Saturday, December 31, 2011
GANTI LINK LAGI
Pliiiiiissss followers maafin gue, soalnya gue seneng banget ganti link~ jadi: asterisk-kazuhoshi.blogspot.com. babay~~~~!
Monday, October 17, 2011
Academy B'Letcer Chapter 5
Chapter 5: Human Can't Live Alone
Di asrama Licht
"Pagi" Eric menepuk bahu Licht yang sedang luka.
"A-aw! Pagi. Tolong jangan pukul bahu yang ini ya, ada lukanya" Licht memegang bahunya.
"Oh, maaf. Kalau begitu pakai ini" Eric mengeluarkan obat buatannya yang ada di dalam botol.
"Se-seperti peramal..." Licht kebingungan mata sebelah kirinya bergerak-gerak. Lalu dia menerima obat itu "terimakasih ya" dia mulai mengolesinya.
"Apa hari ini keadaan di sekolah akan berubah?" Tanya Eric lalu duduk di sebelah Licht, setelah konser kemarin, mereka dibolehkan untuk beristirahat.
"Kuharap begitu. Orang tua kita belum tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kita" Licht kebingungan lalu menundukan kepalanya sambil bersandar ditangannya "aku kasian pada Haruka"
"Aku juga kasian padamu" balas Eric "pangeran tapi dijauhi rakyatnya, walaupun kamu bukan pangeran mereka secara langsung" lalu Eric berdiri "aku duluan mandi ya" Eric pergi meninggalkan Licht sendirian di ruang TV. Asrama ini memang hanya berisi Eric, Haruka, dan Licht.
"Licht..." Haruka melihatnya.
"Eh, Haruka! Kamu sudah siap? Tunggu aku ya" Licht langsung mengangkat kepalanya dihiasi senyuman. Haruka tidak membalasnya, tapi dia merasa Licht sedang stres.
Pagi itu mereka datang dengan biasa-biasa saja. Tidak biasanya mereka bersikap seperti itu. Beberapa murid lain memperhatikan mereka. Lalu ada yang datang pada mereka.
"Tampilan kalian kemarin bagus sekali! Aku suka pada tampilannya Eric" anak perempuan itu mendekati Eric lalu membawanya "bagaimana saja waktu kamu latihan? Aku ingin tahu darimu"
"E-eh?" Eric ditarik tangannya.
"Haruka aku juga ingin dengar bagaimana caramu berlatih" lalu seorang laki-laki juga membawa Haruka.
"Eh? Licht?" Licht hanya membalasnya dengan senyum. Seolah menandakan 'pergilah'. Lalu Haruka melepas genggaman tangan laki-laki itu dari lengannya "maaf aku tidak bisa pergi meninggalkan Licht" lalu Haruka menarik lengan Licht "ayo ke kelas!"
"Sudah kubilang jangan dilepas!" Bentak Eric pada perempuan itu.
"Tapi kalau kamu memakai kacamata itu terlihat aneh!" Balas perempuan itu dengan manja.
"Kubilang tidak ya tidak! Ayo!" Eric menarik lengan Haruka dan Licht.
"Eh? Hei Eric!" Lalu perempuan dan laki-laki itu menatap mereka dengan benci, mereka kembali menganggap mereka sebagai orang-orang terbelakang.
"Nah, anak-anak" guru perempuan sedang berdiri di depan kelas sambil membenarkan kacamatanya "sebentar lagi musim panas, tentunya kalian akan libur kan?" Guru itu menatap mereka dengan serius.
"Yaaaay!" Teriak semua murid dikelas itu.
"Tapi walaupun libur, kalian akan diberi tugas untuk musim panas penuh"
"Yaaah" teriak semuanya berbarengan lagi.
"Kalian akan diberi tugas untuk memberi laporan tentang isi pulau asing yang masih tersebar jauh dari sini" guru itu langsung meratakan kertas yang ada dimejanya "ini adalah formulir kalian, aku akan menuliskan ketua kelompok dipapan tulis dan dari setiap ketua harus memilih anggotanya sendiri" lalu gurunya memberi 4 lembar dalam setiap baris, mereka memberikannya ke belakang dengan estafet. "Oh, iya setiap kelompok berbeda-beda tempatnya, tapi kemungkinan kalian akan melawan junior atau senior ditempat itu sebagai perebutan siapa yang akan memenangkan penyelidikan ini, nilai kalian akan ditambah semua walau tidak sampai 100 bila kalian bisa menyelidiki tempat ini, siap?"
"Ya!"
"Oh! Pulau! Pulau itu pasti pantai!" Licht merasakan angin yang berhembus-hembus dipelabuhan tempat mereka sedang menunggu kapal mereka. Seperti biasa, Licht adalah ketua kelompok.
"Hutan aku datang!" Haruka juga menikmati angin itu.
"Kuharap aku menemukan obat-obatan asing juga disana" Eric membenarkan kacamatanya.
"Kenapa aku harus berkelompok dengan kalian?" Tanya seorang perempuan sambil melipat tangannya dan manyun kesal.
"Kenapa? Kau sendiri yang tidak punya kelompok!" Licht melihatnya.
"Tch!" Dia membuang muka dari mereka, namanya Astori Mackenzie. Mackenzie memang kelas 3, tapi dia manja karena umurnya yang masih dibawah, yaitu 16 tahun. Tapi dia pintar makanya ia loncat kelas. Kenapa dia dijauhi? Karena dia itu sombong dan manja. Maka akhirnya dia tidak dipilih siapa-siapa dan akhirnya dimasukan ke kelompoknya Licht.
Lalu yang satunya bernama Shirokagi Natsuno, laki-laki berumur 17 tahun. Diam disebelah Mackenzie. Lalu Licht, Haruka, dan Eric memperhatikan mereka. “Tunggu dulu…” Licht berpikir keras.
“Apa?” tanya Mackenzie dengan angkuh.
“Kalian itu sepasang pacar yang bertahan paling lama dikelas kita kan?!” tanya Licht sadar tak sadar.
“Ah, iya aku baru ingat” kilauan dikacamata Eric muncul.
“Ah! Itu! Sebenarnya sih!” lalu Mackenzie menatap Natsuno, pandangan mereka bertemu. Muka mereka saling memerah lalu membuang muka.
“Itu! I-iya benar… kita sudah… sudah 1 tahun berpacaran” kata Natsuno masih bermuka merah sambil menatap Licht, begitupun Mackenzie. “D-dan…”
“Hari ini adalah anniversary kami selama setahun ini! Tanggal 1 April! Hari dimana ulang tahun Natsu-kun juga!” Mackenzie mengeluarkan asap dari kepalanya.
“Wah! Selamat ya! Lalu Natsuno, selamat juga ya dengan anniversary dan hari ulang tahunmu” Haruka memaksa bersalaman dengan Mackenzie dan Natsuno. Lalu mereka tidak bisa menolak.
“Hei, kapal kita sudah datang” Eric melihat kearah kapal pesiar yang baru datang dan berhenti di depan pelabuhan. Papan diturunkan dari kapal itu, keluarlah sang nahkoda.
“Hei! Kalian ayo langsung saja naik!” nahkoda itu menyambut mereka dengan senyum hangat sambil memegang topinya, badannya kekar seperti bajak laut. Ditambah pipa rokok yang ia pakai. Licht yang membawa barangnya dengan ransel langsung naik, begitupun Eric dan Natsuno. Berbeda dengan Haruka dan Mackenzie. Haruka membawa tas besar yang dibawa dengan bahu, lalu Mackenzie membawa koper. Saat mereka naik, papan kayu itu ditarik kembali. Tanpa berlama-lama, kapal mereka sudah langsung berangkat ke tujuan.
“Halo pak nahkoda” sapa Licht memasuki nahkoda beroprasi.
“Hei nak! Tunggu sebentar ya” lalu dia berbalik ke belakang “Kudo! Antar mereka ke kamar mereka masing-masing!” lalu datanglah awak kapal yang badannya biasa-biasa saja “nah, anak-anak, namaku adalah Harbour Van George dan dia adalah anak buahku, namanya Arashikage Kudo” nahkoda itu berbalik menatap mereka.
