Chapter 4: Fighting with Leader of Mikiro
"Baiklah ayo..." Rena yang baru saja mengeluarkan posisi siap bertarung sudah disambar oleh tanah yang naik dan membuatnya terjatuh.
JEDARRR! "Ya! Di desa ini aku adalaaaah..." BLAMM mulailah tanah menjadi runtuh yang kemungkinan ada ledakan di dalam tanah sehingga membuat tanah menjadi patah.
"Gawat! Ini akan susah!" Rena mulai ragu "tapi walaupun baju ini biasa-biasa saja ternyata sangat berguna" dalam sekejap luka 2 anak itu segera sembuh.
"Ada apa Rena?! Kau bilang aku lemah kan? Ngomong-ngomong lihat kebelakang kalian! Jangan banyak bicara!" tiba-tiba wanita itu membuka lebar tangannya ke atas dan kakinya pun ikut terbuka lebar.
Dibelakang mereka... "ANGIN TOPAAAAAAAN!!! WUAAAAAAAA!!!" Tetsu lari ke arah kanan dan Rena ke kiri mereka sambil menangis konyol lari terbirit-birit.
"Kau adalah penguasa elemen alam!" teriak Tetsu sambil melihat wanita itu dan sambil berlari. Yang dimaksud Tetsu elemen alam adalah api, air, tanah, angin, dan tambahan adalah petir dan es.
"Berikutnya adalah...!" JEDAAARRR! Petir menyambar sampai tanah-tanah terlempar kemana-mana dan saat itu juga wanita itu memanfaatkan tanah itu sehingga terbentuk menjadi tinju.
BUAKK! "aaawww!" Tetsu dan Rena terpukul oleh tanah itu tetapi...
"Inilah kesempatan! Kau sedang terbuka!" Tetsu melempar bola api kecil ke kepalanya dan kenalah ke kakinya.
PLETAK! "huuuaaah!!" wanita itu terjatuh, ternyata bukan hanya api, tetapi ada batu kecil yang diambil Tetsu dan dibakarlah batu itu sehingga panas dan sakit.
"Renaaa!! Ayo! Kau larinya cepat bukan! Waktunya tinggal 3 menit!" Tetsu berteriak dan segeralah di sekitar asap-asap Rena keluar dan...
"HYAAAAAAAA!!!" dengan nada lantang Rena berlari cepat sambil mengibaskan pedangnya dan berusaha tidak ada yang menghalangi jalannya dari batu-batu yang terlempar dan sampailah di wanita tempat itu yang sedang terjatuh tetapi...
"Apaaaa???!!!" Rena kaget begitupun Tetsu, mereka melihat ke atas ternyata ya! Wanita itu sedang terbang menggunakan angin ternyata!
"Hahaha bagaimana? Tinggal 1 menit lagi! Sekarang adalah..." BWOOOOSSSH dari kedua tangannya keluar api yang sangat besar tetapi yang terjadi adalah selama hampir 1 menit semua diam dan tiba-tiba...
"HYAAAAAATTT!!!" Rena keluar dari tengah-tengah api tersebut, dikakinya ada batu besar yang di dorong oleh api Tetsu dan selama hampir habis waktunya...
"Sedikit lagiiiii!!!" wanita itu terus menghindar sampai 3... 2... 1...
JREEEEEENG!!! "aku dapatkan pitanyaaa!" Rena melambaikan tangan sambil memamerkan pitanya ke Tetsu dengan wajah bangga, Tetsu mengacungkan jempol di tangan kirinya sedangkan tangan kanannya menahan api yang sedang dipakai tetapi...
"Wah, apinya hilang! Gawat!" Rena kaget dan memejamkan mata "WAAAAAAAAAAAAAA!!!!! TEEEEETSUUUUUUU!!!" Rena segera terjun kebawah tetapi dengan cepat WHUUUUSSSS angin menahannya dan mengantarnya sampai ke darat.
"Hah, syukurlah... Tetsu kehabisan tenaga rupanya" wanita itu kaget dan menahan Rena juga segera menurunkan dirinya ke darat, Tetsu lalu nyengir sambil terbaring dengan lemas.
