Wednesday, June 15, 2011

Yuuki no Hikari Chapter 11

Chapter 11:  Deadly Bubble

“Ya, itu hanya kemungkinan kecil berhasil” Ryuu memisahkan dirinya dari Tetsu, sekarang ia bisa berdiri “tapi apa salahnya mencoba?” Ryuu menunjuk arah Yoko dan Megu menggunakan jempolnya.
“Yap, Rena diam sa...” omongan Tetsu dipotong
“Tidak, aku akan mencoba untuk menggunakan fisik” Rena memastikan perkataannya.
“Sudah kuduga kamu kuat” Tetsu mengejeknya, wajahnya yang jarang dikeluarkannya itu kini ia lepaskan begitu saja, senyum dari hatinya.
“HE?!” Rena langsung berlari “ayo Ryuu” Rena bersemangat sekali.
“Ya” Rena dan Ryuu menyiapkan tangan dan kakinya begitupun Tetsu dari belakang menyiapkan sihirnya “YOSH! 3... 2... 1!!! HAAAA!!!” BHUAK! Ryuu menonjok tembok tembus pandang yang menghalangi mereka.
“HEAAAA!!!” BHUAK! Rena menendangnya dilanjutkan dengan menonjok temboknya.
“Sky Ocean Flame!” BWOOOOSH api itu menyebar sampai ke atas.
“APA?!” Rena dan Ryuu melihatnya
“Jangan gentar! Strong Wind, Sickle Dead!” WIING WING angin kuat juga tajam berhembus dengan kencangnya.
“...” Rena dan Ryuu berbalik lalu mengangalah mulut mereka lalu berbalik lagi “ternyata dia memang hebat” kata Ryuu menghentikan tinjunya.
“Ya, dia memang hebat... tapi aku tak akan kalah!!!” JENG! Rena menendang tembok.
“Itu bagus, Dragon Punch!” BHUAK! “Dragon Kick!” JEDANG! Tembok serasa semakin melemah “h-hey, temboknya menjadi lunak!”
“Tetsu bakar saja!” teriak Rena sambil membalik
“Ya! Little Fire! Raising Up!” BWOSH!!! “aku jelas tahu, sihir harus dilawan oleh sihir!” Tetsu melihat apinya yang berkoar-koar, cahaya sungguh menyala-nyala, tetapi ditengah rasa bangganya...
“Apa? Kamu tadi tidak bilang ‘sihir harus dilawan oleh sihir’ Rena membalik.
“Aku kan sudah bilang, kamu tidak akan bisa... tapi kamu bilang mau coba pakai fisik ya sudah aku hanya diam” Tetsu hanya mengangkat bahunya dan memanyunkan mulutnya.
Tapi kenapa Ryuu bisa?” Rena kebingungan.
“Dia sebenarnya memakai sihir, sihir tenaga dalam” jelas Tetsu.
Ya kalo gitu mestinya cegah aku dong!!!” JEDAAAANG! Rena meninju Tetsu sampai pipinya bengkak.
“HAHAHAHAHA!!!” Tetsu tertawa terbahak-bahak.
“A-apa?!” Megu memeluk pohon yang sama sambil terkejut ia melihat Rena yang meninju Tetsu sampai-sampai...
“...” Yoko tanpa sadar membuka mulutnya sangat lebar dan tergagap suaranya, melihat Rena yang begitu kejam...
“Eh?! Anggap tadi hanya angin lewat!!!” Rena nyengir menutup Tetsu yang ia tinju.
Halo halo semua!” suara seorang wanita dari suatu tempat, ia menggunakan telepathy pada 5 anak ini.
“Kyouko?” Rena dan yang lain melakukan hal yang harus dilakukan saat telepathy.
Ya, sebagian dari kalian dapat informasi dari Ryuuki tentang cara keluar dari Stage 2 kan?” Kyouko berbicara memberi instruksi dengan suaranya yang sangat bangga pada mereka.
“Ya, aku, Tetsu, dan Ryuu tahu itu, memang ada apa?” Rena yang membalas bahasan itu.
