescent Blade” kata seseorang itu panjang lebar, tak terlihat dimana orang itu sedang berbicara.
“AWAKICHI!” teriak putri itu dan keluarlah 1 pasang katar (semacam pisau yang dipasang ditangan) di tangannya dan di bagian mata pisau terdapat lambang bulan.
ZRRRRT WHUUUUSSSS rasanya seperti tersedot di dalam air dan BLUP BLUP BLUP BLUP Rena sedang pingsan di dalam air itu dan tiba-tiba ia sedang memakai gaun putih dan kalungnya masih tergantung di lehernya. Tiba-tiba ia terbangun dari pingsannya itu, rasanya seseorang pria dewasa dan putri itu seperti mimpinya saja.
“Crescent... Blade...? Pedangku? Ini dimana?” Rena masih di dalam air itu herannya ia bisa bernapas dengan sangat-sangat lancar.
Tiba-tiba muncul segerombolan gelembung “pilihlah yang terbaik” kata semua gelembung yang berkeliling di sekitar Rena “pilih yang terbaik” hanya itu saja yang dikatakan gelembung-gelembung itu berulang-ulang.
“Aku? Memang harus pilih apa?” Rena hanya kebingungan, kemudian ia teringat “silahkan pikirkanlah kekuatanmu itu dan salurkan semuanya ke Crescent Blade” ia teringat perkataan seseorang pria dewasa itu.
Kemudia Rena berpikir se dalam-dalamnya BRRRRRRR air mulai bergetar dan bergelombang sangat kencang seperti ada gempa, lalu muncul disuatu tempat, cahaya yang sangat hangat CRIIING “cahayaaa!” teriak Rena, saat sampai tak sadar ia telah memegang suatu tongkat dan ia sandarkan tongkat itu di bahunya, ternyata itu adalah sabit yang sangat besar, tingginya hampir sama dengannya dengan warna kuning bulan dan di bagian pangkalnya terdapat lambang bulan, kemudian ia pingsan kembali. SRIIIIING WHUUUSSS Rena terbawa masuk oleh sedotan air lalu...
Di sisi lain
BLAM! WHUUSS angin topan menyedot semua yang ada disekitarnya, pagar-pagar, kursi, bahkan Tetsu. Sampai-sampai ada pagar yang hampir mendorong Tetsu tapi “Barrier Wind! Untung pas!” sihir pertahanan angin Tetsu menghalangi pagar itu mengenainya dan ia terbawa ke atas. WHOOOOOSSSSH ditengah-tengah angin topan itu terdapat Rena yang melayang tidak terlempar sama sekali “RENAAAA!!!” WHUUUUSSS angin itu disebabkan Rena sendiri yang daritadi belum sadarkan diri “RENAAAA!!! OOOIII!!!” Tetsu menahan angin mendorongnya. Tiba-tiba angin itu berhenti dan menjadi angin sepoy-sepoy HYUU, Rena terjatuh BRAK! Tanpa aba-aba Tetsu langsung berlari padanya “Rena! Eh?” Tetsu melihat disebelah Rena terdapat sabit yang tadi saat Rena pingsan “sabit apa nih? Ada tanda bulannya” Tetsu heran “eh tapi Rena...”
“TETSUUU” seorang wanita berteriak memanggilnya memotong omongan Tetsu, dan terdapat langkah berisik, gerombolan orang berdatangan termasuk dari kantor pusat pemerintahan.
“Rainnon? Dan Nona Kyouko?” Tetsu hanya menoleh ke belakang.
TAP TAP TAP “terlambat?” Rainnon melotot melihat semua sudah sangat berantakan.
“Kenapa Rain?” Kyouko berlari dengan sedikit mengangkat roknya yang membuatnya susah berlari.
“Kita kembali dulu saja! Pengawal!” teriak Rainnon memanggil pengawalnya yang ikut, ia sudah menduga akan terjadi hal buruk.
“Jadi begitu?” sampailah mereka di ruang pengobatan di kantor, setelah semua yang diceritakan Tetsu.
“Ya” jawab Tetsu
“Itu berarti...” Kyouko yang berada agak jauh dari Tetsu yang disudut kanan Rena dan Rainnon disudut kiri Rena Kyouko sedang berada dibawah Rena.
“Ya, dia melewati masa pemilihan” Rainnon hanya memandang serius pada Rena yang masih belum siuman.
