Chapter 4: We Are The Same...
Haruka dan Eric juga keluar dari balik panggung. MC menyusul kepala sekolah Letcher Gakuen. “Kepala sekolah! Ada penyusup yang mengincar putri Oshward dan Licht” MC langsung menghadap kepala sekolah.
“Apa? Mereka berdua akan dalam bahaya! Siapkan para guru untuk mengusir mereka, lalu tolong siapkan guru yang bisa menyelidiki motif kejahatan ini” Kepala Sekolah pun berdiri “Sekretaris, bantu Yawaraka untuk mencari guru” lalu kepala sekolah pergi dari ruangan.
“Siap!” lalu sekretaris mengikuti Yawaraka si MC pergi.
“Siapa kalian?” tanya Haruka menyiapkan shotgun.
“Kau tidak perlu tahu” jawabnya mengganti senjata.
“Sial! Aku pakai gaun Antoinette ini jadi susah untuk bertarung!” Lolita lalu berdiri “Darkness Force Mode!” lalu Lolita dikelilingi aura hitam karena sihirnya.
“Ah! Dasi ini juga mengganggu!” Licht melepas dasi yang ada di lehernya lalu membuka kancing dibagian leher “serasa kecekek! Maaf ayah, tapi dasi ini kubuat berantakan ya?” Licht memasukan dasinya disaku celananya “ayo! Darkness Force Mode!” Licht juga dikelilingi aura hitam.
“A-aku harus apa?” Alice kebingungan.
“Alice! Sini! Kalau tidak mau melawan!” Eric bersembunyi dibawah meja.
“APA YANG KAMU LAKUKAN HEH?!” teriak Haruka “kalau begitu raciklah bom ya?” lalu Eric mengancungkan jempolnya. Alice ikut bersembunyi dikolong meja.
“Lalu aku harus apa Eric-senpai?” Alice duduk disebelahnya.
“Tidak usah apa-apa kalau tidak mau melawan” Alice terdiam agak sedih tidak bisa membantu apa-apa.
“Aku ingin bertarung tapi… aku takut malah mencelakakan semuanya…” Alice hanya bisa berkata seperti itu didalam hatinya.
“Lolita! Mau gunakan Sunshine Blade?” Licht berdiri disampingnya.
“Kamu mau gunakan Crescent Blade?” Lolita lalu berdiri sambil mengangkat rok gaunnya yang sangat membuatnya sulit untuk bergerak.
“Sepertinya tidak” Licht tersenyum sombong.
“Sombong” JLEB! Panah besar menusuk Licht karena kata-kata Lolita.
“Ayo, serang!” Haruka mengokang shotgun-nya lalu Lolita dan Licht berlari mendekati 2 orang itu. Lalu 2 penjahat itu menyebar.
“Aku kejar bosnya kamu kejar si pemegang laser!” lalu Licht tampak kebingungan, Lolita sudah hilang darinya “LOH?! UDAH NGEJAR BOSNYA DULUAN?!” Licht kaget Lolita sudah di dekat musuh. Lalu dia merubah arah lari mengejar si pemegang laser “diam kamu!”
“Sebaiknya aku melukaimu dulu ya?” lalu dia mengganti senjatanya lagi dengan laser. Caranya berganti senjata sama seperti Haruka.
“Coba saja kalau bisa!” lalu Licht menghentakkan tangannya di lantai, keluarlah listrik hitam elemen Dark diikuti lantai yang retak.
“Ugh…” dia langsung melompat lalu menembakkan lasernya.
“Wah!” Licht langsung menghindari laser itu “hampir saja…” lalu dia kembali berlari “dasar kerdil dan lincah!”
“APAAAA?! SEMUA ORANG SELALU MENGATAKAN KALAU AKU INI PENDEK!!!” orang itu langsung membabi buta, menembaki laser kemana-mana.
“Ups, aku salah kata-kata!” Licht terus menghindar, tapi 1 laser mengenainya lalu ia tertabrak tembok hingga temboknya roboh “ugh!” darah keluar dari mulutnya.
