Chapter 12: Yoko and Ryuu
“Nah, sekarang aku tahu kita disuruh apa disini” kata Yoko pada Rena yang berada di sebelah kanannya, sedang memotong pohon dengan Crescent Blade.
“Apa?” tanya Rena, menolehnya sebentar lalu mulai memotong pohon lagi.
“Kita disuruh bertahan hidup” kata Yoko sambil mengelap keringat di keningnya “poniku sudah mulai panjang... huuuh” Yoko mengeluh “kamu tidak risih dengan poni mu?” Yoko melihatnya dengan heran, lalu DOR! DOR! DOR! Yoko terus menembak pohon mulailah keseimbangan pohon hilang.
BRUAK! Pohon yang ditembak Yoko jatuh “tentu risih! Tetapi potong rambut saja tidak boleh!” Rena makin emosi dan semakin lebih cepat memotongnya, dengan wajahnya yang mengerikan BRUAK! Pohon jatuh, Rena berganti pada pohon lain.
“Yaaa, tak usah emosi seperti itulah Rena...” Yoko kaget melihatnya “fyuuh” dia meniup asap pada handgun-nya “tapi bagiku rambut panjang bagus kok, kalau poni baru risih!” CLING CLING mata Yoko berbinar-binar “kalau rambut panjang ituuuuu, bisa diikat, dikepang, dikuncir, bla bla bla...” semakin cepat Yoko ngomong semakin tidak jelas di telinga Rena.
“D-dia, ini ngomong apa sih?” Rena bingung sendiri, sambil menghentikan memotong pohon, dia terheran-heran melihat Yoko yang ‘menggila’ itu.
“HEEEEY!!!” CLING CLING datanglah perempuan yang lain.
“WHOAAA, kamu cantik banget Megu, pakai dikuncir segala, pakai apa tuh?” Yoko melihatnya dengan berbinar-binar lalu mulai akan menembak pohon.
“Itu, hanya pakai serabut pohon hehe...” Megu menggaruk-garukkan kepalanya “aku menemukan tanaman obat! Baunya sama persis, aku tahu itu” katanya sambil menunjukkan tanaman yang ia ambil.
“Loh, tapi kan tanaman disini dengan bumi berbeda” Rena ikut melihatnya.
“Ya, kemungkinan saja, soalnya tadi aku tergores, lalu kucoba pakai tanaman ini, ternyata ampuh, lihat nih lukaku” Megu menunjukkan lukanya di lengan tangan kirinya.
“Wah, benar... seperti sudah kering saja” Yoko melihatnya lalu mengusap-usap dagunya “kau memang hebat Megu, seperti kisah-kisah orang ahli kimia, ya... bisa dibilang seorang ‘alchemist’ (orang yang ahli dalam bidang kimia)” tanpa sadar Yoko membangkitkan semangat Megu.
“WHOAAAA, tak terpikirkan! Umurku memang masih muda, tapi apa salahnya jadi seorang alchemist?!” mata Megu berbinar-binar “baiklah teman-teman! Aku akan mencari obat-obatan lagi!!! Sampai jumpaa!!!” Megu berlari-lari dengan semangatnya.
“Megu, tak terduga ya dia bisa se semangat itu” Yoko tersenyum khawatir, tetapi juga bahagia.
“HATI-HATI MEGUUUU!!!” Rena berteriak, suaranya menggema “yosh! Karena Megu se semangat itu aku akan semangat juga!” Rena kembali pada posisinya.
“Ya aku juga!” Yoko juga kembali pada posisinya.
Lalu, di kantor pusat...
“KALIAN!!!” Kyouko terbangun dengan kagetnya dia terbangkit dari pingsannya, BRUAK! Suara selimut tebalnya yang ia buka, dia masih memakai kimono yang sama saat di kantor.
“Kyouko-sama, tenanglah! Anda ada di ruang kesehatan, lalu permisi... anda bisa mengganti baju anda dengan baju ini” pengawalnya memberi kimono ganti untuknya.
“Ah, iya terimakasih” lalu beberapa menit kemudian ia memakai kimono untuk orang yang sedang sakit “maaf permisi aku akan menghubungi 5 anak itu”
“Tapi Kyouko-sama?!”
