Wednesday, June 15, 2011

Yuuki no Hikari Chapter 13

Chapter 13: Stage 4, Very Mysteryous

Seorang anak kecil ditengah cahaya, tubuh ataupun badannya gelap, seperti bayangan, membelakangi sumber cahaya.
Aku temanmu, berarti kamu masih punya cahaya kan?” anak itu mengulurkan tangannya.
Mereka kembali pada lorong warna-warni, meskipun semua selamat tetapi salah satu dari mereka ada yang murung, serasa awan suram mengelilingi mereka, dia adalah...
“Kalian tahu?” ya, tahulah gaya duduk orang yang sedang suram “walaupun kita semua selamat, cadangan makanan kita... juga jerih payah kita membuat rakit...” JEDAAAARRR!!! Petir kesuraman mengelilingi Rena yang tertunduk.
“Itu, kita bisa cari lagi... dan, kita kan sudah menaiki monster laut kan?” Megu berusaha menenangkannya.
“Iya! Itu benar!” Tetsu berbinar-binar matanya “aku senang sekali bisa menaiki, tidak, bisa mengendalikannya!!!” berbeda sekali, Tetsu dikelilingi awan cerah dengan pelangi-pelangi yang menakjubkan.
“M-mereka berbeda ya...” Megu melihat mereka berdua yang duduk berjauhan “lalu Yoko dan Ryuu...” Megu berbalik melihat mereka berdua.
“Yoko, sebagai laki-laki... ehem...” Ryuu memulai pembicaraan diantara keheningan mereka tadi “aku minta maaf duluan ya, kau tahu? Aku hanya iri padamu yang bisa mengeluarkan perasaanmu dengan jujur, walaupun marah sekalipun...” Ryuu menggaruk-garukkan kepalanya sambil menatap Yoko malu-malu karena ulahnya sendiri.
“Yah, aku juga minta maaf, aku iri saja kamu bisa laku di kalangan lawan jenis, sedangkan aku? Dikelilingi saja tidak” Yoko juga tersipu-sipu karena ulahnya juga “tapi cukup menyeramkan juga saat kau meninjuku” Yoko langsung merubah ekspresinya sangat terkejut, mengangkat jari telunjuknya.
“Ya, itu juga aku minta maaf, kamu boleh membalasnya kalau mau” Ryuu nyengir-nyengir menahan tawa.
“Tidak, cukup seperti saat itu saja” Yoko tersenyum mantap, balasan dari Ryuu juga sama lalu mereka menabrakan sisi samping telapak tangan mereka yang mengepal “sudah cukup lama bukan kita tidak seperti dulu?” Yoko tercengir-cengir.
“Ya!” Ryuu juga nyengir.
Lalu Megu yang daritadi memperhatikan dan mendengar dengan jelas kata-kata mereka “ah, kalian...? Apa maksudnya dengan... seperti dulu?” Megu bingung sendiri.
Mereka berdua saling merangkul seperti sahabat dekat, keluar lagi sifat tomboinya Yoko “kita berdua bersahabat dari kecil!” mereka berdua nyengir.
“Hah?” Rena langsung merespon, kesuramannya menghilang “dari...”
“Kecil?” Tetsu melanjutkan omongan Rena, rasa bahagianya pun langsung hilang saat mendengar kata-kata itu tadi.
“Pantas saja kalian dekat” Megu menghembuskan napasnya panjang-panjang lalu menundukkan kepalanya.
Lalu muncullah cahaya “ini bukan tipuan lagi kan?” Rena berdiri, diikuti yang lain yang berada di belakangnya.
“Kurasa bukan...” Tetsu melihat cahaya itu, perlahan mereka menghilang “waaaah!!!” Tetsu terlihat sangat terkejut “DINGIN SEKALIII!!!” JREEENG mereka ada di tengah-tengah salju.
“BRRRR, a-apa... apa-apaan i-ini?!” Ryuu menggigil, yang lain pun melakukan hal yang sama.
“Kita harus apa disini?! Tempat sebelumnya panas sekali, sedangkan disini berubah dingin! Kita disuruh mati apa?!” Rena berteriak-teriak, kakinya di hentak-hentakan tangannya diangkat-angkat WHUUUUSSS angin dingin bertiup “brrr...” Rena menggigil kembali.