“Coba katakana lagi kalau aku ini pendek!” orang itu muncul diantara asap, suara laki-lakinya mulai keluar. Dia menyiapkan lasernya. “GRRRRR!!!” Licht hanya bisa diam diantara tembok-tembok yang roboh itu.
DOR! Jantung orang itu diserang oleh peluru shotgun, tapi tidak keluar darah sama sekali, hanya bolongan yang ada di dadanya “Licht kamu tidak apa-apa?” Haruka membantunya berdiri.
“I-iya” lalu dia berdiri menghapus darah yang didekat mulutnya “dia itu makhluk apa?” orang yang memegang laser itu jatuh.
“Aku juga tidak tahu” mereka mendekati orang itu. “Heran, tidak ada darahnya, padahal sudah kuserang jantungnya, aku tidak yakin kalau dia sudah mati”
“Tenang, dia sudah mati” Licht melihat kebolongan yang ada di jantungnya itu.
“SIAPA BILANG AKU SUDAH MATI?!” orang itu kembali bangkit, padahal dadanya sudah bolong “KALIAN SEMUA AKAN KUBUNUH!”
“HIIIIY SEREEEEEEM!” Haruka sangat panik bersembunyi dibelakang punggung Licht. “Apa-apaan dia? Masih bisa hidup tanpa ada jantung!”
“Aku bukan manusia! Hahahaha!!!”
“Apanya yang lucu” Licht garuk-garuk pipi.
“DIAM KAU!” lalu dia menyiapkan lasernya “kau, pangeran Awakichi, akan kubunuh sekarang!” lalu tiba-tiba ada bom asap.
“Uhuk!” Licht dan Haruka terbatuk-batuk, lalu diantara asap itu muncul seseorang dibalik asap itu “itu pasti dia” Licht tersenyum begitu melihat bayangan orang, benar saja maksud Licht. Dia adalah Eric yang sedang memakai masker lalu mengacungkan jempol diikuti Alice yang memakai masker dan sedang dibelakang punggung Eric.
Lalu Eric melepas maskernya “dia adalah zombie, dia hidup tanpa darah mengalir kan? Dia sudah membersihkan isi badannya dari darah maka kalau ditembak tidak ada darah yang akan keluar darinya, lalu jantungnya juga sudah tidak menyimpan dan memproduksi darah lagi. Sehingga saat Haruka tembak jantungnya tidak mengeluarkan apa-apa. Lalu bom asap ini adalah” dia mengeluarkan bom yang tadi ia lempar “sebenarnya bukan asap, tapi uap. Dari penguapan Holy Water” dia menunjukan bomnya.
“Bagus Eric!” kata Licht. Lalu Eric membenarkan kacamatanya. “Sekarang ayo kita susul Lolita” semuanya berlari menyusul Lolita. Alice tampak kebingungan ikut pergi atau tidak. “Alice ayo! Habis ini kita akan kembali pentas dan akan berdansa bersama” Licht memberi senyum padanya. Alice bermuka merah.
“Ya!” balas Alice sambil berlari mengikuti mereka.
Licht disusul oleh Alice, saat itu dia mulai merasa kesakitan dibahunya. Dia memegangi bahunya, menahan sakit lalu langsung menyusul yang lain. Lalu zombie tadi lenyap setelah kena semburan uap dari Holy Water tadi.
“Lady Lolita yaa?” Lolita sedang menghadapi bos dari zombie tadi. Lolita tidak menjawabnya. “Oh, dingin sekali kau! Wanita anggun dan cantik, pantas menjadi seorang putri” kata bos itu.
“Terserah apa katamu” lalu Lolita mengejar orang itu langsung memegang lengannya “Light Force Mode” Lolita langsung berlari menjauh dari orang itu. Orang itu dikelilingi aura putih.
“Oh, pengubah elemen ya?” lalu dia melihat lengannya “tidak akan ada mempannya padaku nak. Aku ini kebal dengan sihir” dia mengibaskan jubahnya “lawan aku Lady Lolita!” Lolita bersiap melawannya. Lalu dia mengeluarkan pisaunya yang diikat di kakinya.