Lalu singkat cerita... "hari ini cukup sampai disini ya! Kerja yang bagus!" puji wanita itu dan mengantar Rena dan Tetsu kembali ke gedung, ternyata gedung itu adalah gedung kerja pusat kantor pemerintahan di desa Mikiro.
"Selamat untukmu Rena! Dan juga Tetsu!" wanita itu telah mengantar mereka sampai depan kamar yang akan dipakai Rena dan Tetsu.
"Tahu dari mana namaku?!" Tetsu pun kaget.
"Guru harus tahu nama muridnya" wanita itu menggaruk-garukkan kepalanya dan memasang wajah tanpa dosa.
"Tapi aku belum memberi tahu namaku! Dan kamu belum bilang kita berhubungan guru dan murid!" Tetsu menunjuknya sambil berwajah kaget kali ini dia tidak memasang muka tembok.
"Benar" Rena pun membenarkan
"Hahaha! Kalau begitu sekarang aku beri tahu kita berhubungan guru dan murid! Dan masalah nama kan daritadi Rena memanggilmu Tetsu"
"Ah?" Tetsu makin bingung saja
"Memangnya namamu yang sebenarnya siapa? Mari kita kenalan ya"
Lalu Tetsu membungkukkan badannya seperti gaya pria Jepang berkenalan "Tetsuya... Dhrakwil Tetsuya biasa dipanggil Tetsu"
Lalu wanita itu membalas bungkukkannya seperti wanita Jepang "Zhemaru Rainnon atau Rainnon pemimpin desa Mikiro"
"APAAAAA??!!" serentak Rena dan Tetsu kaget.
"Iya! Aku adalah pemimpin desa ini! Karena memang sistemnya siapa yang paling kuat dia akan menjadi pemimpin desa" dia mengacungkan jempol kanannya dan mengangkat sendi bahunya ke kiri sambil melet dan mengedip sebelah mata, mata kiri.
"Maaf kami tidak sopan! Apa lagi aku! Berarti Yang Mulia sangat kuat ya!" Tetsu pun membungkukkan badannya lagi.
"Aku juga sangat tidak sopan! Maaf ya!" Rena pun ikut membungkukkan badan seperti Rainnon.
"Tak apa. Aku bisa memahami sifat anak-anak" Rainnon pun tersenyum layaknya ibu yang baik hati.
"Dari senyumnya aku bisa merasakan dia seperti ibu yang sangat baik hati..." Tetsu pun wajahnya tersipu, betapa rindunya ia dengan ibunya.
"Baiklah! Masuklah ke kamar kalian yang baru ini! Aku harus kembali bertugas!" Rainnon pun seperti menganggap mereka adalah anak sendiri.
"Baik Yang Mulia!" serentak kata Tetsu dan Rena
"Rainnon saja..." Rainnon pun tertawa "sampai nanti ya!" lalu tak lama Rainnon sudah berjalan menjauh dari mereka menuju ruangannya begitupun Rena dan Tetsu berpisah dan memasuki kamar mereka masing-masing.
Lalu di kamar Rena "APA INI?!" Rena terkejut dengan selembar kertas di meja kecil dipinggir tempat tidurnya tertuliskan:
"Catatan untuk Rena dari Rainnon
1. Kenapa aku membuat teman-teman mu menjadi batu? Agar kamu cepat kesini (malas menunggu lama).
2. Sebenarnya kamu bisa pulang kapanpun, minta saja batu yang kamu pakai sekolah ke aku namanya Zheoll Stone. Tapi sekarang kamu harus banyak latihan jadi tidak akan aku berikan!
3. Baju seragammu dan Tetsu aku cuci, besok diberikan lagi (tadi penasihatku menemukannya di kamar mandi perempuan dan penjaga pria disini menemukan satunya yang sepertinya punya Tetsu) tertinggal ya?
4. Aku tahu namamu itu rahasia!
5. Tolong sampaikan ini juga ke Tetsu ya!
Dari guru barumu Rainnon~"
"Wah terimakasih bajunya... tapi yang lain..." jika Rena diperlihatkan di komik sudah ada urat yang terlihat di kepalanya "PEMIMPIN DESA MACAM APA INI?!" JEDAAAAARR! Giliran amarah Rena yang meledak.
