Chapter 1: New Neighbor
Sekarang adalah tahun 2050 tepat pada bulan Januari tanggal 25, namaku Shiroyuki Ichiro. Aku berumur 16 tahun. Aku hanya tinggal di sebuah apartemen. Ya, orangtuaku meninggal saat aku masih kecil dan aku diberi uang dari nenek dan kakekku yang sekarang juga udah meninggal. Aku kerja sampingan di toko kue bernama “Hazelnut” yaaa, aku ini tinggal di Berlin tepatnya ibutkota Jerman. Kenapa namaku Jepang? Itu karena memang aslinya aku lahir di Osaka Jepang tetapi karena ayahku memiliki kerjaan di Berlin jadi aku tinggal disini dari kecil mungkin saat aku berumur sekitar 5 tahun, lalu seperti namaku yaitu “Ichiro” yang berarti anak pertama. Aku mempunyai 2 adik perempuan, yang pertama Naomi berumur 13 tahun yang berarti “di atas semua keindahan” masih kelas 1 SMP dan Erika kalau yang ini namanya asing sehingga ditulis pake katakana (huruf Jepang yang untuk menulis bahasa asing atau bisa dibilang bahasa selain dari Jepang) dia dilahirkan di Berlin, umurnya 5 tahun memang sih ini adikku yang paling kecil dia masih susah diurus gak kayak Naomi.
Tingkatku sekarang di SMA kelas satu karena kalau di Jerman batas minimalnya umur saat SMA kelas satu adalah 16 ya itu adalah aku, kebanyakan temanku berumur 17 tahun. Tetapi bukan karena faktor umur aku tidak bisa bertindak, malah aku anak yang paling berbuat onar di sekolah tapi nilai-nilaiku bagus yaaaa setidaknya onar tapi bisa berprestasi apa salahnya? Nah sekarang aku sedang ujian di mata pelajaran matematika.
“Ichiro... pst... Ichiro...” bisik seorang temanku, seorang perempuan.
“mau tanya nomer berapa huh?” jawabku dengan tatapan sinis.
“yah, kamu tau ya... nomer 10 apa ya?” cewek ini deketin aku pas lagi butuh aja jadi...
“jawab aja sendiri mikir pake otak jangan pake idung” jawabku sinis tak ada ampun.
“idih pinter tapi pelit” dia langsung menatap sinis juga.
“ya terserah, kamu deketin aku pas lagi butuh aja kan? Kaya gini nih contohnya, jangan dikira... ah udahlah cape ngomong! Males juga deh ngomong sama kamu!” jawabku tanpa menatapnya, aku duduk di dekat jendela menatap kebawah karena kelasku ada di lantai 2, setelah dipikir2 aku ini terlalu polos dan jujur ya?
“serah kamu deh HIH” dia meletin lidahnya. Namanya Luvia Reinsworth, dia anak bandel di kalangan cewek yah level onarnya kayak aku tapi bweh! Aku beda jauh banget sama dia, dia gak ada pinternya sama skali, pikirannya cuma masalah pacaran doang.
“yang sudah dikumpulkan, minggu depan kalian libur terkecuali hari Sabtu untuk pengambilan nilai rapot selamat menikmati liburan kalian ya” sambut sang guru dan semua bersorak kegirangan, lalu semua mengumpulkan ulangan mereka lalu segera meninggalkan sekolah.
Aku selalu pulang bersama temanku yang bernama Fremont Alzack dan Clovis Roswell.
“Shiroyuki----” kata Fremont lalu aku potong,
“ingat itu nama margaku, namaku Ichiro” protesku sambil melipat tangan.
“Oh iya aku lupa! Maaf ya padahal udah lama kita temenan ya” Fremont garuk-garuk.
“ya moga2 aja lain kali inget bosen aku pada salah semua----”
“sori ya Ichiro aku ga pernah salah manggil nama kamu” kata Clovis si murid pintar diatasku sambil menggoyangkan kacamatanya.
“oh iya aku juga lupa padahal kan kita----”
“jangan ambil kata-kataku ya I-CHI-RO! Bwahahaahaha!” Fremont tertawa terbahak2
“ih ya kan... ah udahlah! Udah sampe sini kita pisah ya dadah” aku melambaikan tanganku tanpa menatap mereka mungkin mereka sekarang sedang membalas lambaian tanganku dan mulai melangkah pergi.
“Naomi! Bukain pintunya! Aku lupa ga bawa kunci!” aku mengetuk pintu tapi ga ada yang nyaut “waduh Naomi belom pulang kali ya...” lalu aku mengambil handphoneku yang ada di dalam tasku “halo Naomi?”
“wah oniichan! Maaf aku lagi belanja sama Erika nih, kirain oniichan bakalan pulang lama jadinya aku tinggal apartemennya” suara berisik dari sana, tentu saja walaupun tahun 2050 orang-orang lebih senang jalan kaki dan berbincang-bincang dibanding menggunakan kendaraan, karena cukup sehat kalau jalan kaki.
“ya udah kakak tunggu ya jangan lama2”
“ya” BIP aku dan Naomi mungkin menekan tombol berbarengan, sekarang aku duduk di bawah seperti seorang pengemis. Memalukan juga.