“Tak ada gunanya kamu marah-marah Rena...” Megu tersenyum-senyum khawatir juga menahan tawa “tapi rasanya” WHIIING “dugaanku benar”
“Badai saljunya berakhir” Yoko melepaskan tangannya, yang tadinya memeluk dirinya sendiri “tapi tetap saja masih dingin...”
“Ya, setidaknya badainya berhenti...” Ryuu membiasakan tubuhnya dengan sekitarnya dengan tidak memeluk badannya lagi “kita mulai jalan”
“Dasar, memangnya kamu tahu kita harus apa?” Rena mengeluh dan mengikuti yang lainnya berjalan-jalan.
“Tapi tetap saja lebih percuma kalau kita diam saja” Ryuu berkata sambil berjalan menatap lurus kedepan.
“Ya, kata Ryuu juga benar” Tetsu menyalakan apinya dari tangannya, cahaya mengelilingi tubuhnya, juga kehangatan.
“Hei, itu licik!” Rena memarahinya.
“Ya, kalau kita punya kemampuan kenapa tidak digunakan? Namanya bertahan hidup!” Tetsu melet-melet.
“Siaaaaaal!!!” Rena berteriak-teriak lagi.
“Jadi...” Picazzo berkata, ya ini saat-saat dikeliling Rainnon.
“Ya, aku akan unjuk rasa, tetapi secara sopan, Tuan Picazzo, Tuan Rou” Rainnon dan pengawal-pengawalnya bangkit.
“Tolong berikan mereka kursi, dan tolong nyalakan lampunya, juga tutup jendelanya” Rou kali ini mengeluarkan suaranya.
“Baik, wakil presiden” ternyata di dalam masih ada orang lagi selain mereka berdua, sang prajurit menyalakan lampu, memberi Rainnon dan pengawalnya kursi yang nyaman, juga menutup jendela dengan tirai.
“Terimakasih, jadi sekarang kita mulai saja” wajah Picazzo, Rou, dan prajurit mereka terlihat sekarang. Picazzo bertubuh besar dengan rambut berwarna cokelat muda dan mata berwarna biru, juga kumisnya yang sedikit tebal, memakai baju formal, dari wajahnya terlihat dia sudah berumur, begitupun Rou, matanya yang berwarna hitam sipit, dia berasal dari timur juga dengan rambutnya yang berwarna hitam tanpa kumis “apa yang akan anda sarankan pada kami?”
Rou hanya diam sampai dia merasa waktunya untuk berbicara “saya minta, tolong ganti hukum untuk manusia yang tidak mempunyai kekuatan” Rainnon menarik napasnya “yah, tolong bebaskan mereka bagi yang tidak punya kekuatan... apa susahnya untuk menghilangkan ingatan mereka?” Rainnon berekspresi serius, tapi berbeda dengan hatinya dia merasa takut, karena bila sarannya gagal apa yang harus dilakukannya untuk Megu?
“Menarik...” Picazzo menjawabnya singkat, tanpa jawaban yang berarti, sejenak mereka semua terdiam “kau tahu kenapa manusia yang tidak memiliki kekuatan harus dihukum? Tidak bukan dihukum, tetapi dibunuh?” Picazzo tetap bersikap santai dengan menyandarkan dagunya pada telapak tangannya.
“Ya, karena takutnya mereka tidak menjaga rahasia kan?” Rainnon menjawabnya santai.
“Kau yakin?” tak ada jawaban dari Rainnon, hanya terdengar GLEK Rainnon menelan ludahnya “kuberi tahu kau, itu bukanlah alasan sebenarnya, kalau dipikir-pikir...” Picazzo mendekatkan wajahnya “bukankah kalau manusia yang memiliki kekuatan kemungkinan kecil tidak bungkam kan?” Picazzo memprovokasi Rainnon dengan mimik mukanya yang menyebalkan itu.
Tunggu, kenapa tidak terpikirkan dari awal?! Kenapa?!” Rainnon sejenak terkejut, dia melotot pupil matanya mengecil “lalu... masalah sebenarnya...?” Rainnon tergagap untuk mengucapkan kata-kata.
“Sebenarnya... saya sendiri tidak tahu, dan ini bukan kebohongan. Tapi pertahanan Zheoll melemah, jika tidak memakai nyawa manusia biasa maka Zheoll akan...” Picazzo merubah mimiknya menjadi sangat khawatir “akan, hancur...”
“Ti-tidak mungkin?!” Rainnon terkejut lagi, mulutnya tidak menutup terbuka sedikit tetapi gemetaran.