“Hah? Aku tak mengerti” Tetsu langsung mengangkat kepalanya dan menatap Rainnon dengan alis yang menandakan sangat bingung.
“Kamu tak perlu tahu Tetsu” jawab Rainnon singkat tanpa memandangnya sedikitpun.
“Kenapa?” balas Tetsu dengan tatapan agak kesal.
“Ini adalah rahasia” lagi-lagi Rainnon tak memandang Tetsu.
“Hey!” Tetsu mulai merasa sangat terganggu “jangan main-main ya! Kalau semakin parah bagaimana? Aku tak bisa membiarkannya seperti ini! Sudah 2 kali dia pingsan di depanku” Tetsu mulai mengernyit dan memaki-maki Rainnon, emosinya sedikit demi sedikit meningkat.
“Hey aku tahu apa yang harus dilakukan!” Rainnon hanya melipat matanya, tak kalah seramnya tatapan Rainnon pada Tetsu tetapi ia tak memkai emosi.
“Lalu kenapa harus dirahasiakan?” Tetsu semakin penasaran masih terjebak dalam emosinya.
“Itu karena---”
“Hei jangan berisik aku ingin tidur!” pembicaraan mereka berdua terpotong oleh Rena yang ternyata daritadi tidur “ZZZZZZ”
“HAH?!” DOEEEEENG Rainnon dan Tetsu sangat terkejut, Kyouko pun tak kalah kagetnya.
“Tetapi syukurlah ia baik-baik saja” Tetsu tersenyum sendiri sambil melihat Rena.
Setelah Rena tidur 1 jam “nih” Rainnon menyerahkan batu yang sama saat Rena dan Tetsu ke Zheoll World, yaitu Zheoll Stone.
“Akhirnya!” Rena sangat senang dan kembali bugar setelag tidur 1 jam dan pingsan sekitar 30 menit... mereka sudah memakai seragam mereka lagi dengan lengkap.
“Jangan lupa tiap pulang sekolah kembali” Rainnon meningatkan mereka.
“Gak akan!” Rena memancing emosi Rainnon.
“KEMBALI LAGI!” Rainnon langsung berubah sangat drastis, sampai Rena yang seperti baja itu langsung tunduk.
“Iya! Iya!” Rena sampai berteriak juga.
“Rainnon” suara lirih Tetsu memecahkan keributan mereka berdua.
“Ya?” Rainnon langsung melihat Tetsu dengan sekejapnya.
“Aku minta maaf soal tadi” Tetsu tak berani memandang Rainnon ia terus melihat kebawah dengan cemberutnya yang menyebalkan bagi Rena.
“Oh, tak apa!” Rainnon tanpa senyum tetapi tidak marah sedikitpun menjawabnya.
“Dan...” lanjut Tetsu “terimakasih telah memperlakukan aku dengan baik walau aku nakal dam salam makasih juga ke Nona Kyouko” wajah Tetsu memerah, ia sangat malu atas kelakuannya tadi pada Rainnon.
“Tidak apa-apa kok, iya nanti disampaikan” Rainnon tersenyum dengan hangat tetapi juga khawatir pada Tetsu “oh, iya jangan panggil Kyouko dengan Nona, dia itu Nyonya loh! Hahahaha!” Rainnon berwajah lawak lalu tertawa terbahak-bahak.
“Apa?! Beliau juga sudah menikah? Hahaha! Lalu kita panggil dia siapa?” tanya Rena bermimik sangat kaget.
“Itu terserah kalian saja” Rainnon pun bingung
“Kalau begitu Kyouko-san saja!” Tetsu ikut menyarankan.
“Kurasa terlalu formal, sudahlah Kyouko saja seperti kita memanggil Rainnon hehehe” Rena mengacungkan jempolnya dengan cengiran lawak.
“HAHAHA! WAJAHMU RENA!” Tetsu tertawa terbahak-bahak.
“HAHAHA!” Rena dan Rainnon pun ikut tertawa.
“Akhirnya kamu tertawa terbahak-bahak juga Tetsu...” Rena tertunduk sambil senyum-senyum sendiri.
“Ah, iya! Aku baru ingat untung belum telat!” Rainnon mengagetkan mereka berdua “pertama pegan batu ini hati-hati karena jika hanya sembarangan, tanpa aba-aba kalian terbawa ke dunia ini, makanya jangan terbayang dulu kalau ini batu sihir” Rainnon menarik napas “lalu kedua jagalah rahasia, jangan sampai banyak yang tahu tentang dunia ini, ketiga kalian taruh box yang ada di sekolah kalian di koordinat 127,166 di kota kalian” Rainnon menarik napas sangat panjang, saat ia berbicara ia sesak karena tak menarik napas sedikitpun.