“Kalau begitu aku akan menyerangmu dengan serangan netral saja” Lolita berlari menyiapkan pisaunya “kya!” DUK! Lolita jatuh karena gaunnya yang merepotkan “ugh rok ini!”
“HAHAHAHAHA!!! Sudah bergaya ternyata tidak bisa melawan! Sudahlah menyerahlah! Putri itu tidak punya kekuatan. Mereka hanya cocok untuk diam di istana. Putri itu lemah!” Lolita langsung terdiam merasa kata-kata itu ada benarnya. Lalu kesempatan emas, orang itu langsung memegang tangan Lolita “cukup sampai disini, sampai jumpa putri” lalu orang itu mengeluarkan suntikan bersiap akan menyuntik Lolita.
“LOLITAAAAAA!!!” Licht langsung memukul orang itu dan suntikannya terlempar, orang itu terpisah dari Lolita. “Apa yang kamu lakukan? Jangan diam saja, Lolita!” Licht mengguncang-guncangkan bahu Lolita, kemudian Lolita baru tersadar.
“Ah, apa… maafkan aku” Licht hanya terdiam. Lalu ketika Licht hendak menghajar orang itu, ternyata orang itu sudah ditangkap oleh guru yang sudah didekat aula tadi.
“Kalian semua tidak apa-apa?” guru itu langsung berusaha membangkitkan Lolita, lalu Lolita pingsan “ups, sensei bantu aku” lalu guru satunya membantu Lolita. Tidak ada yang membantu Licht yang padahal lukanya lebih parah dari Lolita. Dia hanya terdiam
“Hahaha, ternyata aku memang bukan pangeran sebenarnya…” semua guru pun sebenarnya tidak suka dengan Licht karena matanya. Tapi kalau Eric dan Haruka masih didekati guru-guru.
“Ah! Lady Rena! Sedang apa kesini?” saat Licht berumur 6 tahun, Licht akan disekolahkan di Letcher, masih tingkat dasar.
“Aku akan mendaftarkan anakku disekolah ini” kata Rena dengan tegas.
“Apa?!” kepala sekolah sangat terkejut “baik Lady Rena. Anak ini akan mendapat beasiswa—“
“Tidak”
“Apa?”
“Aku ingin anak ini tidak dianggap spesial sebagai pangeran, aku ingin dia tidak dimanja. Dia sama seperti anak-anak lain” Rena mengelus-ngelus kepala Licht.
“Ba-baik… jadi, ini formulirnya. Tolong isi dengan benar Lady Rena…” kepala sekolah memberi kertas formulir.
“Baik, terimakasih kepala sekolah, boleh ku tahu namamu?” tanya Rena dengan ramah.
“Scott Vincent, Lady Rena” kepala sekolah menyebut namanya dengan sopan dihadapan Rena.
“Baik, terimakasih Vincent-san” Rena tersenyum dengan ramah.
“Aku tahu, Lady Rena adalah orang yang terhormat dan terbijak. Maka aku akan menjaga anaknya dengan semaksimal kemampuanku, aku berjanji pada diriku sendri!” kepala sekolah benar-benar serius dengan perkataannya tadi. Dia terus memperhatikan Licht anak yang masih sangat penakut.
Setelah pengisian formulir, Licht diterima lalu Rena pergi meninggalkannya bersama kepala sekolah, dan memberi ucapan selamat tinggal dengan hangat, lalu pergi.
“Nah, Licht, ayo kita keliling sekolah” kepala sekolah menggandeng tangannya dengan Licht. Licht hanya mengangguk-angguk polos.
Saat berkeliling, semua orangtua tampak tidak suka dengannya, begitupun anak-anaknya. Karena matanya yang aneh. Orangtuanya takut itu adalah kutukan maka meminta anak-anaknya untuk menjauh darinya. Lalu seorang guru mendekati kepala sekolah.
“Kepala sekolah, apa tidak apa-apa membiarkan dia sekolah disini?” tanya guru itu pada kepala sekolah.