“Tenanglah, kalaupun aku diserang lagi aku sudah di ruang kesehatan kan?” Kyouko memulai telepathy “semua bisa dengar?” DEG DEG DEG DEG Kyouko sebenarnya ketakutan untuk menghubungi mereka tetapi, tanggung jawabnya harus dilaksanakan.
“Ya, aku bisa” jawab Rena, juga yang lain
“Untunglah... maaf kemarin...”
“Apa yang kamu lakukan pada kami?!” Ryuu memberontak, mengehntikan mengumpulkan pohon.
“Aku...”
“Sudah mencelakakan kami semua hah?!”
“BUKAN! Bukan aku, atau Rain atau siapalah... bukan dari pemerrintah” Kyouko menatap jendela, masih pagi, matahari menyinari dan menyelimuti seluruh ruangan, menyelimuti bumi menjadi hangat “kalian pasti mengira ini ulah kami... tapi... bukan kami yang melakukan...”
“Ma-maaf... aku...”
“Tidak apa-apa, kau hanya panik bukan? Kemarin aku menghubungi kalian... sudahlah tak usah ditanya kenapa bisa terputus” Kyouko berbalik “apa saja yang terjadi disana?” lalu cerita dimulai diceritakan oleh Rena.
“Kyouko, boleh aku tanya?” setelah Rena bercerita, tak ada jawaban dari Kyouko, mungkin maksudnya langsung saja bertanya “apa... aku punya kakak? Lalu Crescent Blade...?” Rena mulai murung, teringat apa yang terjadi saat di dalam gelembung.
“Itu... aku ceritakan atas izin...”
“Ceritakan saja” suara wanita dari ujung lain “ceritakan saja semua, tetapi terserah mau kapan”
“Ra-Rainnon?” semua kaget, menghentikan pekerjaan mereka semua.
“Rain?” Kyouko juga kaget
“Ya, maaf aku menyambung telepathy kalian sembarangan, lalu Kyouko aku baik-baik saja setelah menghubungi mereka saat mereka terkurung”
“Sebenarnya apa yang...”
“Sebaiknya nanti saja saat kalian sudah kembali, ini akan menjadi cerita yang panjang, bisa-bisa kekuatanku habis hari ini hanya karena menghubungi kalian” Kyouko menghembuskan napasnya “baiklah sampai nanti, Rain jaga kesehatanmu ya”
“Ya” jawab Rainnon “kalian juga lebih konsentrasi ya pada latihan! Daah!” telepathy dari Rainnon dan Kyouko terputus bersamaan.
“Ya ampun... kembali bekerja” Tetsu mulai memotong beberapa pohon dengan anginnya.
“Huh, iya” Ryuu mulai lemas lagi lalu menendang lalu memukul pohon-pohon.
“RASANYA INI SEPERTI SIANG TAK BERHENTI!!!” BRUAK! Rena terduduk sambil melihat matahari, penuh keringat, lalu menutup matanya “SILAAAAUUU!!!”
“Yah, sungguh capek, kekuatanku juga hampir habis... kalau-kalau disana ada musuh bisa gawat aku tidak memiliki kekuatan sama sekali” Yoko juga ikut duduk, lalu Megu menghampiri mereka.
“Istirahat saja dulu, kita akan makan” Megu ikut duduk lalu bersantai-santai.
“Makan apa?” Rena bermuka lemas, dengan keringat bercucuran di wajahnya “menyebalkan... seandainya ada ikan...” Rena berpikir seperti itu padahal dia di laut.
“Ya, itu... lihat aku membuat alat pancing untuk makan sekarang, jadi kita makan ikaaan!!!” Megu berlari duluan “aku duluan!” dia berlari ke tepi pantai.
Lalu Rena dan Yoko berusaha bangkit “akhirnya kita makan...” Rena berjalan sangat lemas dengan badan yang bungkuk “ayo Yoko” tanpa jawaban Yoko mengikuti Rena.
“Apa kantor akan bertanggung jawab dengan seragam kita yang menjadi lusuh ini?” Tetsu melihat seragamnya yang sangat kotor dan ada beberapa robekan.
“Ya, semoga saja iya” lalu Ryuu berjalan lemas “aku mau ke tepi dulu ya... mau menangkap ikan” Ryuuberjalan dengan lemasnya.
“Aku ikut” Tetsu mengikutinya.