Ya, dia belum memberi tahu kalian dengan jelas kan? Kalian harus ke pohon yang bagi kalian mencurigakan, dan kalian akan pergi dari Stage ini, dan yang pasti harus berkumpul
“Ah, maaf aku mau bertanya...” Megu mencoba ikut bicara
Silahkan Megu” jawab Kyouko
“Apa maksudmu pohon yang daritadi aku peluk ini?” Megu melihat pohon yang daritadi hanya di sebelahnya, masalahnya pohon yang tadi terlihat sangat menyeramkan, kini penuh dengan gemerlap cahaya-cahaya ya, dan pohon ini bersinar sangat terang daunnya pun hijau berkilau dan batang pohonnya yang sangat kokoh bersinar seperti bulan di malam hari.
YA! Selamat untuk Megu! Berarti kamu yang dari awal menemukan pohon ini!!!” Kyouko bersorak-sorak kegirangan.
“B-benarkah?!” Megu yang juga daritadi murung mukanya menjadi cerah dengan matanya yang berbinar-binar.
“Selamat Megu, untung saja daritadi kamu tidak kemana-mana” Yoko mengacungkan jempolnya.
“I-iya!” Megu tersenyum kegirangan.
Baiklah cukup sampai disini! Sampai jumpa semua!” ZLUP! Kyouko memutus hubungan.
“Eh?! Itu!!!” Rena menunjuk ke bagian atas pohon, tentu saja semua kaget dan kompak melihat ke atas “Crescent Blade! Aku akan memanjat!” Rena mendekati pohon.
“Lebih baik guncangkan saja pohon ini” kata Megu memberi tahu
“AAAAA!!! Aku kalah telak oleh Meguuu!!!” Rena bersedih sampai tertidur-tidur.
“Bukankah itu sudah sering?” Yoko menepuk bahu Rena “sabar ya...” tetapi bagaimanapun Yoko tetap saja tertawa kegirangan.
“Baiklah serahkan padaku, awas semuanya!” Ryuu meninju pohon dan BHUAK! WHUK WHUK! Crescent Blade terjatuh seperti bumerang SRIIING.
“HIIIY! SENJATA MAKAN TUAN!” Rena langsung bangkit dari kesedihannya karena Crescent Blade yang menancap di dekatnya “haduuuh... Awakichi!” Rena menyentuhnya lalu hilanglah sabit itu “benar-benar harus disentuh”
“YOSH! Ayo kita ke Stage 3!” Tetsu mengangkat tangannya setinggi-tingginya.
“AYOOO!!!” sorak semua
Setelah berkumpul, mereka masuk lagi pada lorong warna-warni...
“Ya ampun, semuanya terluka!” Megu melihat Rena, Tetsu, dan Ryuu yang terluka parah “kecuali Yoko” Megu bermuka mengejek menatap Yoko.
“Tapi kan aku mencarimu?!” Yoko sungguh malu karena tidak menyerang apa-apa.
“Karena aku tidak ada tugas, aku saja ya yang mengobati kalian?” Megu tersenyum, terlihat itu benar-benar dari lubuk hatinya yang paling dalam.
“A-Megu! Aku duluan saja yang disembuhkan! Lukaku paling parah!” Ryuu mencari kesempatan, dia mengacungkan tangannya.
“Iya, biar aku obati ya” Megu mengambil kotak P3K-nya.
“Hey, aku dicuekin...” Yoko terisak-isak
“Sabar ya Yoko... hahaha! Tapi kau tahu?” kata Rena menghibur
“Apa? Diberi tahu saja belum...” Yoko masih terisak-isak
“Dia, bisa menjadi pengobat kita walaupun tidak punya kekuatan...” Rena memandang Megu dengan tatapan bangga, Megu pun begitu riang.
“Ya itu benar...” kata Tetsu dari belakang
“HIIIY” Rena langsung merinding
“Eh?! Kok?! Lihat!” Yoko menunjuk ke depan, sebuah cahaya yang perlahan menjadi besar, mereka sedang menghadapinya.
“Loh? Bukannya mestinya kita keluar dengan cara kita sendiri?” Ryuu kebingungan, setelah tangannya sudah di perban “Megu, cukup tangan saja yang diobati, terimakasih ya” kata Ryuu sambil menatap cahaya.
“Kita berada di dalam gelembung!” Tetsu menunjuk ke sisi kristal, dan benar saja mereka di dalam kristal.
“Woooow!!!” Rena dan Ryuu serentak kaget.
“Lihat! Gelembung-gelembung berterbangan perlahan-lahan” Yoko melihat sekeliling.
Gelembung?!” Rena terkejut dan teringat sewaktu dia tenggelam di suatu tempat dan di suruh oleh gelembung-gelembung aneh untuk memilih senjata Crescent Blade berbentuk apa, tiba-tiba saja kepalanya pusing “aah...” BRUK! Rena terjatuh tetapi masih terbangun.