“Yah...” Rou menarik napasnya “seperti yang diperkirakan Zheoll menyerap nyawa manusia biasa, karena nyawa mereka bersih dari kekuatan, karena itulah, hal seperti ini sudah lama berlalu” Rou membenarkan kacamatanya “dengan kata lain...” Rou membuka matanya.
“Saranku... tidak-tidak diterima...?” Rainnon masih bergemetar.
“Ya, maaf-maaf saja Rainnon” jawab Picazzo singkat “tapi” mata Picazzo menatap tajam dan dalam pada mata Rainnon “jaga rahasia ini” Picazzo melotot.
“Baik, terimakasih telah mendengar permintaan saya...” Rainnon dan kedua pengawalnya melakukan hal yang sama saat mereka masuk.
BLAM! Pintu besar tertutup... tak ada sepatah kata apapun dari mereka semua.
GRATAK GRATAK, setelah dari hotel untuk check out dan kembali ke desa, Rainnon sekarang sedang menaiki kereta kudanya “aku... gagal? Lalu... aku harus...” Rainnon terdiam, tatapan matanya kosong melihat keluar jendela “lalu aku harus apa? Aku tidak bisa menyelamatkan nyawa siapapun?
“Gubuk... a-apa-apaan ini?!” Yoko terpaku melihat apa yang ada di dalamnya.
Kejadian sebelumnya, sebelum mereka datang ke gubuk...
“Hey, cari tempat yang hangat yuk...” Yoko terus menggigil, dia memeluk tubuhnya terus.
“Mungkin itu benar juga... walaupun aku laki-laki, dingin pun akan mengalahkanku juga...” Ryuu kedinginan, sampai-sampai dia meler dan menggigil kedinginan.
“Gak usah sok keren ya Ryuu” Rena tersenyum sinis padanya.
“Itu...” dari mata Yoko, ada sesuatu berwarna hitam dari jauh, setelah diteliti “rumah!!!” Yoko berlari-lari.
“Hey! Tunggu!” yang lain juga mengejarnya.
“Itu gubuk kan? Ah, yang penting ada tempat untuk menghangatkan tubuh!” Rena semakin semangat, lalu dia melihat Yoko yang terdiam terpaku saat membuka pintu “kenapa dia?”
“Gubuk... a-apa-apaan ini?!” Yoko melotot melihat dalamnya BRUAK! Ia terduduk, badannya serasa kaku, harus melihat pemandangan yang mengerikan.
“Yoko?! Kenapa?!” Ryuu menghampirinya, menyeimbangi tingginya dengan jongkok.
“WAAAAAH!!!” Rena berteriak, walaupun tomboi, memangnya dia akan kuat melihat yang satu ini? Tetsu hanya terdiam melihat itu.
“Terjadi...” Megu melanjutkan langkahnya berjalan pada mayat “pembunuhan” ia jongkok dan memperhatikan mayatnya.
“Megu, kau tidak takut?” Tetsu menghampirinya, kakinya enggan kesana tetapi dia berpikir “mana bisa aku kalah berani darinya?” Rena juga mengikutinya, begitupun Yoko dan Ryuu.
“Ada saklar” CTAK! Cahaya kuning redup dari lampu tua menyala, begitupun sangat terlihat gubuk sangat tua juga isi-isinya kini terlihat bagaimana penderitaan si mayat.
“HOEKKK!!!” Yoko tak tahan melihatnya dia keluar lalu muntah-muntah.
“Yoko?! Kamu tidak apa-apa?” Rena menepuk-nepuk punggung Yoko.
“Ya, HOEKKK... aku... aku hanya jijik melihatnya...” Yoko tidak mengeluarkan muntah lagi, perlahan muntahannya tertutup salju.
“Jangan lihat kalau begitu...” Rena mengkhawatirkannya.
“Tidak, aku akan berusaha” Yoko kembali masuk ke dalam, Rena yang khawatir tetap mengikutinya.
“Ya, kurang lebih aku tidak takut, ayahku dokter ibuku suster rumah sakit, jadi aku sering melihat jenis-jenis mayat ataupun orang sakit” Megu mencolek darah “darah ini masih baru, pembunuhan baru saja terjadi... darah ini mengandung oksigen” dia melihat darah yang ia colek berwarna merah cerah “korban dimutilasi rupanya” Megu tanpa rasa terkejut melihat mayat itu dengan tenang dan serius.