“Hey, semua! Aku akan memancing untuk kalian, tunggu saja!” Megu semangat sekali menunggu hasil pancingannya.
“Tapi... bukankah kalau memancing harus ada umpannya ya?” Yoko melihat ujung kail tak ada umpannya sama sekali “jangan-jangan...” Yoko bermuka mengejek, memprovokasi Megu.
Megu langsung merinding “ya! Aku tahuuuuu!!!” Megu marah-marah sendiri “ambilkan aku cacing atau semacamnya!!!” Megu mengambil alat pancingnya dia melipat tangannya lalu manyun “sudah tahu bukan aku jijik-an? Tch!”
“Megu kalau marah...” Ryuu melihatnya seperti frustasi
“Seperti monster, sudahlah terima saja” Rena menepuk punggung Ryuu lalu meninggalkannya “kami duluan Ryuu” Rena melambaikan tangannya, diikuti Tetsu dan Yoko.
“Tunggu!!!” Ryuu berlari mengikuti mereka.
“Ah, apa salahnya dicoba untuk memancing tanpa umpan?” Megu memandang alat pancingnya dan mulai memancing kembali “semoga saja bisa”
“Selamat makaaaaan!!!” HAUP! Rena mengunyah ikan bakar, mereka menikmati api unggun yang hangat dan terang ditengah malam gelap gulita juga dingin, ditaburi bintang dilangit dan bulan purnama yang memandang mereka tajam “nyem... nyem... akhirnya kita makan setelah menangkap banyak!” mereka juga membuat box untuk cadangan dari kayu-kayu.
“Oh, iya...” HAUP! “besok...” GLEK “HOOEEEKKK!!!” Ryuu melempar tusukan ikannya dan memegangi lehernya seperti cacing kepanasan, menggeliat-geliat.
“Ryuu...” Megu melihatnya kaget “minum dulu, terpaksa air laut” Megu mau membantunya bangkit.
“Tak apa... besok pagi-pagi sekali kita akan langsung membuat rakit, agar tidak terlambat” Ryuu langsung bangkit dari kesakitannya, kembali duduk dan mengambil ikan lagi.
“Baik!!!” jawab semuanya, kecuali Yoko.
HAUP! “hey apa masalahmu Yoko? HOEEEKKK!!!” Ryuu kembali melakukan hal yang sama...
“Sudah kubilang kan, minum dulu...” Megu melihatnya heran
“Aku hanya mau bilang kata Megu itu benar, sungguh bodoh!” Yoko melipat tangannya, hanya melihatnya dengan mata sebelah, mulutnya manyun-manyun.
“Hey, hey, hey” Ryuu langsung bangkit mendadak tidak kesakitan lagi “apa maksudmu bodoh? Bukankah kamu yang bodoh cewek monster?” Ryuu menunjuk-nunjuknya persis di depan matanya.
“Jaga kesantunan ya... menunjuk-nunjuk ke cewek disini masih ada cewek lebih monster ya dari aku!” Yoko menunjuk-nunjuk Rena dari jauh sana “dasar playboy” Yoko juga menunjuk-nunjuknya.
“H-hey... apa masalahmu, menyalahkanku juga” terlihat percikan api amarah dari Rena, dia ikut mengamuk sampai mematahkan tusukan ikannya.
“Tenang Rena...” Tetsu menepuk-nepuk bahu Rena.
“Apa masalahmu memanggilku cewek monster?!” Yoko masih menunjuk-nunjuk Ryuu.
“Kamu sendiri apa maksudnya memanggilku cowok playboy?” Ryuu mengelak tunjukan Yoko, dengan memukul lengan tangannya.
“Jawab dulu pertanyaanku!” Yoko buang muka tetapi meliriknya dengan sebelah matanya dan melipat tangannya.
“Cukup mudah bukan? Lihat dirimu, cewek mana sih yang berani melawan cowok dengan sikap seperti ini?! Tidak persis seperti Megu!” Ryuu menunjuk-nunjuk Megu.
“Hey, jangan bawa aku ke masalah kalian...” Megu bersuara pelan juga tersenyum-senyum khawatir, duduknya manis, cara makannya juga pelan-pelan.