“Halo semua!” sambut Kudo dengan ramah.
“Kudo, antar mereka ya! Selamat menikmati perjalanan, tidak akan ada badai untuk kali ini”
“Kenapa aku harus berbagi kamar denganmu?” Mackenzie menidurkan kopernya, lalu Haruka menaruh tasnya ditempat tidur tingkat bagian bawah.
“Memangnya kamu mau berbagi kamar dengan laki-laki? Atau memang kamu mau berbagi kamar dengan Natsuno?” sindir Haruka.
“Ti-tidak juga!” Mackenzie tidak berani menatap Haruka.
“Ya sudah kalau begitu berbagi denganku! Apalagi kamu tidak mau dengan Licht ataupun Eric kan?” lalu Haruka menidurkan badannya di kasur.
“Aku… ingin sendiri” Mackenzie menunduk agak kecewa “aku akan terkena sial kalau bersamanya… aku takut…” lalu dia duduk dikursi yang ada dikamarnya.
“Sendiri itu… tidak menyenangkan tahu” Haruka lalu berbalik kearah tembok.
“Apa maksudmu?”
“Kau tahu kan, bagaimana keadaanku disekolah…” Mackenzie tidak membalasnya lagi. Hati Mackenzie sedikit bergerak.
“Jadi siapa yang kebagian tidur dilantai?” tanya Natsuno yang masih berdiri, begitupun yang lain “aku akan tidur dibagian atas ya” lalu Natsuno naik tangga.
“Eric, aku saja” Licht langsung membuka tasnya.
“Kau yakin?” tanya Eric.
“Aku membawa ini~” Licht menggelar sleeping bag sambil tersenyum polos.
“DAPAT DARIMANA ITU?!” Eric sangat terkejut.
“Kamu tidur tidak akan melepas kacamata?” tanya Licht.
“Dilepas kok” dengan cepat Eric memasang penutup mata untuk tidur.
“Orang aneh…” pagi itu juga mereka tidur.
Jam 9 pagi.
“Laut ternyata indah ya?” Haruka menyanggul rambutnya agar tidak merepotkannya, dia sedang menikmati angin, Mackenzie dan Natsuno duduk di bangku yang ada di kapal itu. Lalu Licht dan Eric sedang bermain kartu.
“Kukuku~” Licht tertawa bangga menunggu kemenangannya, serasa tinggal 2 langkah lagi. Tapi ternyata Eric hanya cukup 1 langkah untuk menuju kemenangannya, dia sudah melangkah dan
“Aku menang” Eric menaruh semua kartunya.
“ARGH!” lalu angin besar meniup kartu yang baru saja Eric taruh, sisanya sempat dilindungi. “Wah, kartumu terbang tuh”
“Itu kan kartu milikmu”
“APA?!” Licht dan Eric melihat kearah kartu itu terbang, mereka tidak sengaja melihat awan gelap, hampir didekati kapal itu. “Eh? Kok disana mendung?” Licht kebingungan.
“Akan ada badai” kata Natsuno.
“Loh? Tapi kan kata George tidak akan ada badai?” Haruka merespon kata-kata Natsuno.
“Ini semua karena kamu si pembawa sial…” Mackenzie menatapnya dengan benci.
“George!” Licht membuka pintu tempat George sedang mengendalikan kapal. George tampak agak kebingungan juga dan segera mencari jalan lain.
"Ini gawat, tidak ada jalan lain!" Tiba-tiba Kudo masuk ruangan.
"Sial..." George hampir memukul mesin-mesin yang ada di kapal "kalian semua! Siapkan barang di dalam 1 tas! Pakai baju yang hangat dan jangan diluar kamar kalian!"
"Ya ampun" Mackenzie sangat panik "ponselku tertinggal diluar! Aku benar-benar sial!" Mackenzie mondar-mandir, Haruka melihatnya.
"Sudahlah, jangan terlalu mementingkan ponsel... Sekarang kita harus berhati-hati kalau ternyata kapal kita akan tenggelam" Haruka berusaha menenangkan Mackenzie.
"Bagaimana aku bisa tenang?! Ponsel itu pemberian dari Natsuno!" Mackenzie menangis, lalu Haruka yang tadinya hendak memegang pundak Mackenzie menjadi tidak jadi memegangnya "aku akan mengambilnya! Ini semua salahmu! Gara-gara ada kamu semuanya terkena sial!" Dia berlari keluar meninggalkan kamar.
"Eh! Hei!!!" Haruka tampak tidak mau bergerak untuk melangkah "kenapa? Aku merasa sangat bersalah untuk ini..." Haruka benar-benar sangat sedih.
Mackenzie berusaha ke bangku tempat ia duduk tadi. Tapi tampak susah, anginnya begitu besar hingga susah membuatnya untuk melangkah karena dia terdorong. Tapi tak ada kata menyerah untuknya. Dia terus mencapai bangku itu. Dan terlihatlah ponselnya. Dia sangat senang, lalu langsung berlari. Tapi kapal langsung oleng dan ponselnya hampir terjatuh dia langsung menangkapnya tapi Mackenzie benar-benar jatuh ke arah yang salah, dia akan segera jatuh dari kapal. Pagar yang menghalangi pun mungkin bisa dilewati karena badannya yang sangat ramping. Tapi seseorang datang menyelamatkannya, ketika Mackenzie berbalik "Haruka?"
"Aku lapar! Aku mau ke kamar Haruka dulu ya untuk mengambi camilan!" Licht keluar dari kamar dan sampailah dia dikamar Haruka dalam keadaan pintu kamar terbuka "Haruka...?"
"Bodoh!" Haruka berusaha menarik kaki Mackenzie.
"Lepas! Aku bisa sendiri!"
"Tidak ada manusia yang bisa sendiri! Kalau dia bisa sendiri, untuk apa ada orang lain? Untuk apa ada teman?!" Kaki Haruka juga sudah tidak kuat lagi "makanya, karena aku tahu manusia tidak bisa sendiri, aku ada disini!"
"Tetap saja lepaskan aku! Lari darisini! Kalau kamu menahanku terus kamu akan menabrak pagar itu, tulangmu bisa patah!"
"Lalu jika kulepas kau akan jatuh dan buat apa kamu mengambil ponsel itu? Demi Natsuno kan? Lalu kalau kamu mati, bagaimana dengan Natsuno? Tidakkah kamu mengerti bagaimana perasaannya nanti? Orang yang dicintainya pergi!" Haruka sudah diambang batasnya. Mackenzie tidak berkata apa-apa lagi. Lalu ketika Haruka mulai menarik dia terpeleset dan...
"Kenzi-chan!" Natsuno langsung menarik Mackenzie dan selamatlah dia, tapi ketika itu tangannya licin, ponselnya jatuh lalu seseorang berlari mengambil ponsel itu dan terjatuh ke laut.
"Licht!" Teriak Haruka. Tidak sampai sedetik, tangan langsung keluar dari air itu dan terlihatlah ponsel Mackenzie yang masih menyala.
"Selamat!" Teriak Licht sambil nyengir.
"Syukurlah..." Haruka tampak kaget.
"Licht...?" Mackenzie tampak menyesal dengan perbuatannya. Lalu Eric datang membantu mereka.
"HATSIM!" Licht bersandar didinding kamarnya, yang berisi semua teman-temannya.
"Sebentar lagi jahe hangatnya jadi" Eric sedang memasak jahe hangat untuk Licht.
"Bodooooooh!" Haruka menginjak-injak Licht sampai darah muncrat kemana-mana "apa yang kau pikirkan kalau kamu terbawa arus? Bagaimana dengan aku dan Eric yang tidak memiliki ketua lagi?! Bagaimana dengan jabatanmu, dan bagaimana dengan---"
"Aku percaya aku akan selamat, dan Haruka pembawa keberuntungan ada disini! Jadi aku percaya!" Licht mengatakannya dengan polos dan ceria.
"Mati saja kamuuuuuuu!!!" Haruka kembali menginjak-injak Licht.