“Kamu... hebat...” Tetsu kaget melihatnya bisa se tenang itu, walaupun korban dimutilasi, ya kalian tahu kan? Terpotong-potong...
“Ya, maaf kali ini aku cukup mengerikan hihi” Megu tercengir-cengir lalu ia melanjutkan mengamati mayat, dia sangat memperhatikan dan mungkin sangat nempel di otaknya bagaimana bentuk potongan-potongannya.
“Aku... aku juga berani!” Yoko berusaha melihatnya “HMM! HOEKKK!!!” dia kembali keluar.
“Jangan dipaksa Yoko...” Megu menahan tawanya dengan senyum khawatirnya, lalu Yoko melihat kaki ada di depannya.
“HIIIY!” Yoko terduduk sambil mundur “kaki?!” perlahan dia melihat ke atas “ternyata orang... tapi...” Yoko masih ketakutan.
“Maaf nona, wajahku memang menyeramkan... walaupun wajah manusia tetapi banyak orang yang curiga dengan wajahku yang mencurigakan ini...” orang itu membantu Yoko bangkit “sepertinya aku terlambat menolong temanku ya...” dia memegang keningnya, rambutnya hitam pendek matanya hijau gelap, badannya cukup besar tetapi yang anehnya lagi banyak jaitan-jaitan di tangannya “maaf, maaf, namaku Frank” orang itu memperkenalkan dirinya “nama kalian semua?”
Setelah berkenalan mereka mengamati mayat itu “sungguh sadis, temanku dibunuh dengan cara seperti ini...” Frank menggaruk-garukkan kepalanya “seandainya ada petunjuk...”
“Hmm, Tuan Frank...”
“Frank saja Meg” Frank tersenyum ramah, tetapi tetap saja mukanya mencurigakan.
“Namaku berubah menjadi nama ala barat, ah sudahlah...” lalu wajah Megu sangat serius “boleh saya tanya nama teman anda ini?” Megu sangat mencurigainya walaupun dia mengaku teman si mayat.
“...” Frank terdiam, saat dia mulai menarik napas untuk berkata...
“Ini?!” Ryuu terkejut dia mengangkat barang yang akan ia tunjukkan “kemungkinan kecil ini adalah golok yang dipakai si pembunuh?!” Megu langsung melotot melihat itu.
“Jangan sentuh lagi! Yoko? Punya sarung tangan?”
“HMM... punya...” Yoko langsung memberikan sarung tangannya yang biasa dipakai untuk bertarung.
“Terimakasih” Megu memakai sarung tangan agak biru kehijauan bening itu “kemungkinan aku bisa cek sidik jarinya” Megu tersenyum menyeramkan.
“Detektif?!” Rena melihatnya “kereeen!!!”
“Hmm, kalian daripada disini terus mari ke rumahku?” Frank menawarkan tawarannya dengan senyum ramahnya.
“Terimakasih Tuan...”
“Frank”
“Terimakasih Frank!” Ryuu termangap dengan tawarannya itu lalu, BRUAK!
JREEEENG BRUAK! “HIIIY!” 5 anak itu menjerit.
Seorang wanita dari luar datang membawa golok besar, goloknya tertancap di pintu, dengan darah segar, mukanya kurang jelas, setelah dia menggerakkan tubuhnya “makanan sudah siap sayang...” wanita cantik memakai celemek dengan gaunnya berwarna merah, rambutnya cokelat pendek dan matanya kuning cerah dengan senyumnya yang cantik.
“Terimakasih sayang! Semua, ini istriku namanya Lucia” Frank mendekati istrinya dan membantunya menarik goloknya yang tertancap di pintu “mari ke rumahku, rumahku hangat”
Lalu, ini kejadian saat-saat di rumah Frank dan Lucia.
“Nyonya Lucia...”
“Lucia, Yoko-chan!” Lucia tersenyum dengan manis, mereka semua menikmati makanan hangat yang dihidangkan Lucia di meja makannya yang besar ini.
“Pancake Lucia sangat enaaak! Ini makanan penutup harapan... lalu, lalu ayam yang begitu nikmat ini... hoooooo!!!” Yoko tak bisa berkata apa-apa lagi, matanya berbinar-binar.
“Tidak juga Yoko-chan, hahaha” Lucia tertawa kecil menutup mulutnya, cara tawanya sangat sopan “sedang apa kalian disini?” Lucia bertanya sambil mengambil piring-piring kosong yang isinya sudah dihabiskan tamu.