Mendadak Yoko melotot tanpa memandang Ryuu, seperti menyembunyikan wajahnya yang terkejut, hatinya terguncang, kemudian dia langsung menatap Ryuu tajam “a-aku, juga... aku juga punya alasan bukan kamu kusebut cowok playboy?!” Yoko membentaknya dengan hati yang masih terkejut dengan perkataan Ryuu, tetapi dia sebenarnya bukan sakit hati.
“Apa?!” bentak Ryuu tambah kasar
“Ya, kamu selalu dikelilingi perempuan cantik ataupun jelek juga, tetapi kamu... kamu ngerayu mereka kan?!” Yoko berusaha yakin dengan perkataannya.
“Sepertinya itu seperti kelakuan seseorang” Rena melirik Tetsu dengan wajah mengejeknya.
“A-apa maksudmu?! Aku playboy?!” Tetsu mulai terpancing amarahnya “berkelahi!” Tetsu bangkit dari duduknya.
Begitupun Rena “ayo!” mereka berdua ikut ribut.
“Tch, aku tidak melakukan hal seperti itu ya!” memang benar perkataan Ryuu, dia tidak pernah merayu perempuan, Megu? Paling dia hanya menghiburnya kalau dia sedih.
“Tch...” BLA BLA BLA Yoko dan Ryuu semakin ribut saja, lalu Megu...
“J-jangan ribut dong...” Megu lalu melirik jatah ikan mereka “kalau begitu aku makan semuanya diam-diam” Megu mengambil satu-satu ikannya.
Lalu setelah beberapa menit lamanya “GROOOOK” semua tertidur pulas karena lelahnya.
“Sudah kuduga akan begini... ikannya tidak akan ketahuan bukan?” Megu juga ikut akan tidur. Setelah dipikir-pikir, Megu kadang tidak anggun bukan? Untung Ryuu tidak tahu.
“AYOOO!!!” semua bekerja sama, matahari masih belum terbit, 5 anak ini sudah bekerja untuk membuat rakit, kompaknya sungguh luar biasa... tetapi Ryuu dan Yoko tak tampak bekerja sama, berbeda dengan Tetsu dan Rena yang kemarin juga bertengkar tetapi bagi mereka kemarin itu seperti angin berhembus saja.
Setelah beberapa lama sampai matahari sudah nampak “akhirnya selesai juga! Ayo kita berangkat sekarang!” Ryuu mengelap keringat di keningnya.
“Tapi apa tidak susah? Pagi-pagi kan anginnya ke darat” Megu bingung sendiri sambil melihat rakit mereka.
“Serahkan padaku, aku bisa mengubah angin walau hanya disekitar rakit saja” Tetsu menepuk dadanya.
“Gak akan kehabisan kekuatan?” Rena bingung
“Ya, kalau disana ada musuh aku cukup diam saja” Tetsu mengangkat bahu dan melirik ke arah lain sambil berwajah merasa tak berdosa.
“HEY!” Rena protes sendiri
BYUURR mereka langsung meluncur “YEAH! Ayooo!!!” Tetsu dengan enaknya menikmati angin “ayo jangan ditahan terus rakitnya cepat naik!”
“Iya!” Ryuu yang daritadi menahan rakit untuk membiarkan yang lain naik duluan “yosh!” dia berlari dan langsung menaiki rakit “yang mendayung sementara Rena dan aku ya!” Ryuu mengambil alih dayung sebelah kanan, Rena mengambil yang sebelah kiri.
Karena dunia Rena dkk adalah dimensi buatan pemerintahan Mikiro, maka waktunya pun tak beda Rainnon baru bangun saat ini, jelas sekali masih jam 6 pagi, dia bangun sendiri “sudah pagi ya?” dia memandang jam di meja kecilnya disebelah tempat tidur besar, ya kamar hotel. Dia langsung bangkit dan bersiap-siap, setelah beberapa menit dia keluar dari kamarnya disambut 2 pengawalnya yang menjaga di depan kamar hotelnya “ayo kita ke bawah” Rainnon tanpa memandang pengwalnya berjalan.
“Siap!” 2 pengawalnya mengikutinya.
GREP! Hormat prajuritnya yang sudah menunggu di luar Rainnon balas hormat mereka, lalu kembali tegap “sudahkah disampaikan suratnya?” tanya Rainnon sebelum menaiki kereta kudanya.
“Sudah Yang Mulia, bukti surat ada pada pengawal anda” jawab prajuritnya dengan sopan.