"HAHAHA!!!" kemudian jika dilihat di bagian depan kantor, terlihat Rainnon yang sedang tertawa terbahak-bahak membelakangi jendela besar di bagian depan sedang duduk di kursinya...
"Aku rasa aku harus waspada padanya..." dalam sekejap Rena sudah terlihat murung.
Di sisi lain Tetsu merasa terlibat "Rena kenapa sih? Ribut sendiri lalu firasat buruk apa ini?..." entah kenapa dia ikut murung.
Saat latihan tadi sebenarnya terjadi percakapan setelah sparring.
"Mantra untuk mengembalikan dan memanggil pedangmu adalah Awakichi" Rainnon memberi instruksi.
"Wah ada mantranya ya? AWAKICHI!" sambil terheran Rena mengucapkan mantra dan SRIIING pedangnya hilang "pasti ada maksudnya? Beritahu aku!"
"Rahasia!" Rainnon berwajah misterius kali ini.
"Yah jahat!" Rena memanyunkan mulutnya.
"Tetsu harus bisa mengembalikan sihirmu sendiri" Rainnon berbalik badan melihat Tetsu.
"Sudah bisa kok, setelah kekuatanku kembali sedikit tadi, aku mencobanya" Tetsu bermua terkejut saat melihat pedang Rena lenyap begitu saja.
"Hah?" Rainnon kaget "bagaimana caranya?"
"Hmm, berpikir seperti ini" dalam bayangan Tetsu... "ada kebakaran! Harus dimatikan!" BWOOOSH lalu Tetsu lari dan membawa ember berisi air lalu BYUUURR ia mematikan api itu "banjir deh, fyuuuh" muka tembok lagi yang dipakai Tetsu.
"Sederhana sekali" Rainnon sambil menahan tawa berwajah murung dan heran "sebenarnya sudah bagus" lanjutnya.
"Tapi?" Tetsu bertanya
"Bayangkan saja jika apinya besar" lanjut Rainnon
"Susah mati" jawab Tetsu singkat
"Ya" lanjut Rainnon "akan lebih efektif pakai mantra, untuk sekarang gunakan saja mantra 'Back' ya itu bahasa Inggris kan?" Rainnon berwajah serius.
"Ya, baik terimakasih infonya" jawab Tetsu.
"Dan Rena" Rainnon melihat ke arah Rena yang duduk disebelah kiri Tetsu, di depannya juga.
"Ya?" Rena langsung melihat Rainnon setelah melihat Tetsu yang tadi sedang serius memperhatikan Rainnon.
"Kamu jangan mencari kenapa" Rainnon semakin serius "mantra cara memanggil dan mengembalikan pedangmu adalah Awakichi"
"Eh? Kenapa? Padahal besok aku mau cari tahu kenapa" Rena bingung.
"Jangan!" Rainnon langsung berwajah kaget "aku takut kamu kecewa. Lebih baik nanti saja kuceritakan".
KOAK KOAK kicauan burung pagi hari sekitar jam 7 pagi.
"GROOOOKK" Rena mengorok tetapi... "wuah!" Rena menguap dan melepas semua pegal di badannya "WAAA! Sedang apa tante dikamar?! EH TANTE?! UPS KELEPASAN!" Rena langsung kaget mulutnya menganga dan matanya langsung menatap tajam kaget ke Rainnon yang sedang duduk di kursi miliknya.
"HAHAHA! BOCAH! Ini kantorku sengaja kubawa kau kesini... BLA BLA BLA" sambil mengomel panjang lebar Rainnon berbicara yang lain di dalam hati "DASAR BOCAH! INI KANTORKU! SATUNYA JUGA TAK TAHU DIRI MASIH TIDUR SAJA!" sambil berwajah kesal Rainnon terus menatap tajam kepada Tetsu.
"Te-Tetsu b-ba-ngun... k-kau s-s-s-sud-dah meng-mengacaukannn pikir-r-ran Ra-Ra-Rainnon..." Rena tak berani melihat ekspresi Rainnon yang sangat mengerikan itu sampai Rena gemetaran tetapi Tetsu masih tidur saja...