“Kami sedang pelati... tunggu?!” Rena kebingungan sendiri “tidak mungkin, di dalam pelatihan, mana mungkin kita akan dihidangkan makanan enak?” Rena terdiam sejenak lalu menatap Megu, Megu juga menatapnya dengan tajam.
“Kami sedang pelatihan bersama guru kami, tapi guru kami... hilang...” Ryuu nyengir saat mengatakan kata 'hilang'.
“Hilang? Kasihan sekali dirinya? Lalu sekarang kalian mau apa?” Lucia mencuci piring, Tetsu menghampirinya.
“Lucia, boleh kubantu?” Tetsu menawarkan dirinya untuk ikut mencuci piring.
“Oh, anak baik... silahkan!” Lucia melanjutkan mencuci piring.
“Yah, guru kami bisa bertahan hidup... aku...”
“Meg, mau memakai komputerku untuk melacak sidik jari siapa?” Frank menunjuk koridor gelap di rumahnya dengan jempolnya tanpa menatap koridor “biar kuantar” Frank berjalan duluan.
“Terimakasih Frank!” Megu mengikutinya lalu Rena mengikutinya.
“Tidak adil jika kamu sendirian yang melacak” lalu Rena diam-diam melakukan telepathy “Yoko, Ryuu, Tetsu, tolong introgasi Lucia” tanpa butuh jawaban Rena memutus komunikasi. Semua yang bersama Lucia tersenyum sinis kecil.
CTAK! “maaf, komputer akhir-akhir ini jarang aku pakai, ah tidak bukan komputer” Frank tadi menyalakan lampu dan terlihatlah “lab besarku, aku menggunakan komputer-komputer ini untuk bertahan hidup bersama Lucia” JREEEENG lab itu hanya diisi komputer besar dan beberapa mesin pelacak juga mesin-mesin asing yang kurang dimengerti Megu dan Rena.
“K-kereeen” Rena terkejut begitu lampu dinyalakan semua mesin-mesin itu hidup “aku ingin punya komputer besar begini, agar main komputer bisa lebih enak!” CRING Rena mengacungkan jempolnya, ia menangis terharu.
“Kadang Rena terlihat bodoh” Megu menatapnya sinis.
JLEB! Panah menusuk Rena “UOOOO” CROT! Keluar darah, seolah sangat sakit hati.
“Mari, bila ingin cek, masukkan golok itu kesini dan kalian akan tahu sendiri bagaimana cara pakainya nanti, aku mau keluar dulu ya” Frank meninggalkan mereka berdua.
“Kurasa ini cukup aneh... ada yang menjanggal di kepalaku” Megu mengetuk kepalanya dengan jari telunjuknya.
“Bisa kubantu?”
“Tidak, tadi kau tidak mengamati mayatnya secara teliti kan?” Rena mengangguk “kurasa, pola potongan dan jaitan di tangan Frank sama...” Megu berusaha berpikir lebih keras “ah, mungkin perasaanku saja!” Megu kembali tersenyum.
Sejenak Rena melotot “apakah ini termasuk rencana dari pelatihan?” Rena juga ikut berpikir lebih keras “sudahlah, langsung saja kita mulai pelacakan ini dan akan menemukan jawaban kita dari golok ini” Rena menatap golok yang daritadi dipegang Megu.
“Ya...” mulailah mereka bekerja.
“Lucia~” panggil Frank dengan suaranya dari jauh.
“Iya?” Lucia tanpa menolehnya.
“Buatkan aku kopi ya~” Frank baru muncul dari koridor dan duduk di ruang keluarganya lalu menyalakan TV.
“Ya” Lucia mengeluarkan toples berisi bubuk kopi dari dapurnya yang lucu, benar kata Frank rumah mereka hangat, terbuat dari kayu dan perapian dinyalakan di ruang tamu. Rumah mereka tidak begitu besar, tapi karena kesederhanaan itu, membuat rumah mereka hangat dan nyaman.
“Sudah jadi sayang” Lucia memberinya kopi dan menaruhnya di meja kecil untuk pasangan sofa di ruang keluarga.
“Terimakasih, kalian bertiga kemarilah!”
“I-iya!” semua berjalan menuju ke arah sumber suara.
Yoko menatap keluar jendela “aneh, kenapa tidak ada salju turun?” lalu dia menghentikan langkahnya “Frank, Lucia, aku boleh keluar sebentar ya!” Yoko berlari ke pintu utama, tempat mereka masuk tadi.