“Bagus, langsung saja kita berangkat ke pemerintahan Zheoll City” kereta kuda langsung berjalan pergi meninggalkan hotel, diikuti para prajurit dari depan ataupun belakang dengan menaiki kuda mereka masing-masing.
Setelah beberapa menit kejadian dibalik sana, Rena dkk sudah ada di tengah-tengah laut “ya ampun... pagi-pagi saja sudah panas begini... masih juga jam 7 kurang” Yoko mengira-ngira ini pasti jam 7, sambil melihat matahari dia melindungi matanya dengan tangannya, keringat bercucuran dimana-mana, yang lain pun tak kalah merasa kepanasannya “silau lagi!” keluhnya, saking silaunya matahari lautan pun memantulkan cahayanya ditambah laut yang jernih ini tetapi tidak terlihat dasarnya.
“Jelas, itu kan bodoh namanya, sudah tahu panas dan silau, tapi masih saja mataharinya dilihat” protes Ryuu sambil mendayung, Tetsu yang sedang konsentrasi pada anginnya tak menghiraukan mereka, lain dengan Rena dan Megu yang mulai lemas karena Yoko dan Ryuu bertengkar lagi.
“Heh? Apa maksudmu playboy?” Yoko menghampirinya, lalu Ryuu melempar dayungnya.
“HIIIY!!!” Megu kaget dan segera meraih dayungnya, lalu ikut mendayung.
“Apa yang mereka lakukan sih, kerjaannya bertengkar saja” konsentrasi Tetsu terpecah karena mereka semakin ribut, tetapi masih mengontrol anginnya “Rena, tolong urus...”
“Aku tidak ikutan, apa bedanya emosiku dengan Yoko?” Rena terus mendayung “lebih baik Megu saja... Ryuu pasti nurut”
“A-aku?” Megu bingung sendiri, lalu dia melangkah ke arah mereka “Ryuu, Yoko tolong hentikan ini semua” Megu berbicara di sela-sela mereka sedang bertengkar.
“Tch, kali ini aku mengalah cewek monster! Karena Megu menyuruh” Ryuu buang muka darinya.
“Tch, dasar playboy, saat-saat begini nurut sama...” DASH!!!
“WHOAAA!!!” teriak semua serentak, tanpa sadar dibawah mereka ada bayangan besar, lalu ia memundurkan badannya dan keluarlah...
“Wuaaa box ikaaan...” GREP! Rena berhasil menahan boxnya “guncangan apa itu?” Rena melihat sekeliling, mereka terbawa ombak.
“S-semua... lihat...” Tetsu sangat terkejut dengan adanya bayangan hitam menyelimuti mereka.
“MONSTER LAUUUUUUUT!!!” teriak semua sambil berhamburan kemana-mana. Monster laut? Tentu semua tahu, lehernya yang panjang menjulang ke atas layaknya jerapah yang lebih besar, monster ini memiliki sisik seperti naga wajahnya pun seperti naga untuk yang satu ini, kakinya ada empat ekornya pun panjang, sisiknya berwarna hijau. Karena risih semuanya mondar-mandir si monster memukul rakit dengan ekornya yang kuat dan panjang DASH!!! “WHOOOAAAA!!!” teriak semuanya berbarengan, mereka tersebar kemana-mana.
“Semua pegang tanganku!” Tetsu berusaha meraih tangan siapapun, yang tertangkap adalah Rena.
“Megu! Tangkap tanganku!” Rena berusaha meraih tangan Megu tetapi Rena lebih dekat dengan Ryuu “duh...” Rena meraih tangan Ryuu “Ryuu!”
“Ya aku tahu!” saat Ryuu akan meraih tangan Megu, disebalahnya Megu persis ada Yoko “tch!” Ryuu lebih memilih Megu dibanding Yoko jadinya...
“YOKOOOOO!!!” Rena dan Megu berteriak serentak BYUUURRR!!! Tak sempat diraih Megu Yoko sudah masuk ke laut, tenggelam...
“Tidak...” Rena melihatnya dengan khawatir.
“Semuaaa!!! Jangan diam saja! Ayo berusaha naiki badan monster ini!” Tetsu daritadi bergelantung di punggung monster dan berusaha tetap memegang tangan Rena.