“Rena?!” semua menghampirinya
“Tidak apa... UGH!!!” pusingnya semakin menjadi-jadi, ditambah di kepalanya terniang sesuatu lagi, seperti suara-suara juga “kakak!” Rena memegangi kepalanya “kenapa... kenapa... di kepalaku selalu saja ada suara anak kecil memanggil kakaknya?!” Rena semakin panik.
“Tenangkan dirimu Rena...” BZT! Baru saja Tetsu menyentuh bahu Rena langsung terlihat semuanya secara lengkap.
“Kakak! Kalau besok kita jalan-jalan ke taman bagaimana?” kata seorang anak kecil yang mirip sekali dengan Rena.
“Ya, itu mungkin ya... ada yang harus dikerjakan kakak sore ini” kata seorang anak menggandeng tangan adiknya yang masih kecil dan halus “Rena tidur siang saja dulu, kakak mau mengerjakan PR lalu...” tiba-tiba saja terpotong.
“Maya! Maya!” panggil seorang wanita dewasa.
“Ya bu?” Maya pergi meninggalkan Rena
“Belikan ibu telur! Ibu mau masak kue hari ini!”
“Ya bu! Tunggu ya! Oh, iya dah Rena!!!”
“Kakak! Kakak! Jangan tinggalkan aku... aku... punya firasat buruk...” Rena yang masih kecil itu mulai menidurkan dirinya dan perlahan memejamkan matanya, tetapi sungguh susah, hinngga akhirnya saat ia memejamkan matanya berlinang sebutir air mata di pipinya “kakak...” mulailah ia tertidur...
Ketika sore ia bangun, tepat saat dia ingin mengajak kakaknya untuk pergi ke taman...
“Tidak!” kata ibunya yang masih memiliki anggota tubuh yang lengkap, ia menarik tangan suaminya, dan suaminya juga yang masih memiliki anggota tubuh yang lengkap “jangan buat itu! Kau akan memakai nyawa siapa nanti?!” ibunya menangis sambil berusaha menahan ayahnya.
“Akan kubuat! Ini sudah perintah! Akan kubuat dengan nyawaku sendiri!!!” bentak sang ayah dan melepas tangannya dari genggaman seorang ibu yang sedang menangisinya.
“CUKUP!” seorang anak kecil ikut campur “aku... aku akan mengorbankan nyawaku!!!” kata Maya.
“A-apa?!” ayah dan ibunya sontak kaget.
“Aku muak dengan semua perdebatan ini! Aku tahu di salah satu antara aku dan Rena akan menjadi penerus Crescent Knight!” kata Maya dengan berlinangan air mata di mukanya “aku tahu! Aku yang akan mengorbankan nyawaku dan penerusnya adalah Rena! Karena kita adalah keluarga bangsawan Awakichi yang terhormat!” anak itu, walaupun ia masih kecil, ia sudah mengerti dengan garis keturunan keluarganya, dia adalah manusia Zheoll, tetapi spesial atau bisa dibilang bangsawan yang nama keluarganya masih terniang di telinga manusia Zheoll, tidak pernah hilang dari penglihatan... “Rena, kakak pergi dulu ya” kata Maya pelan dengan tetesan air mata di lantai.
“Nyem, nyem... mau kemana kak?” Rena mengucek-ucek matanya.
“Ke suatu tempat, dimana kakak tidak bisa kembali lagi” katanya dengan lambaian tangannya yang lemas.
“Aku tidak mengerti kak” kata Rena masih di tempat.
“Suatu saat kamu akan mengerti...” kata kakaknya melangkah pergi dengan langkahnya yang lemas.
“Ma-Maya...?” ayah dan ibunya belum sempat memberikan izin, ia sudah melangkahi kedua orangtuanya tanpa sepatah katapun, ia pergi ke ruang bawah tanah dan memasuki sebuah gelembung dan mengucapkan sebuah mantra hingga ia tidak bisa keluar lagi.
“MAYAAAAAA!!!” teriak ayahnya dan ibunya, sontak Rena kaget dan menghampiri mereka semua tetapi diam-diam.
“KALAU TIDAK CEPAT AKU AKAN MATI SIA-SIA KEHABISAN OKSIGEN DISINI!!!” Maya menangis “jadi... kumohon ayah, ibu... lakukanlah... lakukanlah ritual pembuatan Crescent Blade ini...” Maya sudah siap dengan apa yang ia lakukan.