"ZZZZZ GROOOOK" Tetsu ngorok dengan polosnya, memang tidak sadarkan diri sih...
Setelah hawa panas berlalu Rainnon mulai pada intinya.
"Hah... langsung pada intinya saja ya?" lalu Rainnon mulai membongkar lemari di mejanya PRAK PRAK "karena ada kemungkinan kalian bangun telat jadi kubawa kalian langsung kesini" Rainnon terlihat sedang mencari sesuatu.
"Memang ada apa?" Rena bertanya
Rainnon mulai mengambil barang yang dicarinya "akan kuperkenalkan kalian dengan penasihatku" lalu Rainnon menunjukkan sebuah foto yang terdapat 2 wanita sedang berdiri tersenyum lalu ditaruhlah foto itu yang sudah memiliki bingkai berdiri di meja.
"Perempuan?" Rena mendekatkan wajahnya sampai terlihat jelas foto itu.
"Wah?" Tetsu ikut bangkit dari kursinya dan mulai mendekat. Ternyata kedua wanita itu adalah Rainnon yang tersenyum dengan wanita disebelahnya yaitu penasihatnya.
"Namanya siapa?" tanya Rena kembali
"Kau akan tahu nanti" Rainnon tertawa lalu nyengir.
"Tapi" kata Tetsu "dia cantik ya" kata Tetsu sambil membungkukkan badannya dan melihat ke arah ke foto itu.
"Ya terserah, naksir bilang gak usah basa-basi" tiba-tiba Rena terlihat marah cemburu sambil melirik kesal ke arah Tetsu.
"Eh?" Tetsu sendiri bingung ada apa dengan tatapannya Rena.
"Sambil menunggu setengah 8 lebih baik kalian belajar teori saja, banyak buku kan disini" Rainnnon melihat ke arah jam yang menunjukkan jam 6 lebih 18 menit
"Eh? Malas!" protes Rena
"Baca saja!" keluarlah ciri-ciri guru galak dari suara Rainnon.
"Hm... hm... hm..." Tetsu sambil mengasal suara bernyanyi mengelilingi rak buku yang ada di bagian sisi tembok.
"Yang mana saja boleh tapi Rena..." Rainnon berbicara sedikit keras dari mejanya.
"Ya?" Rena tak menatap Rainnon tetapi dia mencari buku yang menarik baginya lalu ia menarik buku yang mau dibacanya.
"Tolong jangan baca buku yang kamu pegang itu" Rainnon sambil melihat ke arah Rena sambil juga membereskan tugasnya yang bertumpuk kertas-kertas dan terdapat buku di sisi kiri Rainnon.
"Wah maaf" Rena yang sudah menarik buku itu kini kembali dimasukkan lagi.
"Tak apa" Rainnon langsung melihat kembali ke kertas-kertasnya yang bertumpuk dan mulai dibaca isinya.
"Judul bukunya tak bisa kubaca" Rena melirik judul buku yang terdapat dibagian samping buku itu yang terdapat tulisan asing, nampaknya itu tulisan Zheoll "sudahlah" Rena kembali berjalan dan mencari buku lain.
"Renaaa!!" teriak Tetsu dari kejauhan lalu Rena berbalik ke sumber suara itu, terlihat Tetsu melambaikan telapak tangannya ke atas kebawah.
"Ya?!" teriak Rena
"Sini!"
"Tunggu" lalu Rena mulai berlari menuju Tetsu dan melihat buku yang akan ditunjukkan Tetsu.
"Buku tentang huruf Zheoll dan huruf bumi!" seru Tetsu
"Wow! Walaupun ini tulisan internasional bumi sih setidaknya kita bisa belajar tulisan ini" Tetsu memegang sisi buku sebelah kirinya dan Rena sebelah kanan, sambil melirik ke buku itu dan membaca sekilas.
"Yap!" seru Tetsu lagi
TOK TOK TOK "eh?" Rainnon terkejut "sudah datang!" Rainnon melihat ke arah 2 anak itu lalu kembali melihat ke arah pintu masuk ruangannya "masuk saja!"
"Terima kasih Rain" wanita yang ada difoto itu ternyata masih sama penampilannya perlahan dia membuka pintu dan...
No comments:
Post a Comment