Lalu “aku akan berusahaa mengendalikan monster ini ke pulau, tolong pegangan erat-erat ya!” Tetsu mulai melilitkan serabut, darimana serabut itu? Dari sisa sewaktu mereka akan membuat rakit. Masih tersisa banyak tetapi karena Tetsu berjaga-jaga maka ia bawa pergi serabut itu juga, lalu tahu situasi mereka saat diserang ia langsung mengambil serabut, dari saat melihat monster laut, Tetsu sudah punya rencana, dalam sekejap Tetsu melilitkan serabut di leher monster lalu ia menarik serabut sekencang mungkin.
“RROOAAAARRRR!!!” monster kesakitan tapi...
“Tetsu! Tunggu! Yoko masih tertinggal!” Megu berteriak sambil berpegangan di sisi punggung monster.
“Apa?” Tetsu menoleh ke belakang dengan wajah terkejut setengah mati.
“Cukup mudah bukan? Lihat dirimu, cewek mana sih yang berani melawan cowok dengan sikap seperti ini?!” tergambar Ryuu yang sewaktu itu berkata seperti itu dipikiran seseorang “ternyata memang benar, dari awal semua hanya menyembunyikan perasaan tak suka padaku” Yoko yang semakin lama semakin tenggelam “percuma aku berusaha menghampiri mereka, aku tidak bisa menghadapi mereka. Dengan sifatku yang begini... pada akhirnya memang aku ini adalah orang menyebalkan...”
“Tetsu, masih adakah serabut?” Megu kurang bisa melihat Tetsu karena angin yang berhembus begitu kencang.
“Ya, kalau bisa ambil di bahuku ini!” lalu tak lama Megu berlari dan berusaha berdiri.
“Rena bisa bantu aku?!” Megu menahan rambutnya yang berkibas-kibas.
“Eh?” Rena juga berusaha berdiri.
Lalu... saat Yoko membuka matanya perlahan, terlihat seseorang berenang-renang menghampirinya “lihat, malaikat sudah menjemputmu...” semakin lama orang itu semakin mendekat...
“BOOOODOOOOOOOH!!!” BHUAKKK!!! Ternyata memang benar Ryuu bukanlah playboy, mana ada playboy yang berani meninju perempuan “bodoh! Kenapa tidak berusaha berenang hah?!” gelembung-gelembung keluar dari mulut Ryuu yang terbuka lebar. Yoko awalnya kaget matanya melotot, tapi kini dia tersenyum sinis “tch... HOEKKK!!!” Ryuu langsung menarik lengan Yoko dan “BUAAAHH!!! Itukah jawabanmu?! Tersenyum saja?!” Ryuu kesal tetapi masih menggenggam erat lengan Yoko.
“Tentu saja, siapa sih yang bodoh? Berbicara dalam air, teriak teriak lagi!” Yoko tersenyum sinis.
“Tch, kalau tahu begini aku tidak akan menolongmu!” Ryuu buang muka.
“Tapi nyatanya kamu menolongku kan?” Yoko menatap Ryuu yang membelakanginya dengan senyum sinis.
Seketika Ryuu membalik “ya!” senyum sinis juga dikeluarkannya.
“Oooiii!!! Cepat raih ini!” tiba-tiba ada serabut di depan mata Ryuu “cepat naik!” Rena berterikak.
“Yoko, masih kuat untuk ini?” Ryuu menatap Yoko dengan mantap.
“Ya” jawab Yoko singkat dengan senyum mantapnya juga, lalu ketika mereka memegang erat serabut.
“Sudah... tidak... KUAAAAAAAT!!!” monster sudah mulai berontak Tetsu menarik kencang serabut sehingga...
“ROAAAARRR!!!” monster mulai berjalan, tak kalah Tetsu juga mengarahkan arah jalannya.
“Maaf monster... ini sakit ya?! Maaf!” Tetsu terus menahan si monster untuk kembali bisa dikendalikan.
“WAAAAA!!!” Ryuu yang lebih depan dari Yoko, mereka masih di air.
“UGH! Mereka berdua beraaaat!!!” Rena dan Megu menahan mereka.
“Y-Yoko! Bantu mereka dengan bantuan kita berenang!” Ryuu menggerakkan kakinya, berenang seperti gaya bebas.
“Ya!” Yoko memakai kacamatanya dan berenang seperti Ryuu.