“Baiklah... ibu... maafkan ayah... ayah tidak bisa mencegah Maya” senyum jantan dari sang ayah mencerahi mata sang ibu yang daritadi hanya menangis.
“Baiklah...” ibu menatap Maya yang sedang tersenyum bahagia karena melihat kedua orangtuanya mau menghargai jasanya.
“AWAKICHI!!!” tempaan terakhir dikeluarkan oleh sang ayah dan DUAAARRR!!!
“AAAAAAAKKKHHHH!!!” Maya seperti tercekik dia mulai berteriak, meraung-raung kesakitan, ibunya yang tidak tahan itu akhirnya ikut menyentuh gelembungnya dan...
“AAAAAKKKHHHH!!!” sang ibu ikut berteriak karena perlahan kaki kanannya yang hilang terbawa cahaya.
“IBU!!!” ayah pun tak tahan akhirnya ia keluar dari batas garis ritual dan... “WAAAAAAAAAKKKH!!!” tangan kirinya pun ikut menghilang terbawa cahaya.
Rena yang melihatnya hanya terpaku dengan mata yang melotot, karena dia berada di luar jangkauan ia tidak melihat cahaya sedikitpun, jadi ia sangat melihatnya dengan jelas, tangan dan kaki orangtuanya terbelah... tetapi perlahan menghilang, kemudian ketika ritual selesai...
“HOSH... HOSH... HOSH...” si ayah menghampiri kedua anggota keluarganya itu dan gelembung yang tadi mengurung Maya sekarang menghilang “IBU! MAYA!” ayahnya melihat mereka terbaring lemas.
“A... yah... Ma... ya... oh... sy-syukurlah...” ibunya pingsan lalu ternyata Maya masih bernapas.
“Kalian berdua...” ayahnya memeluk mereka berdua lalu tiba-tiba terdengar suara rengekan Rena “R-Rena...?” ayahnya menatap Rena dengan kaget setengah mati, “k-kau melihat semuanya?” ayahnya datang menghampirinya, lalu...
“Ayah... tolong bawa aku ke Zheoll sekarang...” kata Maya dengan lirih, kemudian ayahnya menoleh.
“Kenapa?” tanya ayahnya
“AKU SUDAH BILANG PADA RENA AKU TIDAK AKAN PERNAH KEMBALI LAGI! JADI AKU AKAN KE ZHEOLL SEKARANG!” tetapi tanpa ada rasa sedih Maya mengatakan hal seperti itu.
“Baiklah... bisakah kau ambil sendiri batunya...?” ayahnya mulai menatap Rena kembali.
“Baiklah, sampai jumpa ayah... ibu... juga Rena...” perlahan Maya menghilang dari bumi...
“Nah, Rena maafkan ayah, tapi ayah harus... menghapus memori mu tentang Maya...” ayah memegang tangan kecil Rena, beda sekali besarnya antara mereka berdua, sambil mengucapkan mantra di dalam hati “dan juga memori saat kau melihat kejadian ini...” lalu...
SRIIIING! Tetsu yang daritadi masih memegang bahu Rena sangat kaget dengan hal itu, ia sontak terjatuh lalu mundur “Tetsu, kenapa?! Kau seperti kaget sekali?!” Ryuu langsung menghampirinya.
“Sudah berapa lama aku melamun?” tanyanya masih di dalam perasaan terkejut.
“Melamun apanya? Baru saja sedetik kamu mau menenangkan Rena, sudah terpantul begini!” kata Ryuu dengan herannya.
“Ti-tidak mungkin, Rena... kau?” Tetsu baru saja mengatakan hal sesuatu.
“Kenapa aku menangis?” Rena menghapus air matanya “aku saja tidak mengerti apa yang masuk di kepalaku!!!” Rena mulai merasa agak tenang.
“Huh?” Tetsu hanya bingung... rahasia ini masih terus disimpan oleh Tetsu, sepatah kata pun tak pernah ia sampaikan pada siapapun, termasuk Rena...
“Baiklah, ayo kita lanjutkan... aku sudah tidak apa-apa” Rena kembali bangkit walau masih lemas, sambil memegang kepalanya terus.
“Rena, aku bantu berdiri ya?” Yoko mendekatinya.
“Tidak per...”