"Ano... Licht... Terimakasih ya" kata Mackenzie pelan.
"Oh, iya" jawabnya enteng lalu kembali diinjak-injak Haruka. Natsuno menatapnya dengan kesal.
Esoknya
"Terimakasih ya George-san! Kudo-san!" Licht dkk sudah ada dipulau.
"Ya, sama-sama. Semoga berhasil ya! Selamat datang di pulau asing ini" lalu kapal pun pergi.
"Haaaa... Awalnya memang pantai... Tapi..." Haruka dkk menoleh kebelakang "kenapa tempatnya bukan seperti pulau asing?! Tapi seperti kota robot asing?!" Mesin-mesin canggih dibelakang mereka. Tak ada jalan yang terbuat dari aspal, semuanya besi stainless steel, dengan mur yang banyak. Lalu suara berisik mesin dan cerobong asap beberapa pabrik.
"Pulau ini... Seperti pulau yang sudah ditemukan dari dulu" Licht tampak lemas.
"Tidak jadi ada tanaman obat..." Eric menangis tersedu-sedu.
"Kalau begini jadi lebih gampang, pasti semua serba praktis seperti kota Theresa, kota termaju itu" Mackenzie mulai melangkah.
"Eh, tunggu Kenzi-chan" Natsuno mengejarnya.
"Aku jadi malas untuk melakukan ekspedisi disini" Haruka agak kurang bersemangat.
"Semangatku hilang..." Juga Licht "HATSIM!"
"Sudahlah, ayo. Agar kita bisa lebih cepat pulang" Eric mengikuti Mackenzie dan Natsuno, lalu Licht dan Haruka juga mulai berjalan mengikuti mereka.
Academy B'Letcer Chapter 4
Chapter 4: We Are The Same...
Haruka dan Eric juga keluar dari balik panggung. MC menyusul kepala sekolah Letcher Gakuen. “Kepala sekolah! Ada penyusup yang mengincar putri Oshward dan Licht” MC langsung menghadap kepala sekolah.
“Apa? Mereka berdua akan dalam bahaya! Siapkan para guru untuk mengusir mereka, lalu tolong siapkan guru yang bisa menyelidiki motif kejahatan ini” Kepala Sekolah pun berdiri “Sekretaris, bantu Yawaraka untuk mencari guru” lalu kepala sekolah pergi dari ruangan.
“Siap!” lalu sekretaris mengikuti Yawaraka si MC pergi.
“Siapa kalian?” tanya Haruka menyiapkan shotgun.
“Kau tidak perlu tahu” jawabnya mengganti senjata.
“Sial! Aku pakai gaun Antoinette ini jadi susah untuk bertarung!” Lolita lalu berdiri “Darkness Force Mode!” lalu Lolita dikelilingi aura hitam karena sihirnya.
“Ah! Dasi ini juga mengganggu!” Licht melepas dasi yang ada di lehernya lalu membuka kancing dibagian leher “serasa kecekek! Maaf ayah, tapi dasi ini kubuat berantakan ya?” Licht memasukan dasinya disaku celananya “ayo! Darkness Force Mode!” Licht juga dikelilingi aura hitam.
“A-aku harus apa?” Alice kebingungan.
“Alice! Sini! Kalau tidak mau melawan!” Eric bersembunyi dibawah meja.
“APA YANG KAMU LAKUKAN HEH?!” teriak Haruka “kalau begitu raciklah bom ya?” lalu Eric mengancungkan jempolnya. Alice ikut bersembunyi dikolong meja.
“Lalu aku harus apa Eric-senpai?” Alice duduk disebelahnya.
“Tidak usah apa-apa kalau tidak mau melawan” Alice terdiam agak sedih tidak bisa membantu apa-apa.
“Aku ingin bertarung tapi… aku takut malah mencelakakan semuanya…” Alice hanya bisa berkata seperti itu didalam hatinya.
“Lolita! Mau gunakan Sunshine Blade?” Licht berdiri disampingnya.
“Kamu mau gunakan Crescent Blade?” Lolita lalu berdiri sambil mengangkat rok gaunnya yang sangat membuatnya sulit untuk bergerak.
“Sepertinya tidak” Licht tersenyum sombong.
“Sombong” JLEB! Panah besar menusuk Licht karena kata-kata Lolita.
“Ayo, serang!” Haruka mengokang shotgun-nya lalu Lolita dan Licht berlari mendekati 2 orang itu. Lalu 2 penjahat itu menyebar.
“Aku kejar bosnya kamu kejar si pemegang laser!” lalu Licht tampak kebingungan, Lolita sudah hilang darinya “LOH?! UDAH NGEJAR BOSNYA DULUAN?!” Licht kaget Lolita sudah di dekat musuh. Lalu dia merubah arah lari mengejar si pemegang laser “diam kamu!”
“Sebaiknya aku melukaimu dulu ya?” lalu dia mengganti senjatanya lagi dengan laser. Caranya berganti senjata sama seperti Haruka.
“Coba saja kalau bisa!” lalu Licht menghentakkan tangannya di lantai, keluarlah listrik hitam elemen Dark diikuti lantai yang retak.
“Ugh…” dia langsung melompat lalu menembakkan lasernya.
“Wah!” Licht langsung menghindari laser itu “hampir saja…” lalu dia kembali berlari “dasar kerdil dan lincah!”
“APAAAA?! SEMUA ORANG SELALU MENGATAKAN KALAU AKU INI PENDEK!!!” orang itu langsung membabi buta, menembaki laser kemana-mana.
“Ups, aku salah kata-kata!” Licht terus menghindar, tapi 1 laser mengenainya lalu ia tertabrak tembok hingga temboknya roboh “ugh!” darah keluar dari mulutnya.
“Coba katakana lagi kalau aku ini pendek!” orang itu muncul diantara asap, suara laki-lakinya mulai keluar. Dia menyiapkan lasernya. “GRRRRR!!!” Licht hanya bisa diam diantara tembok-tembok yang roboh itu.
DOR! Jantung orang itu diserang oleh peluru shotgun, tapi tidak keluar darah sama sekali, hanya bolongan yang ada di dadanya “Licht kamu tidak apa-apa?” Haruka membantunya berdiri.
“I-iya” lalu dia berdiri menghapus darah yang didekat mulutnya “dia itu makhluk apa?” orang yang memegang laser itu jatuh.
“Aku juga tidak tahu” mereka mendekati orang itu. “Heran, tidak ada darahnya, padahal sudah kuserang jantungnya, aku tidak yakin kalau dia sudah mati”
“Tenang, dia sudah mati” Licht melihat kebolongan yang ada di jantungnya itu.
“SIAPA BILANG AKU SUDAH MATI?!” orang itu kembali bangkit, padahal dadanya sudah bolong “KALIAN SEMUA AKAN KUBUNUH!”
“HIIIIY SEREEEEEEM!” Haruka sangat panik bersembunyi dibelakang punggung Licht. “Apa-apaan dia? Masih bisa hidup tanpa ada jantung!”
“Aku bukan manusia! Hahahaha!!!”
“Apanya yang lucu” Licht garuk-garuk pipi.
“DIAM KAU!” lalu dia menyiapkan lasernya “kau, pangeran Awakichi, akan kubunuh sekarang!” lalu tiba-tiba ada bom asap.
“Uhuk!” Licht dan Haruka terbatuk-batuk, lalu diantara asap itu muncul seseorang dibalik asap itu “itu pasti dia” Licht tersenyum begitu melihat bayangan orang, benar saja maksud Licht. Dia adalah Eric yang sedang memakai masker lalu mengacungkan jempol diikuti Alice yang memakai masker dan sedang dibelakang punggung Eric.
Lalu Eric melepas maskernya “dia adalah zombie, dia hidup tanpa darah mengalir kan? Dia sudah membersihkan isi badannya dari darah maka kalau ditembak tidak ada darah yang akan keluar darinya, lalu jantungnya juga sudah tidak menyimpan dan memproduksi darah lagi. Sehingga saat Haruka tembak jantungnya tidak mengeluarkan apa-apa. Lalu bom asap ini adalah” dia mengeluarkan bom yang tadi ia lempar “sebenarnya bukan asap, tapi uap. Dari penguapan Holy Water” dia menunjukan bomnya.