“Jangan! Jam-jam segini biasanya sedang badai besar!” Lucia menuju jendela “benar juga badai ya? Seharusnya aku tutup jendela dengan tirai” ZRET Lucia menutup semua jendela dengan tirai.
Saat-saat terakhir Yoko melihat jendela dia melihat “mataku tidak salah! Darisini tidak badai!” Yoko hanya melotot.
Ada yang aneh, sepertinya Yoko memikirkan sesuatu...” Tetsu menatapnya serius, lalu dalam sekejap ia mengalihkan pandangannya, tidak baik melihat orang terus-terusan.
“Tidak... tidak mungkin...” Megu kebingungan melihat sidik jarinya “data yang kau kumpulkan benar Rena?” Megu meng-klik 'Back' dan terlihat di layar monitor bentuk hologram golok, dan terlihat 2 sidik jari yang berbeda.
“Ya aku tak salah! Ini yang ada di lemari ini!” Rena mulai check ulang isi lemari “disini cuma ada data Frank dan Lucia, mau kupanggilkan Ryuu? Mungkin dia tahu sidik jarinya?” Rena menutup lemari ZREET lalu dia berdiri setelah terjongkok-jongkok membongkar lemari.
“Ya coba tolong panggilkan dia”
“Megu! Aku menemukan sesuatu!” Rena memegangi kertas-kertas dokumen yang berisi...
“Apa?” Megu menghampirinya
“Berisi... cara membuat 'ini' dengan kekuatan penyembuh tanpa harus ada...”
“Sssh, sudah cukup, takutnya nanti kedengaran...” Megu menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya.
“Aku sangat hafal bentuk sidik jariku” Ryuu sudah ada di lab setelah Rena memanggilnya “ini sidik jariku, dan aku daritadi bersama kalian bukan? Kita melihat mayat bersama-sama, lalu sidik jari disini cuma aku dan 1 orang ini, siapa ini?” Ryuu menunjuk sidik jari yang bentuknya berbeda dengannya.
“Ini sidik jarinya...” Rena terdiam sejenak “kurasa kita harus cepat pergi” Rena merasa agak takut sekarang.
“Mustahil diluar sedang badai kata Lucia” Ryuu mengangkat bahunya “ayo, jangan bikin aku penasaran” Ryuu menatap Megu dengan serius.
“Pembunuhnya Lucia” Megu berbisik padanya “jangan menjerit!” Megu langsung meneriakinya.
“L-lalu bagaimana dengan?!” TAP TAP TAP langkah seseorang datang “si-siapa?!” Ryuu sangat kaget, begitupun yang lain.
“Y-Yoko?” Yoko mendatangi mereka dengan mata serius, lalu ia masuk secara pelan-pelan.
“Jangan terkejut dengarkan aku baik-baik” Yoko makin mendekati mereka “jika aku bawa Tetsu, nanti pasangan itu curiga, jadi salah satu dari kalian lebih baik kembali temani Tetsu” Yoko melihat mereka bertiga.
“Aku saja” Ryuu kembali “kalau butuh telepathy saja” Ryuu langsung meninggalkan mereka semua.
“Dengar, saat aku melihat jendela...” mulailah cerita, cerita didengar sangat serius oleh Megu dan Rena, Yoko juga berkata-kata secara pelan.
“Frank, aku mau kembali memasak ya?” Lucia berdiri dan kembali ke dapur.
“Makan ayam lagi ya sayaang!” Frank melambaikan tangannya dengan senyum bahagianya.
“Baik!” Lucia berjalan ke dapur meninggalkan Ryuu dan Tetsu.
“Ohok, ohok!” Tetsu terbatuk-batuk “ma-maaf...” terus saja dia terbatuk-batuk tetapi...
Sambil terbatuk-batuk ia memberi tanda dengan ketukan jarinya di lantai dengan pelan sampai tidak dilihat Frank “ada apa Tetsu? Penyakitmu kambuh lagi?” Ryuu merespon si tanda dan mulai berakting, Frank sepertinya kurang mengetahuinya.
“Penyakit apa yang kau derita?” Frank mengelus-elus punggung Tetsu.
“Aku... harus menghirup udara segar, walaupun sekali hirupan saja! Tak apa sedang badai juga” Tetsu terus terbatuk-batuk.