TAP TAP TAP suara langkah seseorang menaiki tangga lalu... wanita cantik kira2 berumur 20 tahunan sampai pada tempatnya.
“oh, halo nak! Kenapa kamu duduk diluar?” jawabnya dengan senyum manisnya.
“gawat kalau ketauan kekunci diluar...” aku menelan ludah lalu berdiri GLEK “ya karena... karena...” mukaku ga berani menatapnya, kejadian ini cukup memalukan bukan?
“kalau terkunci diluar bilang aja!” senyumnya tetap masih ada.
“HAH?! B-bukan!!! Aku cuma----”
“oniichan aku udah pulang! Ayo masuk!” lalu Naomi yang sedang membawa belanjaan dan menggandeng adikku melihat wanita itu “eh? Kok baru liat ya? Baru pindah ya?” adikku tak kalah cantiknya dengan wanita ini.
“iya salam kenal ya! Namaku Mackenzie Souvlad, namamu? Sepertinya bukan orang sini ya? Kamu sipit dan tadi mengatakan ‘oniichan’” wanita itu mendekati Naomi.
“ya, aku dari Jepang oniichan itu maksudnya kakak laki2, ya dia adalah kakak laki2ku, namaku Shiroyuki Naomi, namaku Naomi bukan Shiroyuki, kakakku Ichiro dan adiku Erika salam kenal ya” adiku mengulurkan tangannya hendak bersalaman dengan Mackenzie.
“oh iya salam kenal juga ya! Ternyata kalian dari Jepang” Mackenzie menerima tangan Naomi yang melepas gandengan Erika lalu mereka melepas tangan mereka “aku kembali ke apartemenku ya, apartemenku ada di sebelah kalian kok” dia menunjuk kamar yang ada disebelah kanan kamar mereka.
“wah! Kebetulan ya! Semoga kita tambah akrab ya!” Naomi membalas senyumnya.
“ya sampai nanti ya, lalu Ichiro ternyata benar ya kamu terkurung diluar! Semoga ga kejadian lagi ya” BLAM! Mackenzie menutup pintunya.
“memalukan...” Naomi tertawa kecil lalu membuka pintu apartemen, aku merasa terhinaaaaa!!!
Aku segera masuk kamar dan mengganti baju, baju kerja dan menyiapkan barang-barang untuk kerja. Lalu aku langsung keluar dari kamar dan berlari lalu sebelum pergi aku berpamitan dulu ke Naomi dan Erika.
“aku kerja dulu ya Naomi, Erika! Dah! Makan mie instan dulu ntar malem aku siapin makanan” aku langsung keluar tepat saat itu Mackenzie keluar dari apartemenya dan berpakaian... “Mackenzie? Seorang tentara?” aku terkejut dengan pakaianya, dia pun bukan terlihat anggun sekarang tapi gagah, karena tadi aku liat dia pake baju formal dengan rambut blondenya yang diurai sebahu.
“maaf kamu terkejut ya? Aku sebenarnya seorang tentara, lalu kamu... seorang chef ya?” dia melihat penampilanku tampaknya dia terkejut juga “kamu kecil2 udah kerja?”
“agak berlebihan kalau dibilang chef... hanya seorang koki toko kue kecil kok... tau toko kue Hazelnut?” aku juga membalas senyum ramahnya.
“oh aku tau! Baru2 ini aku membeli rotinya tadi siang dan kemarin siang. Roti2nya enak2 ya! Apalagi cakenya yang seperti brownies dilapisi coklat belgian trus ada hazelnutnya! Sederhana tapi enak” dia berpikir keras untuk mengingat cake yang ternyata itu buatanku sendiri!
“uh-oh itu... itu kue buatanku” aku merasa malu sambil garuk2 kepala sambil menunjuk diriku sendiri.
“wah? Hebat kamu udah bisa bikin kue! Orangtuamu kerja?” tanyanya dengan tanpa tau apa yang terjadi.
“mereka... mereka kerja disebuah perusahaan, aku pergi dulu ya! Aku udah telat jauh!” lalu aku langsung pergi berlari secepat kilat.
“anak itu kenapa? Kok wajahnya langsung berubah? Ya udahlah aku juga bakal telat nanti” lalu Mackenzie turun dengan langkah pelan.
“yo Ichiro! Kenapa kamu telat? Ga biasanya” seorang pemuda yang kira2 seumuran dengan Mackenzie sedang berdiri di depan kasir menyapaku dengan bingung.
“gak pa-pa cuma ada halangan aja” aku langsung melepas jasku dan memasuki ruangan toko.
“oh ya Ichiro! Kamu disruh bos untuk membuat masakan Indonesia nyari aja di internet, moga2 sukses ya” dalam sekejap aku langsung mengangakan mulutku, seperti anime konyol aja.
“wah, terimakasih infonya Archard!” aku langsung masuk ke dapur, toko ini memang tidak hanya menjual roti tapi makanan internasional, makanya kalau aku bilang sih toko ini laku berat juga.
No comments:
Post a Comment