“Bagus Eric!” kata Licht. Lalu Eric membenarkan kacamatanya. “Sekarang ayo kita susul Lolita” semuanya berlari menyusul Lolita. Alice tampak kebingungan ikut pergi atau tidak. “Alice ayo! Habis ini kita akan kembali pentas dan akan berdansa bersama” Licht memberi senyum padanya. Alice bermuka merah.
“Ya!” balas Alice sambil berlari mengikuti mereka.
Licht disusul oleh Alice, saat itu dia mulai merasa kesakitan dibahunya. Dia memegangi bahunya, menahan sakit lalu langsung menyusul yang lain. Lalu zombie tadi lenyap setelah kena semburan uap dari Holy Water tadi.
“Lady Lolita yaa?” Lolita sedang menghadapi bos dari zombie tadi. Lolita tidak menjawabnya. “Oh, dingin sekali kau! Wanita anggun dan cantik, pantas menjadi seorang putri” kata bos itu.
“Terserah apa katamu” lalu Lolita mengejar orang itu langsung memegang lengannya “Light Force Mode” Lolita langsung berlari menjauh dari orang itu. Orang itu dikelilingi aura putih.
“Oh, pengubah elemen ya?” lalu dia melihat lengannya “tidak akan ada mempannya padaku nak. Aku ini kebal dengan sihir” dia mengibaskan jubahnya “lawan aku Lady Lolita!” Lolita bersiap melawannya. Lalu dia mengeluarkan pisaunya yang diikat di kakinya.
“Kalau begitu aku akan menyerangmu dengan serangan netral saja” Lolita berlari menyiapkan pisaunya “kya!” DUK! Lolita jatuh karena gaunnya yang merepotkan “ugh rok ini!”
“HAHAHAHAHA!!! Sudah bergaya ternyata tidak bisa melawan! Sudahlah menyerahlah! Putri itu tidak punya kekuatan. Mereka hanya cocok untuk diam di istana. Putri itu lemah!” Lolita langsung terdiam merasa kata-kata itu ada benarnya. Lalu kesempatan emas, orang itu langsung memegang tangan Lolita “cukup sampai disini, sampai jumpa putri” lalu orang itu mengeluarkan suntikan bersiap akan menyuntik Lolita.
“LOLITAAAAAA!!!” Licht langsung memukul orang itu dan suntikannya terlempar, orang itu terpisah dari Lolita. “Apa yang kamu lakukan? Jangan diam saja, Lolita!” Licht mengguncang-guncangkan bahu Lolita, kemudian Lolita baru tersadar.
“Ah, apa… maafkan aku” Licht hanya terdiam. Lalu ketika Licht hendak menghajar orang itu, ternyata orang itu sudah ditangkap oleh guru yang sudah didekat aula tadi.
“Kalian semua tidak apa-apa?” guru itu langsung berusaha membangkitkan Lolita, lalu Lolita pingsan “ups, sensei bantu aku” lalu guru satunya membantu Lolita. Tidak ada yang membantu Licht yang padahal lukanya lebih parah dari Lolita. Dia hanya terdiam
“Hahaha, ternyata aku memang bukan pangeran sebenarnya…” semua guru pun sebenarnya tidak suka dengan Licht karena matanya. Tapi kalau Eric dan Haruka masih didekati guru-guru.
“Ah! Lady Rena! Sedang apa kesini?” saat Licht berumur 6 tahun, Licht akan disekolahkan di Letcher, masih tingkat dasar.
“Aku akan mendaftarkan anakku disekolah ini” kata Rena dengan tegas.
“Apa?!” kepala sekolah sangat terkejut “baik Lady Rena. Anak ini akan mendapat beasiswa—“
“Tidak”
“Apa?”
“Aku ingin anak ini tidak dianggap spesial sebagai pangeran, aku ingin dia tidak dimanja. Dia sama seperti anak-anak lain” Rena mengelus-ngelus kepala Licht.
“Ba-baik… jadi, ini formulirnya. Tolong isi dengan benar Lady Rena…” kepala sekolah memberi kertas formulir.
“Baik, terimakasih kepala sekolah, boleh ku tahu namamu?” tanya Rena dengan ramah.
“Scott Vincent, Lady Rena” kepala sekolah menyebut namanya dengan sopan dihadapan Rena.
“Baik, terimakasih Vincent-san” Rena tersenyum dengan ramah.
“Aku tahu, Lady Rena adalah orang yang terhormat dan terbijak. Maka aku akan menjaga anaknya dengan semaksimal kemampuanku, aku berjanji pada diriku sendri!” kepala sekolah benar-benar serius dengan perkataannya tadi. Dia terus memperhatikan Licht anak yang masih sangat penakut.
Setelah pengisian formulir, Licht diterima lalu Rena pergi meninggalkannya bersama kepala sekolah, dan memberi ucapan selamat tinggal dengan hangat, lalu pergi.
“Nah, Licht, ayo kita keliling sekolah” kepala sekolah menggandeng tangannya dengan Licht. Licht hanya mengangguk-angguk polos.
Saat berkeliling, semua orangtua tampak tidak suka dengannya, begitupun anak-anaknya. Karena matanya yang aneh. Orangtuanya takut itu adalah kutukan maka meminta anak-anaknya untuk menjauh darinya. Lalu seorang guru mendekati kepala sekolah.
“Kepala sekolah, apa tidak apa-apa membiarkan dia sekolah disini?” tanya guru itu pada kepala sekolah.
“Dia bisa sekolah disini, dia adalah anaknya Lady Rena” guru itu terkejut, lalu kepala sekolah segera meninggalkannya. Menjauhkan Licht dari orang-orang yang hendak mencaci makinya. Dari kecil sampai besar pun Licht sudah dekat, sangat dekat dengan kepala sekolah. Licht benar-benar menganggap kepala sekolah adalah ayah keduanya di sekolah disbanding guru-guru lain. Lalu, dari kecil, Licht bertemu dengan Haruka dan Eric. Mereka kemanapun selalu bersama-sama. Apapun yang terjadi.
Di suatu ruangan, Lolita tertidur lalu membuka matanya perlahan, saat membuka matanya, terlihat ada beberapa orang "umm, Licht?"
"Iya, ini aku bersama Haruka, Eric, dan Alice" Licht menyambutnya dengan senyum hangat "sudah agak baikan?" Tanyanya.
"Hmm... Lumayan, lalu bagaimana dengan pentas kita?" Lolita mengusap-usap kepalanya.
"Sekarang panggung dan aula diperbaiki sebisa mungkin lalu jika kurang baikan lebih baik kita tampil terakhir saja" jelas Eric pada Lolita.
"Kuharap sih kau cepat baikan" Haruka agak kesal dengannya karena sikapnya yang egois. Pergi sendiri tanpa tahu resikonya.
"Kuusahakan kita tidak akan tampil terlalu mundur..." Lolita merasa agak menyesal "maaf ya, gara-gara aku semua menjadi kacau" katanya dengan malu sambil menunduk.
Haruka dan Licht tampak terheran. Tidak biasanya Lolita merasa bersalah "tidak-tidak! Bukan salah Lolita-senpai kok!" Alice menghiburnya.
"Terimakasih ya Alice" Lolita membalasnya dengan senyum.
"HIIIII" Licht, Haruka, dan Alice tampak ketakutan.
"Tidak biasanya aku melihat Lolita tersenyum" Haruka agak merinding sampai mengusap-usap tangannya.
"Sama senpai! Aku juga dengar kabar kalau Lolita-senpai tidak pernah tersenyum!" Alice mengangguk-angguk.
"Maniiiiiiissss!!!" Licht bermuka merah padam, kepalanya berasap.
"Licht" panggil Lolita, Licht menoleh "terimakasih ya..." Katanya pelan.
"Bukan masalah!" Licht tersenyum bangga.