Di dapur... gerak-gerik Lucia mulai mencurigakan, dengan caranya mengambil golok, dan dia pergi meninggalkan dapur, dia bukan akan memotong ayam?!
“Apa?! Mencurigakan! Jangan-jangan niat mereka...” Rena terkejut dengan cerita Yoko.
“Ya, mereka berniat untuk membunuh kita secara tersembunyi” Megu langsung ke pintu.
“Tetsu dan Ryuu dalam bahaya!” Rena berlari diikuti Yoko, lalu Megu melihat JREEEENG!
“Sudah ketahuan ya? Hahahaha!!!” Lucia tertawa sangat mengerikan ZWIIING! Dia mengayunkan goloknya BRUAK!
“WHOOAAAA!!!” semua berlari berhamburan, mereka semua berlari menuju pintu utama.
“Cepat buka!” semua sangat panik, Ryuu yang paling dekat dengan kematian, karena dia berada di posisi paling depan.
Langkah Lucia dan Frank sangat mengerikan, langkah dan ekspresi mereka terlihat seperti pembunuh “HIHIHIHI!!!” Lucia terlihat seperti pembunuh maniak.
“MINGGIR SEMUAAA!!!” Ryuu langsung menyeruduk mereka.
“Hey! Apa-apaan...” BRUAK! Kata-kata Rena terpotong, Ryuu mendobrak pintu dan mereka sekarang bebas bergerak WHUUUUSSS!
“Benar-benar badai!” Yoko melihat badai dan...
“Yoko awaaaas!!!” BWOOOSH! Tetsu menyalakan apinya.
“WAAAAAA!!!” Frank dan Lucia berteriak-teriak tetapi... “PERCUMA SAJA! KAMI ADALAH...”
“Awakichi! Hyaaat!!!” ZRAAASH! Tangan Lucia yang memegang golok terbelah.
“AAAAKKH!!!” Lucia memegangi tangannya yang terbelah “HANYA BOHONG!” wajahnya berubah sangat menyeramkan, sekarang tangannya terlihat banyak jaitan juga WUT WUT WUT, tangannya yang masih bersama tangannya mengeluarkan benang dan menjahit kembali tangannya yang terbelah.
“A-apa?!” Ryuu melotot melihat kejadian itu BHUAK! “WOKH!” perut Ryuu ditendang Frank dan mulutnya mengeluarkan darah.
“Kami adalah, bangsa zombie Frankenstein!” Lucia dan Frank bertabrakan antar punggung mereka menggunakan pose mereka, pose bergaya.
“Fr-Frankenstein?” Tetsu menghentikan mantranya “bukankah itu hanya dongeng?”
“Kau pikir sekarang kita ada di dunia mana?” Frank mengangkat bahunya “aku tak suka banyak basa-basi, ayo bertaruuuung!” kecepatan lari Frank sangat cepat “HYAAAAT!!!” BHUAK! tangan Frank disakukan disaku celananya, dia hanya menyerang menggunakan kaki.
Megu berlari masuk ke rumah lagi “obat-obatan tidak boleh tertinggal!” Megu nekat masuk ke rumah sendirian.
“MEGU!” Yoko mengejarnya “jangan kesana sendirian!” Yoko mengejar Megu.
“Oh, nona Meg dan Yoko-chan kembali kesana ya?” Lucia mengejar mereka berdua dengan kecepatan larinya “perangkap!
“Mereka berdua... WOKH!” BHUAK! Perut Rena ditendang “siaal...” Rena berlari dengan kecepatannya dan memotong Frank dengan cepat “ugh...” ZRET! Semua kembali menyatu.
“Walaupun cukup kuat, agak jijik juga bukan melihat kami dengan kemampuan seperti ini?” Frank tersenyum sinis pada mereka yang tersisa.
Berpikir... berpikir...” Tetsu berpikir keras lalu BHUAK! Kepalanya ditendang.
“Jangan hanya diam nak” GREP! Kaki Frank dipegang perlahan kakinya terasa panas “apa?!”
“Kemampuanmu... menyatukan kembali anggota tubuhmu kan? Lalu kalau sudah berbeda bentuknya tidak akan bisa bersatu kembali bukan?!” Tetsu membakar kaki Frank BRUAK! Tetsu terpantul ke pohon “tch, darah keluar dari mulut, tapi dengan begitu kau tidak bisa berlari lagi bukan?” Tetsu mengalahkan Frank yang tidak bisa bangkit lagi.