“Sudahlah, ayo! Teman harus saling membantu” Yoko tersenyum sambil menopangnya.
“Ya” Rena berusaha tersenyum tapi berat rasanya karena lemas sekali tubuhnya.
Selalu saja Yoko pemberi semangat!” Ryuu tersenyum bangga padanya.
Mereka terus berputar-putar mengelilingi kristal itu, mereka berusaha memahami tempat itu.
Inilah yang terjadi di tempat Kyouko...
“A-apa?!” dia yang tertidur pulas di kursi Rainnon (ya, dia diizinkan duduk di kursi terhormat itu) tiba-tiba terbangun, dia mengalami mimpi buruk “suamiku... juga anakku... ah, iya! Bagaimana dengan 5 anak itu?!” dia langsung mengangkat kepala dan badannya, kembali melihat ke layar hologram tanpa bantuan dari apapun, kecuali sihirnya “ya ampun?! Mereka?! Mereka dimana?!” GEBRAK!
“Maaf Kyouko-sama atas kelancangan kami mendobrak pintu” dua orang penjaga Kyouko yang diluar masuk lalu berlari ke arahnya, mereka mendobrak pintu sangat kaget karena ruangan yang tadinya sepi menjadi ramai di dalam.
“I-ini?! Mereka?!” Kyouko kaget setengah mati.
“Apa?! Mereka ada di dalam...” prajurit satunya juga kaget “mereka ada di dalam gelembung pengunci?!”
JREEEEENG!!! Karena tidak ada jalan lain, Tetsu bercerita tentang gelembung ini, tetapi dia bilang ia tahu sendiri.
“Ja-jadi?” Yoko melotot apa yang didengarnya dari Tetsu.
“Ya... kita tidak akan bisa keluar dari sini...” Tetsu menyandarkan dagunya pada kedua tangannya hingga menutupi mulutnya, mereka semua sedang duduk-duduk.
“Tapi masa' Rainnon/Kyouko sengaja membuat kita terkurung seperti ini?!” Yoko memberontak dan menghampiri Yoko.
“Dengarkan Yoko!!!” bentak Tetsu “aku tahu mereka tidak akan melakukan hal itu! Karena mereka... orang baik... aku tahu itu! Makanya...” Tetsu menahan rasa sedihnya yang merasa akan ada air yang akan keluar dari matanya.
“Pst... dengar Yoko” Rena yang sudah kuat berdiri menghampiri Yoko dan membawanya pergi “Tetsu, menganggap mereka berdua seperti ibunya... jadi... jangan sampai mengejek nama mereka berdua... aku tak memarahimu” bisik Rena pelan, sangat pelan.
“B-begitukah?” Yoko langsung menutup mulutnya karena merasa sangat bersalah, lalu ia menghampiri Tetsu “aku minta...”
“Tak apa, aku juga minta maaf, emosiku menjadi-jadi...” Tetsu langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum walaupun bukan dari lubuk hatinya, tetapi benar dia sudah memaafkan Yoko.
Semuanya ini aku Kyouko!!! Jawab segera!!! Siapapun!!!” tiba-tiba saja keheningan yang menyelimuti mereka terpecah oleh telepathy Kyouko.
“Disini aku dengar! Megu!” jawab Megu dengan cepatnya.
Baiklah siapapun...” BZT tiba-tiba terputus.
“Terputus?” Ryuu bingung sendiri sambil menaruh tangannya kembali, begitupun yang lain hanya terheran-heran.
“AAAAAKKHHH!!!" BZZZZT!!! Sesuatu menyetrum seluruh tubuh Kyouko, serasa setruman itu dari dalam.
“Kyouko-sama!” salah satu prajurit berusaha membangkitkannya.
“Bantu aku berdiri... aku harus... aku harus menghubunginya...” kata Kyouko sambil berusaha berdiri dengan tubuh yang lemas.
Di suatu tempat, tepatnya di hutan.
“Disini aku Rainnon, aku menangkap sinyal” jawab Rainnon di dalam kereta kuda sambil memandang ke hutan yang sangat sunyi senyap.
“Ra-Rainnon, to-tolong, coba... coba hubungi...”
“Kyouko?! Kenapa... sudahlah aku tahu kamu pasti terluka! Langsung saja! Jangan banyak bicara! Istirahatkan badanmu!” Rainnon yang mendengar suara Kyouko yang kesakitan itu langsung panik, pupil matanya pun mengecil.