TOK! TOK! TOK! Ketukan pintu UKS, tempat mereka berada telah diketuk. Lalu masuklah seorang guru. "Maaf mengganggu kalian tapi apa Magie-san tidak apa-apa?" Tanya guru itu.
"Ya, aku tidak apa-apa" balas Lolita.
"Baik, kalau sudah siap panggil bapak dan kalian harus siap untuk pentas ya"
"Ya"
Lalu mereka berencana untuk beristirahat dulu, Licht membuka jasnya. Dan duduk di sofa yang ada di UKS. Lalu Haruka melihat Licht.
"Licht, coba lihat punggungmu" Licht lalu berdiri dan memperlihatkan punggungnya pada Haruka.
"Ada apa?" Tanyanya.
"Bahumu luka, darahnya menyebar kebagian punggung" Haruka melihat bahu sebelah kanannya Licht berdarah.
"Biarkan saja, aku tidak bisa mengobatinya sendiri. Lagipula tidak ada yang peduli padaku" Licht tersenyum berusaha sabar pada Haruka.
"Bodoh" kata Haruka, senyum Licht langsung menghilang "kita ini sama-sama tidak diperhatikan, jadi kita akan saling membantu, karena kita ini sama" Haruka tampak tersipu malu lalu menundukan kepalanya "sini kuobati!" Haruka mengangkat kepalanya, wajahnya memerah lalu memegang bahu Licht.
"Memangnya kamu bisa?" Tanya Licht sambil menyindirnya.
"Bisa!" Haruka sambil bergemetar mengambil beberapa peralatan obat.
"Hahaha, terimakasih ya" Licht senyum merasa senang dengan Haruka. Haruka tidak menjawabnya.
"Sudah rapi?" Licht membenarkan dasinya.
"Sudah! Akhirnya kamu bisa memakai dasi dengan rapi! Biasanya seragam saja memakai dasinya tidak benar kan?" Haruka menyindir Licht.
"Diam kamu" Licht meliriknya dengan kesal.
"Contoh tuh si Eric" Haruka menunjuk Eric, yang memakai kostumnya. Yaitu kemeja yang biasa dipakai orang kaya untuk bersantai dirumah atau dikamarnya. Eric membalasnya hanya dengan tatapan kacamata lolipopnya.
"Ja-jadi kita akan tampil sekarang?" Tanya Alice ragu-ragu.
"Tentu!" Jawab Licht enteng.
"Para hadirin sekalian! Maaf atas kerusuhan tadi! Tapi ini dia grup ke-5 akan kembali pentas dan sekalian menutup acara kita hari ini pada jam 12 malam ini!" Semuanya berteriak, ketika MC pergi dari panggung para penonton langsung hening dan memperhatikan dengan jeli penampilan grup 5 ini. Semua penonton masih lengkap.
Seperti tadi, alunan piano Sonate de Moon kunci G dimainkan oleh Alice sang pianis dan 2 titik lampu menyorot ke arah Alice dan Lolita. Lolita mulai menari-nari dengan gaun Antoinette nya dengan dikelilingi mawar-mawar cantik. Sihir pun mulai dikeluarkannya, sebelumnya dia membuat dirinya menjadi elemen cahaya. Maka ia bisa melakukan sihir memunculkan bidadari bersamanya, menemaninya menari gemulai.
Lalu datanglah si pembawa properti. Lolita sedang menatap ke arah jalanan lewat istana. Lagunya berubah menjadi The Jacqualine Air karya Axford Heroin, lagu classic dengan tempo yang riang gembira. Angin pun berhembus-hembus yang dikeluarkan dari hentakan kaki Alice, mengibas-ngibas Licht yang sedang berjalan dijalan tersebut. Lolita memandangnya dengan senang. Licht pun tak sadar dengan hal itu.
Beberapa rakyat atau bisa dibilang Haruka dan Eric yang berperan sebagai rakyat menyambut Licht dengan bangga. Ditambah peri-peri cahaya yang menyambut Licht. Peri-peri cahaya itu sebenarnya datang dari sihirnya Lolita dan Licht.
Lalu disebuah kafe, lagu berubah menjadi Aria's Waltz karya Banquetto June, alunan Waltz yang sangat merdu. Lalu disana Licht datang dan menatap ke arah Alice. Licht datang padanya dan mulai mengajak sang pianis berdansa. Lagu Waltz tersebut dilanjutkan dengan hentakan kaki dan tepuk tangan Haruka, Eric, dan Lolita. Lalu beberapa lilin menyala yang disebabkan oleh sihir milik Eric dan Haruka. Lilin itu menyala secara bergiliran. Kemudian juga berkedip-kedip.
"Jangan sampai salah ya Alice" Licht tersenyum pada Alice.
"I-iya senpai!" Alice tampak malu-malu.
Kemudian semua lilin mati dan kembali menyala semua ketika Licht dan Alice mengakhiri dansa dengan gaya akhiran dansa. Kemudian lampu kembali menyala, suara ribut diluar kafe terdengar. Suara shotgun Haruka berbunyi. Lalu Licht dan Alice keluar dari kafe. Melihat Haruka menculik Lolita.
Haruka tersenyum dengan kemenangan dan mereka menghilang. Licht dan Alice saling menatap lalu mengangguk, Alice mengeluarkan sihir anginnya dan mereka terbang. Berusaha menemukan Haruka.
Mereka menemukan Haruka sedang berjalan dihutan. Lalu Haruka terbang dengan sapu sihirnya dan Lolita juga ikut naik di sapu sihir itu. Mereka saling melawan. Pertarungan Licht dengan Haruka sangat sengit hingga pemenangnya adalah Haruka. Lalu Haruka cepat-cepat pergi dan membawa Lolita sang ratu pergi. Licht dan Alice mengejar mereka.
Sampailah disuatu puri. Licht dan Alice berhadapan dengan si penyihir Haruka. Lalu mereka bertarung. Cahaya darimana-mana keluar membuat sebuah fantasi sangat menakjubkan. Hingga para penonton terdiam terpaku dengan keajaiban tersebut.
Haruka pun kalah dan Licht dengan Alice menaiki puri sampai tingkat atas. Lalu mereka bertemu dengan si alchemist dan penyihir jahat, Eric si bertopeng. Lolita sedang dijadikan bahan percobaan. Lalu Licht dan Alice melawan Eric.
Keajaiban alchemy pun ditunjukan oleh Eric. Dengan chimera dan homunculus yang sangat ganas. Lalu ketika chimera dan homunculus itu kalah, Eric mengeluarkan jurus terakhirnya yaitu Mizuno's Giant Hammer. Disini Licht tampak kebingungan. Kebingungan sesungguhnya.
"Apa aku harus mengeluarkan Crescent Blade ya?" Suara hati Licht didengar oleh pengawalnya dan sekaligus Crescent Blade-nya Licht. Jean dan Hilda.
"Licht-sama, kau adalah pangeran sesungguhnya. Jadi buktikanlah kalau kau memang pangeran Awakichi" suara Jean terniang diotak Licht.
"Itu benar Licht-sama. Kami adalah buktimu sebagai pangeran Awakichi" Hilda angkat bicara.
"Terimakasih ya semua..." Licht merasa bangga memiliki pengawal yang seperti itu. Lalu dikeluarkannyalah Crescent Blade-nya.
"Awakichi, X-Crescent..." Licht membuat gaya dan cahaya putih dipedangnya yang putih mengelilingi pedang itu lalu aura hitam menyelimuti pedangnya yang berwarna hitam. Semua penonton langsung bersorak. Licht dan Eric mulai bertarung dengan sungguh-sungguh.
"Mama! Lihat itu Crescent Blade! Dipelajaran sejarah aku sudah belajar loh!" Teriak anaknya yang terkagum-kagum melihat Crescent Blade milik Licht.
"Iya nak" ibunya juga terkagum melihatnya.