“Jadi, nona kecil...” Lucia sudah menyiapkan goloknya, malah dia mengambil golok lagi yang ada di dalam lab, karena mereka sedang di dalam lab.
“Sial!” Megu bingung sendiri harus apa dia “aku memang tidak bisa apa-apa!!!” DOR! DOR! DOR! DOR!
“Jangan sentuh! JANGAN SENTUH MEGU DENGAN TANGANMU YANG KOTOOOOOR!!!” tembakan cepat, lalu pistol Yoko bersinar menjadi pistol auto (jika ditekan pelatuknya, maka akan terus keluar pelurunya dengan cepat).
“KYAAAA!!!” DRRRRRRRRT! Lalu terlihat Lucia menjadi bolong-bolong “kalian menang” lalu dari tubuh Lucia dan Frank keluar cahaya yang sangat silau.
Cahaya kembali redup dan menjadi di tengah salju tanpa badai “buka mata kalian” suara Frank terdengar sangat ramah sekarang “hey, sudah tidak perlu takut lagi, kalian sudah berhasil” lalu mereka semua membuka mata mereka, terlihat Frank dan Lucia sudah kembali sembuh.
“Sekarang bisa jelaskan apa yang sudah kalian temukan di stage 4 ini?” Lucia tersenyum ramah.
“Kalian bukan penipu?” tanya Ryuu.
“Dugaanku benar, tenang Ryuu akan kujelaskan semuanya yang aku tangkap dari kasus ini” Lucia dan Frank hanya tersenyum “pertama, mayat, ya aku lihat mayat yang dimutilasi, tetapi pola potongannya sama dengan jaitanmu jadi pada intinya Frank menciptakan boneka tetapi masih menggunakan struktur tubuhnya lewat komputernya yang canggih itu ya kupikir karena warna rambut mereka sama walaupun badan kurang jelas besar atau tidak, lalu Lucia yang bertugas memotongnya, maaf ini cukup sadis...” Megu menarik napas lalu membuangnya, kemudian menarik napas lagi “karena mayat punya kemampuan regenerasi jadinya harus dipotong lagi, lalu darah lamanya harus dibersihkan, makanya darahnya memiliki kandungan oksigen, dari yang kuperkirakan Frankenstein bisa menyembunyikan bau mayat busuk dan kulit pucat mereka, tetapi tetap dalam kondisi dingin. Kedua, kelakuan kalian, bukankah jika pembunuh selalu bertindak tepat? Jadi mereka harus tidak dicurigai, makanya kalian mengundang kami di rumah kalian dan menawarkan kami makanan, yang kupikir kalau saat pelatihan tidak mungkin kami diracuni. Ketiga, sidik jari, sudahlah ini karena kecanggihan komputer Frank, tapi aku sudah tau dari awal kalian berdua pelakunya, cuma untuk meyakinkan saja kalau masalah sidik jari. Keempat, lalu masalah cerita Yoko” Megu menarik napas.
“Biar kulanjutkan hahaha!” Rena tertawa-tawa melihat Megu yang capek ngomong “baiklah, lalu cerita dari Yoko tentang melihat perbedaan keadaan dari dalam rumah dan dari luar, berarti rumah kalian dilindungi sesuatu sehingga berbeda alam dengan kata lain...” DRAP! Rena mengehntakkan kakinya, ini bunyi kayu “rumahnya benar-benar ada, dan suasana yang benar adalah sedang tidak ada badai!” semua tersenyum bangga dengan tebakan mereka semua, JREEENG! Asalnya mereka di tengah salju kini mereka sedang ada di rumah Frank dan Lucia tepatnya di ruang keluarga.
“Selamat untuk kalian semuaaa!!!” PROK! PROK! PROK! Frank dan Lucia serentak berkata kata-kata yang sama dan bertepuk tangan bersama-sama.
“Baiklah, ini dia... stage terakhir, stage 5. Pastikan kalian siap mental ya!” Lucia dan Frank menjauh dan ternyata dibelakang mereka sudah ada lorong warna-warni.
“Kalian akan langsung sampai disana, tidak perlu dicek lorongnya, terutama untuk Meg, kau sangat hebat!” Frank mengacungkan jempolnya.
“Terimakasih Frank” lalu mereka semua masuk ke lorong.
“Sampai jumpaaaa!!!” mereka semua melambai, sambil perlahan lorong tertutup, Frank dan Lucia membalas lambaian mereka. Stage 5 segera datang!

No comments:

Post a Comment