“Tak diduga! Kita sebentar lagi sampai di pulau!” Tetsu terus menahan monster “sungguh sangat cepat!” mendadak monster berhenti dan keluarlah lorong warna-warni “WHOOOAAAA!!!” Tetsu terpental karena rem mendadak itu, dia duluan tersedot.
“WAAAA!!!” Rena dan Megu juga terpental “Megu tarik serabutnya, biarkan Ryuu dan Yoko masuk duluan!” Rena merasa serabut menjadi lebih berat.
“Ma-maaf, serabutnya lepas dari tanganku...” Megu bermuka merasa tak berdosa “KYAAAA!!!” Megu tersedot.
“Apa?! Tch! HEAAAAAA!!!” Rena menarik serabut dan...
“WHOOOAAAA!!!” Yoko dan Ryuu masuk duluan, tapi karena beban Rena juga terikut tersedot, berakhirlah perjalanan mereka di stage 3.
Di sisi lain, sampailah Rainnon pada tujuan, dia turun dari kereta dan berjalan bersama kedua pengawalnya.
GREP! 2 prajurit yang menjaga gerbang langsung hormat “ada yang bisa kami bantu?!” suara mereka begitu lantang dan gagah.
“Saya, Zhemaru Rainnon pemimpin desa Mikiro” Rainnon juga ikut hormat “saya ingin menemui presiden” GREP! Mereka semua kembali tegap.
“Apakah ada surat buktinya?” kata salah seorang prajurit.
Tanpa kata-kata, sang pengawal memberikan surat tanda buktinya dan diberikan pada mereka, setelah dibaca mereka kembalikan lagi “kalian kami terima, silahkan masuk!” mereka membukakan gerbang besar dari besi dicat hitam dengan ukiran-ukiran indah, yang ditahan oleh beton besar dan kokoh, di dalamnya ada taman yang lebih indah dan besar dibanding punya Rainnon, lalu bangunannya yang artistik dengan dinding kokoh berwarna putih bersih, jelas saja, ini kan milik presiden.
GREEEEK pintu besar dibuka “silahkan masuk Yang Mulia Rainnon” satu orang prajurit menyambut mereka dengan hangat, badannya dibungkukkan dan tangan kanannya mengitari tubuhnya sedangkan tangan kirinya disembunyikan di belakang, seperti menyambut tamu terhormat, dibawalah mereka ke ruangan presiden, ketika di perjalanan akhir, lantai 3, mereka berjalan di koridor yang panjang dan luas TAP TAP TAP, langkah mereka menggema saking besarnya koridor ini lalu...
TOK TOK TOK sebelumnya, prajurit minta izin pada kedua prajurit yang menjaga pintu besar yang berisi presiden “Yang Terhormat presiden, tamu anda sudah datang, Zhemaru Rainnon pemimpin desa Mikiro” sungguh santun prajurit ini.
“Silahkan masuk” jawab presiden dengan suara biasanya dari dalam, GREEEEK pintu besar dibuka, dibukakan oleh kedua penjaga.
“Yang Mulia Rainnon, saya hanya akan mengantar anda sampai sini” masuklah mereka bertiga dan BLAM! Pintu besar ditutup oleh penjaga itu.
“Saya Zhemaru Rainnon...”
“Santai saja kemarilah, panggil saja saya Picazzo, dan wakil presiden panggil saja Rou” wajah ataupun badannya yang sedang duduk di tutupi mejanya yang besar tidak terlihat karena jendela besar yang memasuki cahaya matahari sedangkan ruangan besar dan gelap, disebelahnya pun ada wakil presiden.
“Tidak, saya panggil Tuan Picazzo saja” TAP TAP TAP langkah Rainnon dan kedua pengawalnya, terdengar masih sangat jauh, lalu kemudian saat sudah sampai di depan mereka bertiga menunduk dan menurunkan badan mereka, satu kakinya diangkat seperti orang jongkok sedangkan satunya menahan, tangan mereka ditaruh dilantai “saya, sebenarnya ingin mendemo anda secara diam-diam disini...”
Sejenak hening menyelimuti mereka, kemudian keluarlah suara “bangkitlah...” suara Picazzo, kemudian mereka bertiga bangkit “ini menarik...” cengiran Picazzo terlihat.
No comments:
Post a Comment