Pertarungan sengit dilalui Licht dan Eric, sementara itu Alice melepas ikatan pada Lolita. Lalu Lolita juga mengeluarkan Sunshine Blade-nya, atau tepatnya Sunshine Staff. Bola kristal kecil berwarna putih mengelilingi bola kristal utama berwarna hitam besar. Lalu didepannya terdapat simbol matahari sebagai tanda itu adalah Sunshine Blade. Lalu cahaya putih menerangi seisi aula dan mengalahkan Eric. Alice langsung melangkah dan memainkan piano. Lagu kali ini adalah St.Howard karya Yaselie Aster. Lagu yang cocok yang digunakan untuk menyambut kemenangan Licht dan Alice melawan penyihir jahat.
Lalu diakhir mereka berjajar dengan rapi, lalu Eric melempar bom asap. Mereka langsung membuat pose dibalik asap itu. Lalu Alice membelah asap itu dengan sihir anginnya. Licht dibagian paling depan jongkok dengan lutut sebelah kanan dibagian bawah pedangnya membentuk huruf X, lalu Alice dibagian depan kedua dengan melebarkan tangannya dan tersenyum bahagia mukanya memerah tetapi merasa puas, Haruka dibelakang Licht badannya menghadap belakang tapi dia menoleh ke arah depannya panggung, Eric badannya menyerong ke arah kanan dan dia memakai topengnya sambil melihat ke depan, disebelah kiri Eric ada Lolita yang menghadap ke kiri sambil berpura-pura bernyanyi symphonia. Semua penonton tepuk tangan lalu mengambil foto mereka saat berpose. Lalu Licht dkk pun tertawa bahagia. Merasa puas dengan penampilan mereka. Hari itu, berakhir... Apa yang dihadapi mereka saat itu, sangatlah melelahkan...
Academy B'Letcer Chapter 3
Chapter 3: Let’s Correct The Name of Bad Letcher!
Seseorang menguap dengan polosnya dikelasnya "Uwaaaaah!!!" PLETAK! Kening seseorang dilempari kapur.
"Licht! Sopanlah! Sopan!" Guru itu mengambil kapur baru lagi sambil menunjuk-nunjuk ke arah Licht dengan kesal.
"Ah, selama ini tidak ada yang sopan kok padaku" Licht bersandar dengan tangannya sambil melihat ke arah luar.
"Kkhh..." Kapur yang baru diambil oleh guru itu sudah dipatahkan olehnya saking kesalnya.
"Sensei! Kapur itu baru diambil loh!" Seru Haruka pada guru itu.
"Pameran sihir?" Saat istirahat, Bad Letcher melihat ke Attention Board. Bahwa ada pengumuman penting, bagi setiap murid harus memiliki kelompok, maksimal 5 orang. Terserah dari junior ataupun senior. Tujuan acara ini adalah mengadakan ulang tahun sekolah ke yang 20 tahun. Bad Letcher saling menatap "kita 3 orang lalu 2 orang lagi..." Licht berusaha keras untuk memikirkan 2 orang lagi. "Ah! Kita cari dia!" Haruka dan Eric hanya saling menatap.
"Aku bertemu dengan kalian lagi..." Lolita duduk dimejanya, berhadapan dengan 3 orang 'itu'.
"Kumohon ya? Lolita-senpai?" Licht sampai memohon-mohon.
"Baiklah, kebetulan aku belum punya kelompok" Lolita mengiyakan lalu berbalik lagi menatap ke arah papan tulis.
"Baiklah, bagaimana dengan orang yang ahli dalam musik? Lebih keren lagi kalau ada musik kan?" Haruka langsung menatap Licht.
"Kalau tidak salah---"
"Di kelas junior, entah kelas 1 atau kelas 2"
"Kelas 1! Ada---"
"Ada yang pintar memainkan piano ataupun keyboard"
"Grrrrr!!!"
"Hahahaha! Terimakasih ya Lolita-senpai, habis sekolah kita berkumpul di depan pintu sekolah ya?" Eric yang kesal diseret Licht karena perkataannya selalu dicuri Lolita.
"Sabar ya Eric!" Haruka tertawa khawatir.
"Jaa" kata Lolita dengan datar.
"A-ano..." Perempuan kecil mengajukan dirinya pada Licht "apa yang senpai cari itu... Anak yang bisa memainkan piano?" Licht awalnya kebingungan, tolah-toleh mencari anak itu. Lalu dia menoleh kebawah dan ditemukanlah anak itu se punggungnya.
"O-oh, iya. Apa kamu tahu?" Tanya Licht padanya.
"S-saya ta-ta---"
"Eh, ga perlu sopan-sopan banget kok!" Licht kebingungan dengan kegagapan anak itu "jadi? Kamu tahu?"
"Aku... Tahu senpai..."
"Oh? Bisa tolong tunjukan?" Tanya Haruka ikut bicara.
"I-itu, bukan bermaksud sombong, tapi yang dimaksud senpai itu saya-- aku, senpai" sejenak Licht dan Haruka terdiam terpaku lalu terpecah berkeping-keping, Eric menatap mereka polos.
"Ya sudah, masuk kelompok kita ya! Nanti pulang sekolah kumpul di depan pintu sekolah!" Licht mendadahinya.
"Eeh?!" Muka anak itu langsung memerah. Rambutnya yang dikepang didepan berwarna cokelat, matanya juga cokelat seperti cokelat Swiss.
"Anak itu, dia bisa dapat kelompok ya?" Bisik seorang cewek dibelakangnya.
"Iya, aneh ya?" Bisik lawan bicaranya.
"Licht" tanya seseorang dikelas berhadapan dengannya. Licht membalasnya dengan tatapan saja "sudah dapat kelompok?"
"Udah" jawabnya datar.
"Tulis nama-namanya disini, akan kudata" Licht mengambil kertas itu lalu mulai menulis.
"Hebat dia dapat kelompok" kata Ketua Murid kelas mereka dalam hati.
"Nih" Licht dengan cepat menulisnya dan memberikannya pada KM.
"Baiklah, terimakasih" KM langsung terpaku "a-apa-apaan ini?!" Dari wajahnya sudah kelihatan ada apa dengannya.
"Dari wajahmu kelihatan! Jangan bahas hasil tulisanku yang jelek itu!" Licht menangis tersedu-sedu sambil menunjuk-nunjuk KM ketika melihat wajah syok KM itu.
"FIGHT!" Haruka mengeluarkan auto-gun nya sambil menembak kemana-mana "UOHOHOHOHO!!!" Tertawa terbahak-bahak.
"Orang gila..." Eric membenarkan kacamatanya.
"Nah, Lolita-senpai"
"Tumben"
"Apa?"
"Manggil belakangnya senpai"
"Ya, supaya senpai tau kalo aku ini sopan" PLAK! "Ups!" Licht memegangi pipinya.
"Siapa pemimpin kelompok ini?" Tanya Lolita sambil melipat tangannya.
"Belum ada" Eric membaca buku layaknya seorang kutu buku yang ketika membaca tidak mempedulikan apapun lagi.
"Lalu anggotanya kurang 1" Lolita melihat sekitar hanya ada Haruka, Eric, dan Licht.
"Ah, anak itu... Siapa namanya?" Licht berusaha keras memikirkannya "aku lupa tadi tidak menanyakan namanya" dia mengusap-usap dagunya.
"Ooh, dia. Namanya Xarx Alice. Keluarga bangsawan di Aberia. Tapi dia menyembunyikannya kalau dia itu anak bangsawan kota Aberia" Eric menutup bukunya lalu memasukkan buku 'Alchemy Freak' itu ditasnya.
Anak itu sedang berlari secepat mungkin menyusul mereka saat dikoridor depan kelasnya. Kelas anak kelas 1 ada di lantai 2, untung dia bukan anak kelas 5, dia harus turun dari lantai 6. Lalu dari pintu depan terlihat Bad Letcher dan Lolita sedang duduk didepan pohon besar dekat sekolah. Dia langsung berlari lagi secepat mungkin. Akhirnya dia sampai ditempat "ha... Ha... Ha... Maaf ya senpai, aku telat... Tadi pensilku sempat hilang di kelasku saat pelajaran terakhir"
"Oh, tidak apa. Pensil itu sudah ketemu?" Tanya Haruka ramah padanya.