“Dia bisa sekolah disini, dia adalah anaknya Lady Rena” guru itu terkejut, lalu kepala sekolah segera meninggalkannya. Menjauhkan Licht dari orang-orang yang hendak mencaci makinya. Dari kecil sampai besar pun Licht sudah dekat, sangat dekat dengan kepala sekolah. Licht benar-benar menganggap kepala sekolah adalah ayah keduanya di sekolah disbanding guru-guru lain. Lalu, dari kecil, Licht bertemu dengan Haruka dan Eric. Mereka kemanapun selalu bersama-sama. Apapun yang terjadi.
Di suatu ruangan, Lolita tertidur lalu membuka matanya perlahan, saat membuka matanya, terlihat ada beberapa orang "umm, Licht?"
"Iya, ini aku bersama Haruka, Eric, dan Alice" Licht menyambutnya dengan senyum hangat "sudah agak baikan?" Tanyanya.
"Hmm... Lumayan, lalu bagaimana dengan pentas kita?" Lolita mengusap-usap kepalanya.
"Sekarang panggung dan aula diperbaiki sebisa mungkin lalu jika kurang baikan lebih baik kita tampil terakhir saja" jelas Eric pada Lolita.
"Kuharap sih kau cepat baikan" Haruka agak kesal dengannya karena sikapnya yang egois. Pergi sendiri tanpa tahu resikonya.
"Kuusahakan kita tidak akan tampil terlalu mundur..." Lolita merasa agak menyesal "maaf ya, gara-gara aku semua menjadi kacau" katanya dengan malu sambil menunduk.
Haruka dan Licht tampak terheran. Tidak biasanya Lolita merasa bersalah "tidak-tidak! Bukan salah Lolita-senpai kok!" Alice menghiburnya.
"Terimakasih ya Alice" Lolita membalasnya dengan senyum.
"HIIIII" Licht, Haruka, dan Alice tampak ketakutan.
"Tidak biasanya aku melihat Lolita tersenyum" Haruka agak merinding sampai mengusap-usap tangannya.
"Sama senpai! Aku juga dengar kabar kalau Lolita-senpai tidak pernah tersenyum!" Alice mengangguk-angguk.
"Maniiiiiiissss!!!" Licht bermuka merah padam, kepalanya berasap.
"Licht" panggil Lolita, Licht menoleh "terimakasih ya..." Katanya pelan.
"Bukan masalah!" Licht tersenyum bangga.
TOK! TOK! TOK! Ketukan pintu UKS, tempat mereka berada telah diketuk. Lalu masuklah seorang guru. "Maaf mengganggu kalian tapi apa Magie-san tidak apa-apa?" Tanya guru itu.
"Ya, aku tidak apa-apa" balas Lolita.
"Baik, kalau sudah siap panggil bapak dan kalian harus siap untuk pentas ya"
"Ya"
Lalu mereka berencana untuk beristirahat dulu, Licht membuka jasnya. Dan duduk di sofa yang ada di UKS. Lalu Haruka melihat Licht.
"Licht, coba lihat punggungmu" Licht lalu berdiri dan memperlihatkan punggungnya pada Haruka.
"Ada apa?" Tanyanya.
"Bahumu luka, darahnya menyebar kebagian punggung" Haruka melihat bahu sebelah kanannya Licht berdarah.
"Biarkan saja, aku tidak bisa mengobatinya sendiri. Lagipula tidak ada yang peduli padaku" Licht tersenyum berusaha sabar pada Haruka.
"Bodoh" kata Haruka, senyum Licht langsung menghilang "kita ini sama-sama tidak diperhatikan, jadi kita akan saling membantu, karena kita ini sama" Haruka tampak tersipu malu lalu menundukan kepalanya "sini kuobati!" Haruka mengangkat kepalanya, wajahnya memerah lalu memegang bahu Licht.
"Memangnya kamu bisa?" Tanya Licht sambil menyindirnya.
"Bisa!" Haruka sambil bergemetar mengambil beberapa peralatan obat.
"Hahaha, terimakasih ya" Licht senyum merasa senang dengan Haruka. Haruka tidak menjawabnya.