“Hubungi... Rena a-atau si-apapun...” BZT kontak terputus.
Kyouko...? Apa yang terjadi...?” lalu Rainnon langsung berusaha menghubungi Rena dkk “halo? Rena! Bisa dengar... AAAAAKKKH!!!” Rainnon langsung merasa tersetrum dari dalam tubuhnya tetapi dia tidak memutuskan kontak.
Yang Mulia?!” kereta kuda langsung berhenti dan prajurit yang ditugaskan tetap disekeliling Rainnon menghampirinya dan memeriksa keadaannya dari jendela kereta.
Tidak apa! Lanjutkan perjalanan segera!
B-baik! Lanjutkan perjalanan!!!” semua terdengar sangat ricuh di ujung sana.
“Sebenarnya apa yang...” Rena berusaha berbicara tetapi...
“Dengarkan baik-baik!” GLATAK GLATAK bunyi kereta kuda dan kuda-kuda lain dari belakang memulai berjalan kembali “apa yang terjadi disana?”
Entahlah, kami terkurung dalam gelembung yang mempunyai gelembung lagi di dalamnya, lalu Kyouko yang berusaha menghubungi kami terputus entah karena sinyal atau apa... dan kau juga berteriak kesakitan tadi... apa yang terjadi?!” suara Rena terdengar sangat panik.
Dengar! AAAAAAKKKH!!!
“RAINNON?!” teriak Ryuu
Tidak apa... dengarkan saja, yang bisa berbicara dengan gelembung...” BZT! Kontak terputus lalu...
“AAAAAAAAKKKKHHH!!!” teriak Rainnon, kali ini terdengar sangat keras.
“YANG MULIA?!” sekarang semua prajurit mulai panik melihat Rainnon yang pingsan secara tiba-tiba tanpa sebab dan luka sedikitpun dari luar.
“Rainnon...?” Ryuu langsung murung, begitupun yang lain.
“Sudah, semua! Jangan panik! Rainnon dan Kyouko sedang berusaha menyampaikan sesuatu pada kita tetapi sepertinya mereka diserang sesuatu sehingga...” Rena akhirnya juga murung sendiri.
“Nah, tidak ada yang harus disia-siakan, sepertinya mereka berusaha menyampaikan untuk salah satu dari kita berbicara pada gelembung...” Megu mengusap-usap dagunya sambil terus berpikir.
Tunggu, gelembung?!” Rena teringat sesuatu “kurasa aku bisa mengatasi ini” lalu tanpa seizin semua, Rena mendekati salah satu gelembung dengan muka pasti “gelembung, dengarkan aku” kata Rena dengan sangat serius.
Yang Mulia, akhirnya anda datang juga” gelembung itu berbicara, hanya ada mulutnya, seperti air yang dikikis saja, tidak ada dalamnya.
Yang Mulia?” Rena bingung sendiri “aku mau bertanya...” lalu Rena memberanikan dirinya.
“Saya tahu anda akan menanyakan mengapa anda dan teman-teman anda saya kurung disini...” kata gelembung itu menebak “kami mengurung anda disini untuk memberi tahu anda bahwa kakak...”
“HENTIKAN!!!” Tetsu yang mendengar gelembung itu berbicara tentang 'kakak' langsung bereaksi sangat kaget.
“Diam kau manusia bumi!” ZLUP! Tetsu dibawa masuk ke dalam gelembung yang lebih kecil lagi.
“BRRRR!!!” Tetsu berusaha berbicara sambil mengguncang-guncangkan gelembung tersebut.
“Tetsu!!!” teriak semua serentak.
“Sekarang dengarkan Yang Mulia, bahwa kakakmu masih hidup!” gelembung itu memberi kabar baik tetapi...
“Aku... aku tidak mengerti apa maksud semuanya!” BRUAK! Rena terjatuh lalu memegangi kepalanya lagi “kakak? Memangnya aku punya kakak?!” Rena bingung sendiri kepalanya tertunduk.
“Ya... percaya atau tidak... persiapkan dirimu, Yang Mulia...” BWOSSSHH mereka keluar dari gelembung aneh itu dan kembali pada stage-stage yang benar-benar harus mereka lewati.
“Aku... tidak mengerti...” Rena masih tertunduk.
Lalu Tetsu yang sudah tidak berada dicengkraman gelembung berusaha mengatakan sesuatu tetapi... “R-Rena...”