"I-iya..." Dia agak malu-malu.
"Hey sudah kubilang kan? Beranilah menghadapi senior! Jangan tergagap kalau ngomong" Licht sedikit membentaknya.
"Licht! Jangan kasar! Dia masih junior!" Haruka menatap kesal ke arah Licht.
"Aku paling tidak suka kalau junior dimanja, atau senior berlagak sok mengatur" Licht melipat tangannya. Alice bergidik merasa setuju dengan kata-katanya tadi setelah ketakutan dimarahi Licht. "Nah, ayo sekarang berdiskusi ya"
Setelah perkenalan diri
"Pemimpinnya Lolita! Sudah diputuskan!" Semuanya mengangguk-angguk, lalu Lolita menarik nafas panjang dan membuangnya dengan berat.
"Baiklah..." Katanya dengan terpaksa.
"Lalu, bagaimana dengan formasi? Bagaimana kalau Haruka didepan, Lolita menyerong ke kanan, aku menyerong ke kiri, lalu Eric dibelakang, Alice bermain piano dipojok kiri" saran Licht membuat semuanya tidak setuju.
"Jangan, kalau begitu nanti Alice tidak begitu diperhatikan, lalu Eric nanti tidak terlihat dan aku tidak mau di depan!" Haruka geleng-geleng sambil melipat tangannya. Mereka duduk dibawah pohon besar yang rindang. Sambil berdiskusi.
"Hmm... Ano... Bagaimana kalau-- kalau gerakanya berubah-rubah? Jadi kita membuat formasi yang banyak..." Kata Alice dengan muka yang merah karena ketakutan untuk mengemukakan pendapat.
"JENIUS!!!" Teriak Licht dan Haruka.
"Jadi, kalau menurutku, Alice memainkan piano, lalu disetting gerakan yang tidak perlu musik lalu 1 orang laki-laki berdansa dengannya" Lolita mengemukakan pendapat dengan wajah datar serasa tidak terjadi apa-apa.
“EEEEH?!” Alice kaget bukan main dengan usul Lolita tapi tidak ada yang mendengarnya.
"BAGUS!" Teriak Haruka dan Licht berbarengan lagi. Eric terdiam sambil membaca buku 'Alchemy Freak' lagi.
"Heh, Eric jangan diam saja! Ayo bicara sesuatu jangan baca buku itu terus" Haruka berdiri didepannya. Lalu Eric menatapnya polos.
"Bom"
"Apa?"
"Aku akan membuat bom asap untuk penutupan dan darisitu kalian harus bersiap-siap untuk membuat formasi yang bagus" dia ternyata sedang membaca tentang bom asap yang memiliki asap yang sangat banyak "dan siapa saja yang bisa membelah asap itu dengan apapun langsung bergaya digaris paling depan" Licht dan Haruka sangat speechless. Lalu Alice agak ketakutan.
"Ada apa Alice?" Tanya Lolita
"A-ano Lolita-senpai... Aku... Aku..."
"Dia bisa memakai sihir angin" tunjuk Lolita, bisa menebak apa maksud dari wajahnya.
"Eeeh?! Kok ketahuan?!" Alice tambah panik.
"Yosh! Sudah diputuskan! Ayo sekarang diskusi formasi! Kita perbaiki image Bad Letcher!" Licht mengangepalkan tangannya lalu mengangkatnya sebahu.
Esoknya
“Alice” panggil seorang teman Alice padanya “kamu udah dapet kelompok?” tanyanya pada Alice yang duduk dipaling depan dekat guru mengajar.
“Iya, memangnya ada apa ya?” tanya Alice dengan ramah.
“Oh, tidak apa-apa. Padahal kamu jangan masuk kelompok anggota Bad Letcher itu, mereka berbahya loh. Mereka itu kan geng ternakal disekolah ini” lalu belum sempat Alice bertanya temannya sudah pergi.
“Eh, Cheryl?” Alice baru saja hendak berdiri tapi sepertinya sudah tidak terburu waktunya untuk mengejar Cheryl.
“UOHOHOHOHO!!!” Licht berlari kesana kemari “tangkap ini Haruka!” PLOK, Haruka menangkapnya.
“Yosh! Aku jadi ingin membaca buku ini” Haruka mulai membuka buku Eric berjudul ‘Alchemy Freak’.
“Woy! Balikin!” Eric ikut berlari-lari “jangan! Jangan dilihat”
“WAAAA!!!” Haruka sangat kaget melihat gambar yang mengerikan ini, singa yang tergabung dengan harimau, memiliki ekor berbentuk ular “i-itu apa…?” Haruka reflex membuang buku itu. Lalu Eric kembali mengambilnya.
“Ini namanya chimera” dia menutup bukunya lalu membawanya kembali ke kelas.
“Alchemy Freak” Licht mengikutinya dengan polos.
“Ih, kok pada ga takut ya liat chimera?” Haruka mengikuti mereka berdua.
“Anak-anak itu…” tanpa mereka sadari guru yang memperhatikan mereka yang daritadi berlari-lari dikoridor sangat geram.
“Lihat sendiri kan?” seseorang memperhatikan Bad Letcher.
“I-iya…” Alice dan Cheryl ternyata daritadi memperhatikan mereka bertingkah.
“Mereka itu memiliki kepribadian buruk. Kalau Licht, matanya aneh, sebelah kanan merah sebelah kiri hijau. Seperti anak terkutuk. Lalu Haruka, kalau kau dekat dengannya selalu terkena sial. Makanya mereka terbelakang. Lalu Eric, apa maksudnya dia memakai kacamata lolipop itu? Cupu” Cheryl menarik tangan Alice “nah jadi bagaimana Xarx-san?” Cheryl mengadu domba mereka.
“Umm…” Alice tampak kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan.
“Lolita-san!” teriak seseorang disebelahnya. Lolita hanya menatapnya datar, tanpa ekspresi “maukah kamu masuk grupku?!” teriak orang itu lagi dengan ragu-ragu.
“Aku sudah masuk grup Bad Letcher” Lolita membaca buku biologi.
“UAPAAAAA?!” dia langsung terdiam terpaku, terpecah-pecah.
“Maaf Hanazono-san, aku latihan dulu ya” Lolita melangkah keluar dari kelas.
“LA-TI-HAN~” Licht dengan senangnya berputar-putar dibawah pohon kemarin.
“A-ano, aku! Aku memilih memasukan lagu ini untuk sebagai pembukaan…” Alice mengeluarkan partitur dari tasnya, lalu Lolita mengambilnya “kebetulan aku sedang bisa memainkan lagu ini” lalu Lolita memperhatikan lagu itu.
“Sonate de Moon kunci G karya Sonate Van Ledwig” *lagu classic dari Zheoll, jangan percaya kalo ada v-_-. “Jadi diawal kita memakai lagu sedih ya? Berarti kurasa lebih cocok wanita anggun sedang duduk sendirian di dalam kegelapan, memakai baju gaun Antoinette dikelilingi bunga mawar, lalu dia memetik bunga itu, bla-bla-bla” Lolita menjelaskan panjang lebar, lalu Licht menepuk bahu Eric, Haruka, dan Alice.
“Dia saja...” bisik Licht, yang lain angguk-angguk setuju. “Lolita-senpai, lebih baik senpai saja yang maju duluan…” Licht tertawa pelan berusaha agar Lolita tidak kesal.
“Uh-oh…” Lolita langsung memerah mukanya. Lalu menutup-nutupinya dengan buang muka.
“Mukanya senpai memerah!” Licht kaget dengan wajah memerah Lolita.
“Ugh…” Lolita langsung menarik tangan Licht “Darkness Force Mode” Licht langsung dikelilingi aura hitam “Light Force Mode, Angel Blow Lock on!” Licht langsung mati seketika ditempat dengan tidak sempat berkata-kata apapun.
“Lolita-senpai kejam yaaaa…” Alice tampak ketakutan.
“Ah, maaf Alice” Eric bersembunyi dibalik pohon, Haruka merinding terpaku “kalian juga takut?!” Lolita tambah kaget.