"Sudah rapi?" Licht membenarkan dasinya.
"Sudah! Akhirnya kamu bisa memakai dasi dengan rapi! Biasanya seragam saja memakai dasinya tidak benar kan?" Haruka menyindir Licht.
"Diam kamu" Licht meliriknya dengan kesal.
"Contoh tuh si Eric" Haruka menunjuk Eric, yang memakai kostumnya. Yaitu kemeja yang biasa dipakai orang kaya untuk bersantai dirumah atau dikamarnya. Eric membalasnya hanya dengan tatapan kacamata lolipopnya.
"Ja-jadi kita akan tampil sekarang?" Tanya Alice ragu-ragu.
"Tentu!" Jawab Licht enteng.
"Para hadirin sekalian! Maaf atas kerusuhan tadi! Tapi ini dia grup ke-5 akan kembali pentas dan sekalian menutup acara kita hari ini pada jam 12 malam ini!" Semuanya berteriak, ketika MC pergi dari panggung para penonton langsung hening dan memperhatikan dengan jeli penampilan grup 5 ini. Semua penonton masih lengkap.
Seperti tadi, alunan piano Sonate de Moon kunci G dimainkan oleh Alice sang pianis dan 2 titik lampu menyorot ke arah Alice dan Lolita. Lolita mulai menari-nari dengan gaun Antoinette nya dengan dikelilingi mawar-mawar cantik. Sihir pun mulai dikeluarkannya, sebelumnya dia membuat dirinya menjadi elemen cahaya. Maka ia bisa melakukan sihir memunculkan bidadari bersamanya, menemaninya menari gemulai.
Lalu datanglah si pembawa properti. Lolita sedang menatap ke arah jalanan lewat istana. Lagunya berubah menjadi The Jacqualine Air karya Axford Heroin, lagu classic dengan tempo yang riang gembira. Angin pun berhembus-hembus yang dikeluarkan dari hentakan kaki Alice, mengibas-ngibas Licht yang sedang berjalan dijalan tersebut. Lolita memandangnya dengan senang. Licht pun tak sadar dengan hal itu.
Beberapa rakyat atau bisa dibilang Haruka dan Eric yang berperan sebagai rakyat menyambut Licht dengan bangga. Ditambah peri-peri cahaya yang menyambut Licht. Peri-peri cahaya itu sebenarnya datang dari sihirnya Lolita dan Licht.
Lalu disebuah kafe, lagu berubah menjadi Aria's Waltz karya Banquetto June, alunan Waltz yang sangat merdu. Lalu disana Licht datang dan menatap ke arah Alice. Licht datang padanya dan mulai mengajak sang pianis berdansa. Lagu Waltz tersebut dilanjutkan dengan hentakan kaki dan tepuk tangan Haruka, Eric, dan Lolita. Lalu beberapa lilin menyala yang disebabkan oleh sihir milik Eric dan Haruka. Lilin itu menyala secara bergiliran. Kemudian juga berkedip-kedip.
"Jangan sampai salah ya Alice" Licht tersenyum pada Alice.
"I-iya senpai!" Alice tampak malu-malu.
Kemudian semua lilin mati dan kembali menyala semua ketika Licht dan Alice mengakhiri dansa dengan gaya akhiran dansa. Kemudian lampu kembali menyala, suara ribut diluar kafe terdengar. Suara shotgun Haruka berbunyi. Lalu Licht dan Alice keluar dari kafe. Melihat Haruka menculik Lolita.
Haruka tersenyum dengan kemenangan dan mereka menghilang. Licht dan Alice saling menatap lalu mengangguk, Alice mengeluarkan sihir anginnya dan mereka terbang. Berusaha menemukan Haruka.
Mereka menemukan Haruka sedang berjalan dihutan. Lalu Haruka terbang dengan sapu sihirnya dan Lolita juga ikut naik di sapu sihir itu. Mereka saling melawan. Pertarungan Licht dengan Haruka sangat sengit hingga pemenangnya adalah Haruka. Lalu Haruka cepat-cepat pergi dan membawa Lolita sang ratu pergi. Licht dan Alice mengejar mereka.