“Kenapa?” tanya Tetsu heran
“Nanti saja, sudahlah pulang! Nanti terjadi apa-apa!” Rainnon menyerahkan batunya.
“Ini kan masih pagi” Rena heran sendiri sambil melihat badannya perlahan-lahan hilang.
“Sudahlah, kalian harus tahu sendiri jangan manja! Dah!” Rainnon bermimik misterius lalu melambaikan tangan.
Sampailah mereka di dunia mereka, bumi.
“Nah, ayo kita keluar” Tetsu dan Rena berjalan akan keluar.
CREK CREK “Rena...” Tetsu sangat kaget sambil memegang gagang pintu dengan gemetaran.
“Apa? Kok wajahmu gitu?”
“Kita... Terkunci” Tetsu berkata lirih
“APAA?! Kok bisa? Ini kan sudah jam 10 tidak mungkin... mestinya masih belajar... buku pelajaran... lalu...” Rena kebingungan merasa ada yang ketinggalan.
“Kok kamu malah mikirin kesana-sana?” Tetsu bingung melihat Rena sangat serius berpikir.
“TASKU KETINGGALAN DI KELAS!!!” Rena spontan berteriak berwajah sangat kaget, mulutnya terbuka lebar, sangat lebar.
“Ya ampun... makanya mestinya tasnya ditinggal disini, nih tasku ada kan? Aku meninggalkannya disini” Tetsu berwajah memancing emosi Rena sambil melet-melet.
“AH! SIAL!” Rena garuk-garuk kepala “ngomong-ngomong” katanya “kita keluarnya gimana?” Rena mengembalikan pembicaraan.
“Itu” kata Tetsu “kalau beruntung, ada jendela disini, kita lewat situ” Tetsu berpikir dengan wajah polos.
“APA?! LANTAI 3?!” Rena spontan berteriak kembali.
“Mau gimana lagi? Lagian aku punya ide kok! Walaupun kemungkinan kecil sukses” Tetsu meyakinkan dengan wajah mantap, tangannya diangkat sampai di mulut dan mengepalkan tangannya lebih-lebih mantap.
“Ya sudah terserah” Rena hanya berharap bisa keluar.
“Kamu yang bawa boxnya ya aku yang mencari jendela” Tetsu menunjuk ke box Zheoll Stone itu.
“APAAAAAA?! CEWEK DISURUH MEMBAWA YANG BERAT INI?! BERAPA KALI KAMU MENGAGETKANKU?!” Rena berteriak lebih panjang lebar sekarang.
“Yah, tomboi ini sudahlah daaah!” Tetsu berlari sambil melihat Rena sambil melet-melet.
“HEEEI!!!” Rena hanya berjalan di tempat dengan emosi dan mengangkat tangannya selang-seling “eh, tunggu” dalam sekejap ia sudah berdiri dengan normal dan berubah serius “sebenarnya” Tetsu menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang.
“Apa?”
“Kamu tak mau pulang kan? Karena di Zheoll ada sosok seorang wanita dewasa memperdulikanmu seperti anak kan?”
“Aku” lalu Tetsu menoleh kedepan lagi tak memperlihatkan wajahnya “memang tak mau pulang tapi aku masih berpikir bagaimana ayahku nanti bila tak ada aku. Jadi, aku...” suasana semakin sangat tegang dengan suara Tetsu yang sudah tak tahan tetapi... “aku adalah Dhrakwil Tetsuya yang kuat! Apa pun tak bisa membuatku menangis!” tiba-tiba saja Tetsu membalikkan semua badannya dan melipat tangannya, dengan senyum lebarnya yang membuat Rena gentar “jadi tak usah khawatir Rena! Karena aku juga akan memenuhi keinginanmu untuk pulang”
Tak sadar Rena sudah tersenyum manis dengan wajah merah, campur aduk dengan deg-degan dan dengan bangga “baiklah!” Rena memegang tangan satunya di belakang “dasar Tetsu! Pura-pura kuat! Tapi aku percaya dia memang kuat walaupun bagaimanapun”.
No comments:
Post a Comment