"Hahahahaha!" Tawa semuanya, kemudian Alice berhenti tertawa agak khawatir.
"Yuk! Alice, kamu akan duet dansa denganku kan?" Tanya Licht dengan ramah sambil menepuk bahunya.
"I-iiiiya!!!" Alice mengeluarkan asap dari kepalanya "kurasa pendapat Cheryl tentang Bad Letcher itu salah..." Alice mulai tersenyum lagi.
Harinya telah tiba
“Silahkan takoyaki nya! Baru dimasak!” seorang senior dari kelas 5 menjajakkan jajanan-jajanan berupa takoyaki pada pengunjung. Lalu seorang ibu-ibu yang membawa anak laki-lakinya datang.
"Kamu mau Ushio?" Tanya ibunya pada anaknya yang bernama Ushio itu.
"Aku mau ma!" Lalu ibunya langsung mengeluarkan dompetnya untuk membeli takoyaki itu.
"Kita kebagian urutan ke berapa?!" Licht tampak tidak suka memakai kemeja yang dikancing sampai kancing teratas dengan dasi, ditambah jas hitam rapi "ya ampun jas ini mengganggu sekali"
"Udah jangan diberantakin lagi Licht!" Haruka langsung membenarkan dasi Licht lagi.
"Ke-5" kata Lolita datar.
"UAPAAAA?!" Teriak Licht, Haruka, dan Alice berbarengan.
"A-aku belum siap! Ba-bagaimana ini?!" Alice langsung tergagu-gagu dan bergemetar. Berbeda dengan Lolita dan Eric yang hanya diam saja.
"Kalian ini sudah siap apa?!" Tanya Licht dan Haruka berbarengan lagi pada Lolita dan Eric.
"Aku rasa sudah, sebenarnya kalian juga sudah siap tapi jangan sampai tidak siap karena kalian grogi" Lolita kemudian duduk dengan manis dan anggun "menurutku kalian sudah bagus" katanya sambil meminum teh dicangkir dengan anggun.
"Teh itu darimana?!" Teriak Licht dan Haruka berbarengan (lagi).
"Lebih baik latihan lagi saja" Eric kemudian berdiri, yang lain mengangguk kecuali Lolita.
Setelah beberapa menit latihan
"Para hadirin sekalian! Mau dari sekolah ataupun pengunjung, selamat datang di acara kami, Ultah Letcher Gakuen ke-20!!!" Teriak MC menghebohkan semua penonton. Semua penonton berteriak dengan semangat menyambut acara ini "baik, kami akan mempersembahkan pentas pameran sihir disini, para kontestan yang manis dan ganteng udah siap looh?!"
"Cieeeee!!!" Teriak semuanya.
"Nah, semua penampilan mereka akan kami rahasiakan, jadi simak baik-baik ya! Mungkin kalian akan kenal dengan orang-orang ini!" Lalu malam hari di aula yang sangat luas dan terang tadi, berubah menjadi gelap. Kemudian cahaya muncul disatu titik, yaitu di panggung.
Mulailah, pertunjukan dimulai oleh grup pertama.
"Grup ini... Bagus..." Licht mulai memainkan dasinya lagi.
"Jangan diacak lagi dasinya!" Haruka memukul kepalanya.
"GWAH!" Benjol muncul dikepalanya.
"Grup dari kelas 4, perempuan semua. 5 orang itu memang jago balet. Yang pertama namanya..."
"Bla-bla-bla" komentar Haruka.
"Heh!" Eric langsung menatapnya tajam. Kacamatanya berkilau.
"Kurasa grup kita lebih bagus" Lolita meminum teh lagi.
"Sudah kukatakan teh itu darimana?!" Tanya Licht.
"Sombong sekali!" Teriak Haruka.
"Kuharap kata-kata Lolita benar, kalau aku tidak mengacaukan..." Kata Alice dengan lemas.
"Alice, jangan begitu..." Licht berusaha menenangkan Alice yang sedang diselimuti awan suram. Grup dari kelas 4 ini sangat lincah dan gemulai. Mereka benar-benar seperti balerina. Seluruh badannya sangat lentur ditambah dengan sihir-sihir mereka yang sangat indah. Tali pita yang biasanya digunakan oleh penari balet, diganti dengan sihir cahaya mereka, sesuai dengan warna baju mereka. Yang pink berwarna pink, ungu berwarna ungu, merah berwarna merah, hijau berwarna hijau, lalu biru berwarna biru. Cahaya itu bila digerak-gerakan, akan berbekas dan hilang secara perlahan. Kadang warna-warna itu dibuat kompak oleh mereka. Bentuk itu selain abstrak kadang juga menggambar kesedihan seseorang yang dikelilingi berbagai macam bunga. Semua penonton terpaku melihatnya karena sangat bagus dan indah. Tidak ada yang berbicara saat tampilan mereka yang begitu memukau.
Kemudian berakhirlah semuanya dengan lampu yang menerangi panggung dan bermacam gaya diperlihatkan mereka "yaaa!!! Terimakasih ya kelompok balerina! Tarian kalian membuat penonton menjadi patung yang mulutnya terbuka lebar karena kecantikan dan keanggunan kalian! Terimakasih ya!" Kemudian kontestan itu membungkuk lalu pergi dari panggung. "Itulah tampilan dari grup pertama! Sekarang adalah tampilan grup kedua. Langsung saja ya? Silahkan menikmati!" MC langsung pergi dari panggung.
"Udah grup kedua!" Alice makin berdebar, lalu Haruka menggigiti jari-jarinya.
"Jangan gugup" Lolita benar-benar sangat tenang. Eric daritadi hanya diam sambil merekam dari pentas pertama sampai pentas yang sekarang lagi ditampilkan.
"Haaa..." Licht membuang nafasnya berusaha agar tidak panik.
Sudah 3 grup yang tampil dengan penampilan spektakuler. Yaitu grup 2 menampilkan Break Dance yang dicampur dengan sihir, grup 3 dengan keahlian memasak yang dicampur dengan indahnya sihir, lalu grup 4 yang sekarang sedang tampil menampilkan tentang dewa alam. Berakhirlah penampilan dari grup 4. Licht dkk sudah siap dibelakang panggung. Semuanya bergemetar.
“WAAAAAAH! GILIRAN KITA!!!” Licht mondar-mandir ga jelas, lalu yang lain bergemetar kecuali Lolita dan Eric.
“Kalian kenapa sih tidak gemeteran?” tanya Haruka pada Lolita.
“Aku tidak takut” kata Lolita enteng.
“Lalu Eric?” Haruka menoleh kearahnya tapi tidak ada jawaban darinya “Eric?” lalu Haruka menepuk bahunya “dia kayak orang mati” kata Haruka suram.
“APAAAAA?!” Licht garuk-garuk kepala “BAIK! Kita harus siap!” lalu Licht mulai melangkah.
“Ini dia kita sambut grup 5!!!” MC pergi dari tempat lalu Lolita sudah siap ditempat. Properti pun sudah siap dipanggung.
Suara alunan musik classic mengalun, mulailah cahaya menerangi Alice yang sedang memainkan piano lagu Sonate de Moon kunci G. Alice berusaha konsentrasi pada piano, lalu Lolita mulai mengeluarkan beberapa sihir, tetapi ada laser yang hampir menyerang Lolita “Oshward!” dipantulkan laser itu ke tembok “apa ini?! Ini bukan dari bagian pentas kami!” lalu muncullah si penjahat yang menyerang Lolita tadi.
“Dia! Dia adalah putri dari Oshward bos! Pasti pangeran dari Awakichi juga ada disini!” anak buah bos itu memegang laser seukuran bazooka.
“Bagus, kita culik mereka!”
“Lolita!” Licht keluar dari balik panggung, semua orang panik. Berlarian keluar dari aula.
“Bodoh! Jangan keluar dari sana!” Lolita langsung berbalik.
“Apa?!” Licht melihat dari kejauhan ada 2 penjahat yang hampir membunuh Lolita dalam sekejap.
Subscribe to:
Comments (Atom)