Sampailah disuatu puri. Licht dan Alice berhadapan dengan si penyihir Haruka. Lalu mereka bertarung. Cahaya darimana-mana keluar membuat sebuah fantasi sangat menakjubkan. Hingga para penonton terdiam terpaku dengan keajaiban tersebut.
Haruka pun kalah dan Licht dengan Alice menaiki puri sampai tingkat atas. Lalu mereka bertemu dengan si alchemist dan penyihir jahat, Eric si bertopeng. Lolita sedang dijadikan bahan percobaan. Lalu Licht dan Alice melawan Eric.
Keajaiban alchemy pun ditunjukan oleh Eric. Dengan chimera dan homunculus yang sangat ganas. Lalu ketika chimera dan homunculus itu kalah, Eric mengeluarkan jurus terakhirnya yaitu Mizuno's Giant Hammer. Disini Licht tampak kebingungan. Kebingungan sesungguhnya.
"Apa aku harus mengeluarkan Crescent Blade ya?" Suara hati Licht didengar oleh pengawalnya dan sekaligus Crescent Blade-nya Licht. Jean dan Hilda.
"Licht-sama, kau adalah pangeran sesungguhnya. Jadi buktikanlah kalau kau memang pangeran Awakichi" suara Jean terniang diotak Licht.
"Itu benar Licht-sama. Kami adalah buktimu sebagai pangeran Awakichi" Hilda angkat bicara.
"Terimakasih ya semua..." Licht merasa bangga memiliki pengawal yang seperti itu. Lalu dikeluarkannyalah Crescent Blade-nya.
"Awakichi, X-Crescent..." Licht membuat gaya dan cahaya putih dipedangnya yang putih mengelilingi pedang itu lalu aura hitam menyelimuti pedangnya yang berwarna hitam. Semua penonton langsung bersorak. Licht dan Eric mulai bertarung dengan sungguh-sungguh.
"Mama! Lihat itu Crescent Blade! Dipelajaran sejarah aku sudah belajar loh!" Teriak anaknya yang terkagum-kagum melihat Crescent Blade milik Licht.
"Iya nak" ibunya juga terkagum melihatnya.
Pertarungan sengit dilalui Licht dan Eric, sementara itu Alice melepas ikatan pada Lolita. Lalu Lolita juga mengeluarkan Sunshine Blade-nya, atau tepatnya Sunshine Staff. Bola kristal kecil berwarna putih mengelilingi bola kristal utama berwarna hitam besar. Lalu didepannya terdapat simbol matahari sebagai tanda itu adalah Sunshine Blade. Lalu cahaya putih menerangi seisi aula dan mengalahkan Eric. Alice langsung melangkah dan memainkan piano. Lagu kali ini adalah St.Howard karya Yaselie Aster. Lagu yang cocok yang digunakan untuk menyambut kemenangan Licht dan Alice melawan penyihir jahat.
Lalu diakhir mereka berjajar dengan rapi, lalu Eric melempar bom asap. Mereka langsung membuat pose dibalik asap itu. Lalu Alice membelah asap itu dengan sihir anginnya. Licht dibagian paling depan jongkok dengan lutut sebelah kanan dibagian bawah pedangnya membentuk huruf X, lalu Alice dibagian depan kedua dengan melebarkan tangannya dan tersenyum bahagia mukanya memerah tetapi merasa puas, Haruka dibelakang Licht badannya menghadap belakang tapi dia menoleh ke arah depannya panggung, Eric badannya menyerong ke arah kanan dan dia memakai topengnya sambil melihat ke depan, disebelah kiri Eric ada Lolita yang menghadap ke kiri sambil berpura-pura bernyanyi symphonia. Semua penonton tepuk tangan lalu mengambil foto mereka saat berpose. Lalu Licht dkk pun tertawa bahagia. Merasa puas dengan penampilan mereka. Hari itu, berakhir... Apa yang dihadapi mereka saat itu, sangatlah melelahkan...
No comments:
Post a Comment