“Berhenti bicara! Istirahatlah!” Ryuu membentak Tetsu “tidurlah dulu, kami akan menyelesaikan stage ini!”
“Kalau begitu sampaikan pada Rena... saat aku memegang bahunya tadi...” Tetsu berbisik “aku tahu masa lalunya...” lalu Tetsu pingsan.
“Dia?” Yoko melihatnya
“Hanya pingsan” kata Megu menenangkan “apa kata Tetsu saat berbisik tadi?” Megu menghampirinya, sedangkan Yoko berusaha menenangkan Rena.
“Dia tahu masa lalu Rena, ingat saat dia terpantul tadi?” Ryuu berkata sangat pelan sambil berdiskusi bersama Megu.
“Begitu ya? Dia berarti tahu ada apa dengan kakaknya itu?” Megu ikut penasaran
“Sepertinya iya...” jawab Ryuu singkat.
“Rena... tenanglah, selama belum ada apa-apa” Yoko merangkulnya dengan senyum lebarnya.
“Terimakasih Yoko” Rena berusaha tersenyum “tapi aku merasa, aku berbeda dengan yang lain...”
“Tidak, Rena adalah Rena, meskipun kamu berbeda tetapi kamu adalah Rena yang kami kenal” Yoko mengenggam tangan Rena “camkan itu baik-baik Rena” Yoko bermuka serius.
“Baiklah!” Rena pun kembali semangat dengan senyumnya, Yoko membalasnya dengan senyuman yang sama.
“Istirahatlah dulu Rena, kita akan menyelesaikan stage ini” kata Yoko sambil menepuk-nepuk punggung Rena lalu berdiri “Ryuu ayo kita selesaikan stage ini!”
“Oke!” Ryuu berdiri
“L-lalu aku?” Megu menunjuk dirinya sendiri dengan bingungnya, sambil mengedipkan matanya berkali-kali seperti orang kebingungan di komik... hahahaha.
“Tenang saja” kata Ryuu “kamu jaga saja mereka berdua yang sedang tidak ada tenaga ini” Ryuu mendadahi mereka semua.
“Ayo kita berangkaaaaat!!!” teriak Yoko dengan semangatnya.
“Yokooo tungguuuu!!!” teriak Ryuu dari belakang “memangnya kita harus apaaa?!” Ryuu meneriakinya sambil mengejarnya “kita ada di pantai sekarang”
“Benar juga... kita ngapain disini?” Yoko mengusap-usap dagunya.
“Hmm... harus apa ya?” akhirnya mereka berpikir, sambil kembali ke 3 temannya yang lain, sambil tolah-toleh Ryuu melihat di sebrang laut ada sebuah pulau “semua! Lihat!” Ryuu menunjuk ke arah pulau itu.
“Loh, sebuah pulau?” Megu melihat arah tunjukkannya itu.
“Tapi itu hanya pulau kecil kan?” Yoko mengangkat bahunya dan lengan tangannya dengan memejamkan matanya seperti tidak setuju untuk kesana.
“Siapa tahu begitu kesana kita bertemu pintu yang Kyouko maksud?” Ryuu mencoba menawarkannya.
“Ah, benar juga... tapi masalahnya adalah...” semua memandang ke pulau “kita harus membuat rakit, atau kapal, atau semacamnya ya...” Megu makin murung.
“Yaaaa, itu benaar...” Yoko tambah mengeluh “tak ada jalan lain! Ayo kita membuat rakit!” Yoko berusaha bersemangat tetapi ia bermuka kecut.
“Baiklah ayo!” Ryuu dan Yoko berlari masuk ke hutan
“Tunggu” Rena berdiri “aku akan ikut! Ayo bersama-sama kita buat!” Rena mengeluarkan Crescent Blade dengan mantra dalam hati.
“Aku juga akan mencari bahan-bahan obat-obatan, obat kita sudah mau habis” Megu ingin ikut juga tetapi...
“Lalu Tetsu bagaimana?” Ryuu melihatnya ternyata ia sudah berdiri
“Hey, hanya tercekik saja bukan masalah! Ayo kita buat rakit!” Tetsu sudah bisa berdiri, setelah tercekik di dalam gelembung.
“YOSH!” Ryuu semakin bersemangat.
“AYOOOOOO!!!” semua mengepalkan tangannya lalu mengangkat setinggi-tingginya dibawah sinar matahari yang terik, dengan ombak laut yang lembut, juga pasir-pasir pantai.

No comments:

Post a Comment